BI Perkuat Stabilitas Rupiah

SURABAYA (Realita) - Bank Indonesia (BI) terus memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid-19 yang belakangan kembali memanas. 

Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, Sabtu (12/6/2021) mengatakan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Bank Indonesia Lakukan Aktivasi Aplikasi PWD SKNBI

Selain itu juga langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, BI menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. 

Dikatakan, pada Kamis (10/6/2021) Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.245 per dolar AS, Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,35%, DXY melemah terbatas ke level 90,08, Yield UST (US Treasury) 10 tahun turun ke level 1 ,432%.

Kemudian pada Jumat (11/6/2021) pagi, Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.200 per dolar AS, Yield SBN 10 tahun turun ke level 6,32%.

Disebutkan pula,Aliran Modal Asing pada Minggu ll Juni 2021, Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke level 73,52 bps per 10 Juni 2021 dari 75,21 bps per 4 Juni 2021.

Baca Juga: Kebutuhan Uang Untuk Nataru di Jatim Diproyeksikan Rp11,30 Triliun

Berdasarkan data transaksi 7-10 Juni 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp 0,54 triliun terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar Rp 0,49 triliun, dan beli neto di pasar saham sebesar Rp 0,05 triliun.

Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden beli neto Rp 14,65 triliun. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu ll Juni 2021, perkembangan harga masih relatif terkendali dan diperkirakan deflasi 0,09% (mtm).

Baca Juga: Kinerja Penjualan Eceran Kota Surabaya Oktober 2023 Meningkat

Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juni 2021 secara tahun kalender sebesar 0,81 % (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,40% (yoy).

Penyumbang utama deflasi Juni 2021 sampai minggu kedua yaitu komoditas daging ayam ras dan cabai merah masing-masing sebesar -0,09% (mtm), tarif angkutan antarkota -0,06% (mtm), cabai rawit -0,04% (mtm), bawang merah -0,02% (mtm), kelapa, tomat dan daging sapi masing-masing sebesar -0,01 % (mtm). 

Disampaikan pula, beberapa komoditas mengalami inflasi, antara lain telur ayam ras sebesar 0,04% (mtm), emas perhiasan sebesar 0,03% (mtm), minyak goreng, sawi hijau, kacang panjang, nasi dengan lauk dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 %. gan

Editor : Redaksi

Berita Terbaru