SABTU (6/1) kemarin saya mengunjungi Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Bagi saya itu bukan kampus biasa. Itu merupakan kampus pertama kali saya tatkala menuntut ilmu tingkat perguruan tinggi. 40 tahun yang lalu, saya sering keluar masuk kampus ini. Waktu itu namanya masih IKIP Surabaya. Ya, saya memang mahasiswa IKIP Surabaya jurusan Pendidikan Geografi. Saya lulus tahun 1985. Tak heran, berada di kampus ini mengingatkan saya pada masa muda dulu.
Ada banyak kenangan. Pun, tak sedikit cerita yang terukir. Karena itu, kegiatan di Unesa kemarin membuat saya bernostalgia. Dari kegiatan perkuliahan hingga kehidupan di luar kampus. Seperti saat mencari tempat kos awal-awal menginjakkan kaki di Surabaya. Bersama dua teman saya, kami berjalan kaki untuk mencari tempat kos di sekitar kampus. Maklum, kami bukan dari keluarga kaya. Uang saku yang diberikan orang tua pun terbatas. Harus digunakan sehemat mungkin. Sampai saat kehausan pun tak berani beli minum. Takut kalau mahal. Beruntungnya, ada salah satu rumah yang memiliki semacam gendong di depan rumah. Kami beranikan diri untuk memanggil si empunya. Ternyata yang punya orang sepuh. Kita dipersilahkan untuk minum. Hilang sudah dahaga. Singkat cerita kami akhirnya menumpang di rumah beliaunya untuk sementara.
Baca Juga: MAKI: Integritas Anti Korupsi Maidi Tidak Perlu Diragukan Lagi
Sabtu kemarin saya memang kembali ‘ngampus’ di Unesa. Namun, bukan untuk menimba ilmu. Saya diundang sebagai alumni berprestasi. Alhamdulillah, saya mendapatkan penghargaan dalam acara itu. Saya mendapatkan penghargaan sebagai Pelopor Inovasi Daerah. Penghargaan diberikan atas capaian saya sebagai alumni Unesa yang berkontribusi besar pada bidang inovasi daerah. Penghargaan diberikan bersamaan giat Unesa Alumni Award 2023. Penghargaan ini harus menjadi pelecut semangat. Apalagi momentumnya di awal tahun. Belum ada sepekan. Ini harus menjadi semangat berlipat di 2024.
Tentu saja saya sampaikan terima kasih kepada Unesa yang sudah peduli dengan para alumninya. Ini juga bukan kali pertama penghargaan yang saya dapatkan dari Unesa. Sebelumnya, saya juga pernah mendapatkan penghargaan bersamaan dengan Hari Pendidikan Nasional, Mei 2023 lalu. Penghargaan kala itu atas komitmen dan kepedulian saya dalam pengembangan bidang pendidikan di Kota Madiun. Bedanya, piagam penghargaan bukan diberikan di kampus Unesa. Tetapi diberikan di kota kita bertepatan dengan kegiatan Gebyar Laptop Chromebook di Jalan Pahlawan dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Sebagai alumni, tentu saya bangga sekali. Unesa semakin maju, memiliki banyak kampus dimana-mana, dan semakin banyak mendapat pengakuan masyarakat. Unesa juga dikelola secara professional dan diakui dunia internasional. Ini merupakan salah satu kampus terbaik di negeri ini. Ada banyak ilmu yang saya dapatkan dan masih saya pergunakan sampai saat ini. Salah satunya dalam menata kota kita ini. Tata kota suatu daerah tidak boleh sembarangan. Harus berwawaskan lingkungan. Beruntung, saya pernah mendapatkan Pendidikan Geografi di Unesa. Ada banyak ilmu alam yang saya dapatkan. Tak heran, tata ruang kota kita juga berwawaskan lingkungan.
Dulu pada saat penanaman pohon-pohon besar, ada yang mengkritik. Mengapa lubang sudah digali, padahal pohonnya belum ada. Padahal lubang memang harus kita gali dulu untuk menghilangkan bermacam gas dan zat-zat lain di dalam tanah. Dengan dibiarkan terbuka seperti itu, zat-zat tersebut akan menguap. Tanah pun menjadi lebih siap untuk ditanami. Metode ini dilakukan untuk meminimalkan kematian pada pohon yang baru ditanam tadi. Kalau langsung ditanami, besar kemungkinan pohon akan mati.
Ilmu alam tetap akan berguna dimana pun tempatnya. Karenanya, saya sangat bersyukur pernah mengenyam pendidikan di Unesa. Semoga, Unesa semakin maju dan semakin berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Apresiasi yang diberikan Unesa tadi harus menjadi pengingat untuk lebih baik dan lebih baik lagi ke depannya. Terutama untuk Kota Madiun, kota kita tercinta. Kota kita harus semakin lebih baik. Capaian tahun ini harus lebih baik dari capaian tahun lalu.
Baca Juga: Ratusan Ojol Gruduk Rumah Bacawali Madiun Maidi, Ada Apa?
Karenanya, kita harus terus berupaya mewujudkan itu. Kota kita sudah cukup banyak perubahan. Namun, masih belum sempurna. Perubahan saat ini baru sekitar 60 persen. Masih ada banyak perubahan yang ingin saya berikan. Tahun ini, saya sedikit lega karena masa jabatan wali kota bisa berakhir penuh lima tahun. Masih ada sekitar empat bulan ke depan. Sesuai tanggal pelantikan dulu, periode saya berakhir pada 29 April mendatang. Sebelumnya, saya harus sudah selesai akhir Desember 2023 lalu karena aturan pusat terkait Pilkada. Namun, ada gugatan dari teman-teman kepala daerah ke MK. Alhamdulillah, gugatan itu diterima.
Masa empat bulan memang singkat. Tetapi cukup kalau bisa dioptimalkan. Sering saya katakan kepada OPD untuk tidak menunda pekerjaan. Karenanya, kita cukup cepat. OPD bisa saya ajak berlari kencang. Tahun ini pun juga harus begitu. Masa waktu yang tinggal kurang dari empat bulan ini harus kita optimalkan benar. Saat ini bukan waktunya bersantai. Tetapi saat berlari kencang lagi. Seperti yang saya katakan masih ada banyak perubahan yang ingin saya wujudkan. Seperti PeceLand, Ring Road Timur, rehab Alun-alun, dan lain sebagainya.
PeceLand sebagai miniatur Kota Madiun tersebut harus terwujud. Itu akan menjadi daya tarik lainnya di kota kita. Sudah beberapa investor yang tertarik. Salah satunya, dari Korea. PeceLand akan dijadikan seperti taman dunia. Selain itu, dari segi perhotelan juga sudah ada yang masuk. Salah satunya, Mercure. Rencananya 12 lantai. Ada juga Luminor, namun masih negosiasi. Kawasan PeceLand berada di lahan seluas 18 hektar. Itu saya rasa cukup untuk membuat taman dunia dan beragam fasilitasnya tersebut.
Baca Juga: Cawali Madiun Maidi Komitmen Majukan UMKM
Selain itu, juga ada rencana untuk pembangunan Busbow dan Rumah Tahanan Militer (RTM). Busbow akan kita jadikan wisata cagar budaya. Sedang, RTM akan kita jadikan café ala Belanda. Desainnya sudah siap. Ada juga pembangunan patung pendekar 14 perguruan. Rencananya di tower air Sleko. Nanti kita tambahkan panggung untuk tempat unjuk gigi. Saatnya, pencak silat kita suguhkan sebagai suguhan seni dan budaya. Bukan hanya di hari tertentu saja, tetapi bisa dinikmati setiap saat.
Kota kita bisa semakin maju dengan perubahan-perubahan yang kita hadirkan. Namun, mewujudkan itu tentu tidak mudah. Butuh upaya ekstra, perlu pemikiran hebat, dan tentu saja semangat yang berlipat. Ini semua kita lakukan demi satu tujuan bersama, kemajuan kota kita tercinta.
Penulis adalah Wali Kota Madiun, Dr. Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd
Editor : Redaksi