MAKASSAR - Kasus HIV/AIDS di Sulawesi Selatan (Sulsel), meningkat dari tahun ke tahun yang didominasi perilaku seks sesama pria.
Dinas Kesehatan Sulsel mencatat, tahun 2024 berjalan ini sudah 1.636 orang dinyatakan positif terinfeksi penyakit menular tersebut.
Baca Juga: Cabuli Anak Sesama Jenis, Kepala Dusun di Lamongan Dijebloskan Penjara
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel M. Ishaq Iskandar mengatakan sebanyak 40 hingga 45 persen kasus HIV/AIDS akibat perilaku lelaki seks lelaki (LSL). Sementara wanita tuna susila (WTS) hanya sekitar 39 persen.
"Sebanyak 40-45 persen itu berasal dari faktor lelaki seks lelaki, ada 741, yang WTS hanya sekitar 39%. Sementara pelaggan WTS itu lelaki juga ji," kata Ishaq Iskandar, Rabu (20/11/2024) dilansir dari detikcom.
Dari data Dinkes Sulsel, pada 2021 penderita HIV di Sulsel sebanyak 1.490 kasus, 2022 sebanyak 2.069 kasus, dan 2023 sebanyak 2.098 kasus. Menurut Ishaq kasus HIV/AIDS di 2024 juga akan tembus 2.000 kasus.
"Mungkin akan tembus juga 2.000 kasus lebih pada 2024 ini karena per September sudah 1.600 masih ada 3 bulan ke depan," katanya.
Makassar menjadi daerah dengan jumlah kasus terbanyak yakni 702, disusul Gowa 112 kasus. Selanjutnya daerah lain seperti Kota Palopo 89 kasus, Bone 73 kasus, dan paling sedikit yakni Selayar dengan 12 kasus.
Baca Juga: Presiden Perintahkan Lempari Batu Kaum Gay
"Seluruh kabupaten tidak ada yang nihil, dulu masih ada kayak Selayar, Luwu Utara, Takalar, Bantaeng, hanya 1,3 sampai 5 kasus. Ini sekarang Selayar saja yang terendah kasus barunya ada 12 orang," bebernya.
Dia mengungkapkan ada 4 sasaran utama mendeteksi pengidap HIV yakni waria, pekerja seks komersial dan pengguna napza suntik (penasun). Dari target ini pria memang mendominasi yang dites.
"Dari 4 populasi kunci ini saja kebanyakan laki-laki, waria juga kan laki-laki kalau kita masukkan dalam pembagian jenis kelamin. Lelaki seks lelaki, penasun juga kami temukan laki-laki yang paling banyak penggunanya. Perempuan hanya dari wanita pekerja seks," ungkapnya.
Baca Juga: Kendalikan HIV, Pemkot Surabaya Perluas Layanan dan Masifkan Skrining
Lebih lanjut, Ishaq mengatakan kasus HIV memang merupakan fenomena gunung es. Semakin banyak dilakukan tes semakin banyak juga penderita yang akan ditemukan.
"Saat ini banyak ditemukan kasus juga karena semua puskesmas sudah bisa melakukan tes HIV, kalau dulu kan harus ke Makassar dulu. Itu sejak 2021 dengan dana APBN itu besar-besar melakukan peningkatan kapasitas rumah sakit supaya bisa tes HIV sekaligus bisa pengobatan," katanya.
"Sehingga mungkin sisi itunya penemuan kasus lebih banyak. HIV ini kan juga dikenal dengan fenomena gunung es semakin banyak testing akhirnya dapatnya juga banyak. Antusias yang ingin tes juga bertambah," tambahnya.ik
Editor : Redaksi