Terbiasa Minum Air Dingin setelah Ngegym, Binaragawan Kena Penyakit Jantung

NEW YORK - Franklin Aribeana mengalami penyakit jantung langka sampai dirawat di rumah sakit lebih dari 20 kali. Hal ini diduga karena kebiasaan minum air dingin setelah gym.

Kondisi itu baru disadarinya saat usianya 18 tahun. Saat itu, ia tengah berada di tempat gym.

Baca Juga: Aguero Merasa Jantungnya Bermasalah sejak Awal Gabung Barcelona

"Saya meneguk air dingin. Saat kembali tenang, saya merasakan bunyi seperti dentuman," ungkap pria bernama Franklin Aribeana itu, dikutip dari NYPost.

Pria 35 tahun itu memang memiliki kebiasaan minum air dingin setiap selesai gym untuk menyegarkan tubuhnya. Namun, setelahnya jantungnya berdetak sangat cepat.

Menyadari ada yang tidak beres pada jantungnya, Aribeana memutuskan untuk konsultasi ke dokter. Tetapi, perjalanannya itu tidak mudah.

Setelah 15 tahun dan 25 kali berkonsultasi dengan dokter, binaragawan itu baru mengetahui penyebabnya. Ia juga menjalani serangkaian tes genetik.

Hasilnya, Aribeana mengalami kelainan genetik yang menyebabkan kondisi fibrilasi atrium. Kondisi itu adalah salah satu jenis aritmia yang terjadi karena gangguan pada sinyal listrik, yang memicu detak jantung tidak sinkron.

Baca Juga: Diduga Serangan Jantung, Sergio Aguero Kolaps saat Bertanding

Dokter menduga aritmia yang dialaminya dipicu air dingin yang menyerang saraf vagus, bagian sistem saraf yang mengatur detak jantung. Itu disebabkan reaksi 'diving reflex' atau kondisi saat paparan air dingin menyebabkan detak jantung melambat untuk menghemat oksigen dan energi.

Diketahui Aribeana juga memiliki riwayat penyakit jantung. Akibatnya, jantungnya berdetak semakin kencang, tekanan darah menurun, hingga pingsan.

Selain itu, kondisinya juga diperparah dengan olahraga intensitas tinggi yang dijalani, seperti angkat beban.

Baca Juga: Mantan Pemain Timnas Heru Nerly Wafat di Usia 40

Menurut dokter yang menanganinya, Khashayar Hematpour, kondisi yang dialami Aribeana tidak biasa. Untuk mengobatinya, dokter melakukan operasi untuk melakukan ablasi.

"Satu hal yang menarik adalah bahwa reaksi Aribeana yang tidak biasa ini memungkinkan dokter tidak bisa mendiagnosis kondisinya sejak dini," jelasnya.

Selama operasi, dokter melakukan ablasi atau memutus hubungan antara saraf vagus dan jantung. Setelahnya, Aribeana bisa kembali menjalani aktivitasnya, meski dibarengi dengan pengobatan rutin untuk jantungnya.ik

Editor : Redaksi

Berita Terbaru