LABUAN BAJO (Realita)- Petani persawahan kewinda desa Rego kecamatan Macang Pacar, kabupaten Manggarai Barat provinsi Nusa Tenggara Timur mengaku kesulitan dalam mengolah lahan sawah mereka lantaran tidak memiliki alat pembajak seperti traktor.
Atas kesulitan itu mereka mengaku sangat membutuhkan perhatian pemerintah baik pemerintah daerah kabupaten Manggarai Barat, pemerintah provinsi NTT maupun pemerintah pusat agar dapat memberikan bantuan traktor sehingga mereka tidak lagi kesulitan untuk membajak sawah mereka.
Baca Juga: Petani Tembakau di Jombang Dihantui Hama Ulat
Ketua persawahan kewinda, Drs. Yuvens Deseli, mengatakan Kesulitan itu terjadi selama beberapa tahun terakhir seiring dengan hampir punahnya hewan ternak jenis kerbau yang biasa digunakan masyarakat setempat secara turun temurun untuk membajak sawah.
Hal ini diungkapkan Yuvensius saat bincang bincang dengan Media ini bersama Danramil 1612-08 Macang Pacar, Lettu Inf. Simon Halek, Bhabinsa Rego, Kopda Sahbudin dan juga penjabat kepala desa Rego, Rafael Moga, di Rumah pribadi Yuvens Deseli di Rego, Sabtu (5/02/2022) lalu.
“Pemilik lahan di persawahan kewinda pak saat ini kesulitan untuk membajak sawah karena tidak ada traktor. Ini terjadi beberapa tahun terakhir pak setelah populasi hewan ternak kerbau hampir punah. kami berharap pemerintah baik pemerintah daerah kabupaten Manggarai Barat maupun pemerintah Propinsi NTT dan Pemerintah pusat agar memperhatikan kebutuhan kami yaitu traktor,” ungkap Deseli.
Petani di persawahan kewinda kata Yuvens wajar mendapat bantuan traktor dari pemerintah sebab persawahan tersebut sangat luas. Menurutnya persawahan kewinda seluas kurang lebih 40 hektar dengan estimasi keseluruhan hasil panen mencapai 320.000 ton per musim.
Pemilik lahan persawahan kewinda menurut Yuvens berjumlah 160 orang namun jumlah itu tidak semuanya warga desa Rego tetapi juga dari beberapa desa sekitar seperti desa Watu Manggar, desa Watu baru, desa Lewat dan desa Wontong.
Pemilik lahan di persawahan Kewinda kata Yuvens tergabung di dalam 7 kelompok Tani (poktan) meski demikian belum ada yang mendapat bantuan traktor dari pemda Manggarai Barat.
Menurutnya, untuk membajak sawah, pemilik lahan sawah Kewinda menggunakan sebuah traktor milik kelompok Tani luar persawahan Kewinda yaitu milik kelompok Wela Woja. Traktor tersebut berukuran kecil dan tidak layak untuk membajak sawah. Mereka terpaksa menggunakannya karena tidak ada selain itu meski harus lama menunggu. Traktor kecil itu merupakan bantuan anggota DPRD NTT ketika itu, Veni Bantang kepada poktan Wela Woja.
Lebih lanjut Yuvens menjelaskan bahwa akibat ketiadaan traktor, jadwal tanam padi di persawahan Kewinda tidak sesuai musim atau terlambat, Musim tanam yang seharusnya dilakukan setiap bulan November atau Desember namun justru bergeser ke awal tahun bahkan hingga bulan Februari.
Akibat dari keterlambatan tersebut kata Yuvens berdampak buruk terhadap pertumbuhan tanaman padi. Hal ini dikarenakan ketersediaan air tidak sesuai kebutuhan tanaman, Sebab usia tanaman padi di persawahan Kewinda yang mencapai empat bulan dengan estimasi panen bulan juni sementara curah hujan biasanya hanya sampai pada bulan Maret sementara tanaman padi masih membutuhkan air.
Persawahan Kewinda hanya mengandalkan air hujan. akibat dari persoalan ini, nilai panen petani persawahan Kewinda sangat menurun.
Dalam kesempatan itu Yuvens mengisahkan bahwa persawahan Kewinda awalnya dibuka pada tahun 1960 silam diprakarsai atau digagas oleh kakak dari ayahnya yang merupakan seorang Pastor yaitu Pater Frans Soleman, SVD (alm).
Gagasan pembukaan persawahan tersebut kata Yuvens dilandasi dengan misi sosial Pater Frans atas kehidupan masyarakat Rego saat itu. Gagasan sang Pater tidak sia sia, masyarakat Rego dan sekitar yang memiliki lahan di Kewinda merasa terdorong untuk membuka lahan sawah meski awalnya mereka merasa pesimis.
Baca Juga: Eri Cahyadi Bagikan DBHCT, 9.370 KPM Dapat Masing-Masing Rp1,4 Juta
Penggagas atau Pater Frans ketika itu pernah meminta perhatian kepada Gereja dan juga Pemerintah, sehingga pada masa Gubernur Frans Lega pernah diberikan bantuan berupa pembangunan bendungan. Namun bendungan tersebut telah rusak sehingga persawahan kewinda kembali kesulitan air.
Pembukaan persawahan Kewinda dilakukan secara terorganisir dan dipimpin adik dari Pater Frans yaitu Bernardus Jega (alm) yang merupakan ayah dari Yuvens Deseli. Pasca Bernardus Jega meninggal dunia, anak kandungnya, Yuvens Deseli menggantikan peran ayahnya sebagai ketua persawahan kewinda hingga saat ini.
Kepada Media ini Yuvens mengungkapkan perannya sebagai ketua persawahan Kewinda adalah untuk mengkoordinasikan segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan persawahan kewinda seperti pembersihan selokan air, pembuatan jadwal pembagian air dan juga ketika ada kunjungan pihak Dinas atau tamu lainnya.
Selain Traktor, akses jalan dari Rego ke persawahan kewinda juga disinggung Yuvens, Ia berharap agar Pemerintah desa Rego dapat meningkatkan status jalan yang sudah dibuka itu ke teleford.
Dalam kesempatan yang sama Penjabat kepala desa Rego, Rafael Moga mengatakan mendukung upaya petani persawahan Kewinda dalam upaya mendapatkan bantuan traktor dari pemerintah.
Namun demikian Ia ingatkan agar apabila mengajukan permohonan bantuan atau jika sudah mendapat bantuan harus diketahui pemerintah desa. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah desa mengetahui usulan dan bantuan dari pemerintah yang diberikan kepada masyarakatnya
Tidak hanya itu, Rafael juga meminta ketua persawahan kewinda agar mendata semua kelompok tani persawahan Kewinda.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Terima Bantuan 2.000 Paket Sembako dari Yayasan Bhakti Persatuan
Terkait infrastruktur jalan ke persawahan Kewinda, Rafael mengungkapkan Pemerintah desa Rego akan mempertimbangkan. namun Ia sarankan untuk mengusulkannya.
Sementara itu, Danramil 1612-08 Macang Pacar, Lettu Inf. Simon Halek mengatakan mendukung langkah atau permintaan petani persawahan Kewinda.
Lettu Simon mengatakan bahwa pada point ke-5 dari 7 poin perintah harian KSAD jelas bahwa TNI AD harus hadir di tengah tengah kesulitan masyarakat apapun bentuknya dan senantiasa menjadi solusi.
Karena itu Lettu Simon mengungkapkan kehadirannya sebagai TNI AD diharapkan dapat mendorong kerja sama pemerintah untuk memperhatikan dan memberikan solusi terhadap kesulitan masyarakat seperti halnya kesulitan dan kebutuhan petani di persawahan Kewinda.
Lettu Simon berharap agar pemerintah kabupaten Manggarai Barat dapat memberikan bantuan traktor kepada petani persawahan Kewinda agar tidak lagi mengalami kesulitan dalam membajak sawah seperti yang mereka alami selama beberapa tahun terakhir.
Data yang dimiliki Yuvens, Gubernur NTT saat itu dr. Ben Mboi pernah melakukan panen raya secara simbolis di Persawahan Kewinda. Namun Yuvens tidak mengetahui secara pasti waktu dilakukannya panen raya secara simbolis tersebut.
Petani persawahan Kewinda sangat mengharapkan bantuan traktor dari pemerintah. Oleh karena itu pemerintah sejatinya responsif terhadap setiap kebutuhan masyarakat terutama masyarakat petani persawahan Kewinda.PaulNabang
Editor : Redaksi