Menular Seperti Delta, Omicron BA.4 dan BA.5, Memuncak di Bulan Juli

realita.co

JAKARTA - Dunia sedang mengalami kenaikan kasus COVID-19. Hal serupa pun terjadi di Indonesia.

"Konsisten penyebabnya varian baru Omicron BA.4 dan BA.5," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam jumpa pers virtual, Senin (13/6). 

Baca juga: Omicron BA.4 dan BA.5 Masuk RI, Bisa Picu Lonjakan Kasus

Kasus pertama varian ini terjadi di Afrika Selatan. Penularannya pun ternyata tak berdampak besar ke angka kematian.

"Kami juga mengamati di Afsel negara yang pertama mengidentifikasi varian ini. Puncak dari penularan varian ini 1/3 dari puncak Delta dan Omicron awal," ungkapnya.

"Kasus hospitalisasinya juga 1/3 dari Delta dan Omicron, kematiannya 1/10," imbuhnya.

Puncak kasus Omicron awal pada awal 2022 mencapai 57 ribuan kasus. Sementara puncak Delta di Juli 2021 di angka 54 ribuan.

"Walaupun menyebabkan kenaikan kasus tetapi puncak kenaikan kasus maupun hospitalisasi dan kematian jauh lebih rendah dari Omicron awal," jelas dia.

Puncak kasus Omicron diprediksi sebulan setelah kasus pertama kali ditemukan. Di Indonesia, kasus ditemukan dan diumumkan pada 7 Juni lalu. 

"Artinya puncak kasus bisa terjadi pada minggu kedua dan ketiga Juli," tutup dia.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan bahwa turunan omicron ini harus diwaspadai sebab memiliki mutasi yang dimiliki oleh varian delta.

“Kalau BA4 BA5 adalah sub varian omicron yang memiliki mutasi yang dimiliki oleh varian of concern delta seperti L452. Nah L452 ini sebagaimana delta itu membuat mutasi BA4 BA5 ini terutama BA5 mudah sekali menginfeksi orang bukan hanya yang belum divaksinasi tapi juga yang sudah divaksinasi. Bahkan yang sudah dua kali divaksinasi,” terang Dicky.

Baca juga: Omicron Masuk Korea Utara

Dicky menjelaskan dengan L452 mutasi yang sama dengan delta, varian BA.4 BA.5 mudah terikat reseptor AC 2 yang banyak di sel tubuh dan organ-organ manusia. Hal inilah yang menyebabkan varian BA.4 BA.5 mudah menginfeksi dan membuat timbulnya gejala.

Menurutnya kemampuan lain dari varian baru ini dapat dengan mudah menginfeksi manusia. Sub varian BA.4 dan BA.5 menurut ahli dapat melakukan reinfeksi yang artinya dapat terkena bukan hanya pada orang yang belum divaksin, tetap juga yang sudah divaksin bahkan yang sudah terkena COVID sebelumnya.

“Nah bahkan yang sudah terinfeksi oleh BA1 BA2 atau BA3 itu bisa terinfeksi lagi oleh BA4 BA5. Itu kemampuan dari BA4 BA5. Reinfeksi dia bisa,” jelas Dicky.

Mengenai pertumbuhannya kasus dengan adanya kemampuan dari BA.4 BA.5 ini, Dicky menyebut pertumbuhan perkembangan kasus berkisar 12-13% dan bisa meningkat bila tidak ada upaya yang memadai.

“Misalnya PPKM-nya dicabut, vaksinasinya turun, perilaku masyarakat memakai masker juga buruk. Itu dalam 2 minggu bisa dominan dan bisa menyebabkan peningkatan jumlah kasus terinfeksi khususnya,” terang Dicky.

Ia menambahkan potensi kasus varian BA.4 BA.5 meningkat bahkan dapat menciptakan gelombang baru bila mitigasi yang dilakukan tidak maksimal.

Baca juga: Sutiaji Perintahkan Dinkes Buka Tempat Isoter Khusus Warga Kota Malang

“Ketika kita tidak menerapkan mitigasi yang memadai dia berpotensi jadi gelombang, ada dalam beberapa minggu atau bulan ke depan,” kata Dicky.

Dicky menjelaskan bahwa dalam 2 minggu sub varian baru ini bisa menjadi dominan dan menyebabkan peningkatan jumlah kasus terinfeksi. 

Ia juga menilai ada potensi gelombang baru omicron BA.4 BA.5 dalam beberapa bulan ke depan bila Indonesia tidak menerapkan mitigasi yang memadai.

Ia juga mengingatkan bahwa diprediksi akan banyak kasus yang terjadi, bahkan pada orang yang sudah divaksin dan sudah pernah terkena COVID sebelumnya meskipun hanya bergejala ringan.

“Kemudian ketika terinfeksi dia tidak bergejala begitu ya atau ringan tapi ingat dia masih bisa menularkan. Oleh karena itu masker menjadi penting. PPKM level satu setidaknya masih penting untuk setidaknya meredam ini,” tegas Dicky.hrd

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru