JAKARTA - Kasus konfirmasi campak di Indonesia periode 2022 meningkat 32 kali lipat, jika dibandingkan laporan infeksi sepanjang 2021. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di 2021 ada 132 kasus, sementara per Desember 2022 sebanyak 3.341 pasien.
Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Anggraini Alam, SpA (K) mewanti-wanti masyarakat soal penularan virus campak. Satu kasus bisa menularkan virus ke 18 orang.
Baca Juga: Omicron Masuk Korea Utara
Artinya, angka reproduksi relatif lebih tinggi dibandingkan COVID-19 Omicron, cacar air, hingga polio. dr Anggraini menekankan cakupan vaksinasi campak perlu mencapai 91 sampai 94 persen untuk mencapai herd immunity.
"Campak adalah infeksi yang berpotensi wabah karena penularannya adalah melalui udara dan sangat mudah menular, kejadian kasus di 2022 meningkat 32 kali lipat," sebut dia.
Baca Juga: Sutiaji Perintahkan Dinkes Buka Tempat Isoter Khusus Warga Kota Malang
Gejala campak tidak boleh diabaikan, ada tiga fase infeksi yakni awalnya stadium prodromal, terjadi selama tiga hingga lima hari awal terpapar. Dalam fase ini, muncul demam tinggi, konjungtivitis, dan batuk.
Fase kedua, pasien campak mengalami fase erupsi yakni ruam menyeluruh. Mulai dari belakang telinga, badan dan lengan atas, hingga tungkai bawah, umumnya terjadi selama tiga hari.
Baca Juga: Covid Naik, RSUD Ponorogo Rawat 8 Pasien
Fase terakhir, seluruh gejala menghilang, hingga ruam berubah menjadi makula hiperpigmentasi atau skuama.
"Campak juga bisa memicu komplikasi, infeksi telinga, diare, pneumonia, bahkan komplikasi otak, meskipun terbilang jarang," sambung dr Anggraini.ik
Editor : Redaksi