JAKARTA- Komunikasi politk terus dilakukan Partai Golkar dengan berbagai partai jelang Pilpres 2014, terutama usai PPP mendukung Ganjar Pranowo. Lalu kemana partai pemenang kedua pemilu 2019 ini akan berkoalisi?
Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie pun menegaskan hanya ada dua pilihan bagi Golkar.
Baca juga: Direktur P3S: Pengangkatan 127 ASN di Minut Sudah Prosedural, Jangan Jadikan Komoditas Politik
“Yakni keluar dari KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) bergabung ke Gerindra atau dengan Koalisi Perubahan,” kata Jerry, Selasa (2/5/2023).
Jerry pun memulai analisanya dengan adanya intensitas pertemuan Partai Golkar bersama Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum Partai Nasdem Surya Paloh lalu terakhir dengan Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas
“Dari momen buka puasa bersama Surya Palloh, lebaran besama Prabowo hingga Sabtu kemarin ke Cikeas ketemu SBY dan AHY menunjukkan bahwa Partai Golkar selaku salah satu partai terbesar di negeri ini harus berkoalisi dengan yang lain guna memenuhi harapan partainya untuk menjadikan ketua umumnya Airlagga menjadi capres ataupun cawapres,” ucap Jerry.
Ia menjelaskan, jika hanya tersisa PAN digerbong KIB, maka Partai Golkar menyadari tak mungkin bisa memenangkan pilpres ataupun mendongkrak suara patainya di pemilu 2024 nanti.
“Saya kira PAN parpol yang tak konsisten. Kalau pemilih PAN bak swing voters. Belum lagi gaya politik bersayap dan berkaki tiga kerap dimainkan PAN. Jadi itu tidak menguntungkan untuk Partai Golkar,” ucapnya.
Jerry pun menampik Golkar akan ikut bergabung ke koalisi PDIP guna menyusul PPP. “Walau PPP ataupun PAN yang nanti akan mengekor ke gerbong PDIP mendukung Capres Ganjar, hal itu tidak membuat Golkar bergabung. Karena peluang Airlangga menjadi Cawapres Ganjar kecil kemungkinannya,” ujarnya.
Baca juga: Pemerintahan Prabowo Diminta Tak Pakai Jasa Buzzer dan Influencer
Lalu, ucap Jerry, untuk memenuhi peluang menjadi Cawapres adalah dengan berkoalisi ke Gerindra.
“Beberapa waktu lalu Airlangga pernah menyebut tak akan maju sebagai capres. Jadi kemungkinan besar bisa diplot sebagai cawapres Prabowo. Dan secara probabilitas, bila Airlangga menjadi calon wakil presiden Prabowo maka Cak Imin (Muhaimin Iskandar) harus mengalah,” tuturnya.
Namun, kata Jerry, tentunya akan ada risiko atas keputusan itu yang membuat PKB akan berlabuh ke gerbong PDIP.
“KIB dan KIR akan bubar. PKB berpaling dan bergabung dengan PDIP yang mengusung Ganjar,” jelasnya.
Baca juga: Airlangga Mundur, Pengamat: Jokowi dan Gibran Berpeluang Jadi Ketum jika AD/ART Diubah
Lalu, terkait dengan pertemuan Airlangga dengan Surya Palloh ataupun SBY, lanjut Jerry, dirinya meyakini hal itu bisa lebih berpotensi.
“Saya kira Golkar akan berlabuh ke Koalisi Perubahan yang mendukung Anies Baswedab sebagai Capres,” jelasnya.
Bahkan Jerry menyebut skenario Golkar bergabung dengan Partai NasDem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) cukup realistis.
“Koalisi Perubahan disebut memiliki potensi besar bahkan bisa menghadirkan kejutan di Pemilu 2024,” demikian Jerry menerangkan.
Editor : Redaksi