BEBERAPA waktu yang lalu kota kita didatangi tim penilaian dari pusat. Tepatnya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ini terkait penilaian program kampung iklim atau Proklim. Saya menyambut tujuh anggota tim verifikator itu di balai kota. Ya, setidaknya ada delapan titik di delapan kelurahan yang dilakukan penilaian untuk predikat Proklim tahun ini., Artinya, ada delapan lingkungan yang berpeluang mendapatkan predikat Proklim tersebut.
Penilaian Proklim ini memang dalam suatu kawasan atau wilayah tertentu. Bisa lingkup RT ataupun RW. Seperti salah satunya yang dikunjungi adalah lingkungan Jalan Pesanggrahan 6 nomor 1. Di lingkungan tersebut setidaknya masuk penilaian Proklim kategori Lestari. Sementara di tujuh titik lainnya masuk penilaian Proklom kategori utama. Saya optimis lokasi yang dinilai tadi mendapatkan predikat Proklim tahun ini. Kalau belum kesemuanya, ya paling tidak beberapa di antaranya. Saya optimis karena kota kita sudah cukup berpengalaman dalam urusan ini.
Baca juga: Tiba-tiba Mbah Kuri Ponorogo Datangi Rumah Bacawali Madiun Maidi
Setidaknya, sudah ada 18 titik lokasi di kota kita yang berhasil mendapatkan predikat Proklim ini sejak keikutsertaan pada 2020 silam. Baik yang berupa sertifikat utama maupun trophy utama. Yang penting kita sudah sering mengikuti ini. Apa yang kurang bisa jadi pembelajaran untuk yang sedang menjadi nominasi. Saya minta OPD yang terkait untuk mendalami ini. Dengan begitu bisa semakin sempurna ke depannya. Saya memang serius untuk urusan lingkungan. Saya perhatikan benar. Maklum, saya lahir dari ilmu alam. Pendidikan yang saya tempuh terkait itu. pun, setelah lulus, saya mengajar ilmu geografi 13 tahun lamanya.
Tak heran, gatal tangan saya untuk mengatasi banjir di Kota Madiun begitu menjabat sebagai wali kota. Masyarakat Kota Madiun tentu masih ingat akan kondisi banjir di Jalan Pahlawan sebelum 2018 silam. Banyak videonya di internet. Terutama kendaraan yang menerjang genangan di Jalan Pahlawan. Kondisi itu yang harus kita tangani dulu. Bagaimana orang mau datang kalau kondisinya banjir. Baru hujan sebentar air sudah meluap. Orang jadi malas. Tak heran kalau kota kita disingkiri.
Air itu turun dari langit untuk pulang menuju tanah. Namun, seiring hadirnya pembangunan banyak jalan-jalan masuk air ke dalam tanah yang tertutupi. Belum lagi saluran yang mampet. Banyak sampah. Akhirnya air menggenang dimana-mana. Kalau air bisa berekspresi, mungkin sudah menangis. Karena saya berangkat dari ilmu alam, pembangunan di Kota Madiun juga harus berwawaskan lingkungan. Tidak asal membangun tanpa memikirkan keseimbangan lingkungan.
Baca juga: Bapelitbangda Sosialisasikan RPJPD Kota Madiun 2025-2045
Di Jalan Pahlawan, saluran kita besarkan. Setiap sepuluh meter kita beri resapan. Ini sebagai jalan pulang air masuk ke dalam tanah. Ini bukan hanya di saluran Jalan Pahlawan. Tetapi semua saluran lingkungan harus ditambahkan resapan. Bahkan sampai saluran lingkungan. Areal resapan ini bukan hanya sebagai jalan pulang air. Tetapi banyak manfaat di baliknya. Bisa menjadi sumber cadangan air yang menyuburkan areal sekitarnya. Kenapa ini penting, karena saya juga gemar akan tanaman. Setiap trotoar besar selalu ditambahkan pohon-pohon. Bahkan, ada yang di areal jalan. Ada keinginan untuk menghadirkan hutan di kawasan perkotaan. Kota dengan segala kemudahannya tetapi bernuansa seperti hutan di pedalaman.
Bukan tanpa alasan mengedepankan perhatian kepada lingkungan. Ini bukan hanya perhatian kita. Tetapi sudah menjadi perhatian dunia. Semua negara berlomba untuk mengedepankan konsep kembali ke alam. Negara yang berhasil menerapkan itu menjadi jujukan wisatawan. Saya ingin Kota Madiun juga begitu. Kita perkotaan, tetapi menjadi jujukan karena berhasil menerapkan konsep keseimbangan lingkungan. Kita tentu sepakat dengan konsep menyayangi lingkungan maka lingkungan akan menyayangi kita. Saya ingin masyarakat juga begitu. Namun, mereka harus diberikan contoh. Maka pemimpinlah yang harus lebih dulu menerapkan itu.
Pemimpin di Kota Madiun sejatinya sudah menerapkan itu. Hal itu dibuktikan dari diraihnya penghargaan Green Leadership Nirwasita Tantra dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bukan hanya sekali, tetapi kota kita sudah mendapatkan penghargaan itu untuk 2020. Penghargaan diberikan pada 2021. Kota kita kembali berhasil mendapatkan itu di tahun berikutnya. Bukan hanya saya, tetapi juga ketua DPRD kita. Saya mendapatkan penghargaan sebagai Kepala Daerah Kategori Kota Sedang Terbaik II dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Tahun 2021. Sementara Ketua DPRD Kota Madiun Andi Raya Bagus Miko Saputra mendapatkan penghargaan sebagai Terbaik II Kategori Kota Sedang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Tahun 2021. Pengharagaan diberikan pada 2022 lalu.
Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Wali Kota Madiun Ajak Masyarakat Teruskan Perjuangan
Kota kita berkesempatan mendapatkan penghargaan itu kembali. Ya, penyerahan penghargaan untuk 2022 itu akan dijadwalkan pada Selasa 29 Agustus nanti. Kota kita kemungkinan besar kembali meraih penghargaan itu. Sebab, saya sudah mendapat undangan untuk menghadiri itu. Kalau ini benar adanya, berarti kota kita berhasil mendapatkan penghargaan itu tiga tahun berturut-turut. Paling tidak dari tiga kategori yang mengemuka, selalu ada dari Kota Madiun yang mendapatkan. Bisa saya atau ketua DPRD. Ada juga kategori kota/kabupaten dan provinsi. Penghargaan memang bukan segalanya. Tetapi melalui penghargaan bisa menjadi sebuah pembuktian. Ini adalah hasil kerja nyata kita bersama demi Kota Madiun yang lebih baik ke depannya.
Penulis adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd
Editor : Redaksi