PONOROGO (Realita)- Nasib tragis dialami petani cabe di Kabupaten Ponorogo. Pasalnya, ditengah hargai cabe yang meroket di pasaran, petani cabe di wilayah ini justru merugi lantaran gagal panen.
Seperti yang dialami petani cabe di Desa Ronosentanan Kecamatan Siman ini. Lebih dari 40 hektar tanaman cabe di kawasan ini mati dan membusuk. Alhasil, petani cabe gagal panen akibat kondisi ini. Mereka pun terpaksa mencabuti tanaman cabe berusia 4 hingga 5 bulan tersebut.
Baca juga: Harga Cabai Meroket di Petani, Pemkot Surabaya Gerakkan Warga Tanam Cabai
" Sekarang satu persatu banyak yang rontok. Daunnya rontok dan buahnya rontok terus mati," ujar salah satu petani cabai di wilayah ini, Karyono, Kamis (02/11/2023).
Karyono mengungkapkan, penyebab matinya puluhan hektar tanaman cabe ini akibat cuaca ekstrim, dan serangan jamur yang membuat batang tanaman lapuk dan akhirnya mati.
Baca juga: Tekan Inflasi Daerah, Pemkot Batu Kembali Gerakan Tanam Ribuan Bibit Cabai
" Penyebabnya pertama panas kedua mungkin dari jamur atau mungkin dari bibitnya padahal bibitnya juga beli mahal. Seharusnya sekali panen satu kotak biasanya itu 70 - 80 kilogram kadang-kadang bisa mencapai 90 kilogram kalau normal dalam 5 hari sekali. Sekarang keadaan sudah kayak gini mungkin satu kotak 1 kilo, 2 kilo sudah ngos-ngosan," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Ronosentanan Kecamatan Siman Agung Priyanto mengungkapkan, matinya tanaman cabe di wilayah ini sudah terjadi sejak Oktober lalu. Saat ini petani terpaksa mengganti tanaman cabai dengan jagung, sembari menunggu masa tanam padi tiba.
Baca juga: Kendalikan Inflasi, Pemkot Surabaya Tanam Cabai Bersama Kelompok Tani Se-Surabaya
" Petani cabe di Ronosentanan sangat mengenaskan. Tidak ada hasilnya sama sekali baru aja mau petik sudah gagal panen, padahal ini salah satu sentra penghasil cabe. Dengan keadaan seperti ini banyak petani yang rugi," pungkasnya.znl
Editor : Redaksi