Menghadapi 100 Tahun Indonesia, Ong Hengky Ongkywijoyo: Mongelola SDA dan Membangun SDM Berkualitas

Reporter : Redaksi
Ong Hengky Ongkywijoyo

SURABAYA (Realita)- Indonesia akan mengalami usia emas pada tahun 2045. Pada saat itu, Indonesia genap berusia 100 tahun alias satu abad. Di masa itu, ditargetkan Indonesia sudah menjadi negara maju dan sejajar dengan negara adidaya.

Momentum bersejarah tersebut memang masih sekitar saperempat abad lagi. Namun untuk mewujudkannya diperlukan persiapan yang matang sejak jauh-jauh hari. Sumber daya manusia Indonesia harus unggul, berkualitas, dan memiliki karakter.

Di tengah dinamika sosial dan ekonomi Indonesia, Ong Hengky Ongkywijoyo muncul sebagai sosok yang sangat dihormati di Jawa Timur. Pengusaha asal Surabaya itu memberikan pandangan bagaimana kita menghadapi 100 tahun Indonesia dan bagaimana kita mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah ini.

Ong Hengky Ongkywijoyo lahir di Surabaya, provinsi Jawa Timur, dan merupakan keturunan Chinese. Latar belakangnya yang multikultural memberinya perspektif yang luas tentang keragaman di Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di tingkat Sarjana (S1) dengan jurusan Akuntansi, sebuah bidang yang memberikan landasan kuat dalam memahami dinamika ekonomi.

Sekarang, ia dikenal sebagai seorang pengusaha yang bergerak dalam bidang import alat berat. Meski warga keturunan, namun dirinya sangat mencintai Indonesia.

Kecintaannya terhadap Negara Indonesia sangat besar. Hal itu juga dia tanamkan pada anak-anaknya. Meski tiga putranya lulusan luar negeri, namun dia tak mengijinkan anak-anaknya tersebut bekerja di luar negeri.

“ilmunya saja yang kita ambil dari luar negeri, namun kita tetap harus mencari nafkah di negeri sendiri. Indonesia adalah negara luar biasa, sumber daya alamnya melimpah, negaranya juga luas. Jadi kita harus bisa memanfaatkan kondisi Indonesia yang begitu luar biasa ini untuk kita olah sendiri,” beber Ong Hengky,” Kamis (26/9/2024).

Lebih lanjut Ong Henky yang lahir di Surabaya tahun 1965 silam ini mengatakan bahwa manusia hidup selalu akan berupaya untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Sebenarnya, kata Ong Hengky kekayaan alam Indonesia bisa dijadikan inspirasi masyarakat Indonesia terutama generasi muda untuk menjadi lebih baik terutama dari sisi ekonomi.

“ Banyak kekayaan alam yang sudah diberikan Tuhan sesuai dengan potensinya dan sesuai dengan kebutuhan daerah, namun kenapa masih banyak daerah yang masih belum bisa mengelola,” ujar Hengky.

Dia mencontohkan, pulau Sumatera yang begitu luas dan tentunya dengan kekayaan alam yang begitu melimpah. Namun, tak banyak masyarakat Indonesia yang bersedia untuk menetap di pulau Sumatera. Semua masih berpusat di Jawa.

“Ini karena pengelolaan Sumber Daya Alam yang kurang, artinya Sumber Daya Manusia (SDM) nya yang masih belum tersebar secara merata di pulau-pulau yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Masih kata Hengky, meski memanfaatkan hasil alam namun tidak harus merusak. Seperti penebangan hutan misalnya, dia tidak setuju apabila hutan di Indonesia ditebang untuk pembangunan. Sebab hutan merupakan suatu paru-paru dunia, menjaga keseimbangan alam.

“Kalau hutan kita ditebang, tentunya ekosistem hutan akan terganggu dan akan terjadi banjir, longsor dan lainnya. Jadi kita memanfaatkan alam tapi jangan merusaknya,” ujar Hengky.

Lebih lanjut Hengky mengatakan, dia juga sangat tidak setuju ketika pemerintah membangun jalan tol terlalu banyak namun mengabaikan jalan umum. Mestinya lanjut Hengky, jalan umum lah yang menjadi prioritas untuk dibangun. Misalnya dengan memperlebar jalan umum baik di desa maupun di kota.

“Saat ini jalan di desa hanya empat sampai enam meter, itu bisa dilebarkan menjadi 10 sampai 12 meter, sementara jalan antar kota saat ini hanya 10 meter maka bisa diperlebar menjadi 15 meter atau 20 meter. Ini sangat penting untuk distribusi logistik dari desa ke kota dan sebaliknya dari kota ke desa, dengan biaya yang tentunya lebih murah daripada harus lewat tol,” beber Hengky.

Di sisi lain, Hengky lebih setuju pemerintah berkosentrasi ke masalah pendidikan daripada terus membangun jalan tol. Sebab, pendidikan ini mencakup hajat hidup orang banyak.

“ Lebih baik membebaskan biaya mulai dari pendidikan dini sampai ke SMA, tentu itu lebih baik dan lebih tepat sasaran,” tutupnya.ys

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru