BORONG, MANGGARAI TIMUR (Realita)- Warga desa Tengku Lawar kecamatan Lamba Leda, kabupaten Manggarai Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur mengaku kecewa dengan PT. Telaga Ende perwakilan Ruteng selaku vendor instalasi listrik di desa tersebut.
Kekecewaan itu disebabkan karena hingga saat ini vendor instalatir listrik yang berkantor di Bahong desa Benteng Kuwu kecamatan Ruteng kabupaten Manggarai tersebut belum juga memasang meteran listrik di rumah mereka.
Baca juga: Sopir Truk Melanggar, Bukan Ditilang Tapi Dipalak Oknum Polantas Rp 25 Ribu
Tidak hanya dengan PT. Telaga Ende, warga juga mengaku kecewa dengan kepala desa Tengku Lawar, Yohanes Sabu.
Masyarakat menilai keterlibatan langsung kepala desa Yohanes Sabu yang berperan menagih uang meteran listrik dari calon pelanggan tersebut justru tidak berjalan lancar, tidak sesuai kesepakatan saat sosialisasi.
Kekecewaan itu disampaikan Hendrik Kasman, salah seorang warga Rawang desa Tengku Lawar saat diwawancara media ini pada Senin (01/02/2022) lalu
“Saya kecewa sekali pak dengan PT. Telaga, vendor yang instalasi listrik di desa kami ini, sudah terima uang tapi sampai sekarang meteran belum ada, belum dipasang," ungkap Hendrik penuh kesal.
Kepada media ini Hendrik mengaku telah menyetor uang senilai Rp. 2.177. 500, uang tersebut disetornya melalui kepala desa Tengku Lawar, Yohanes Sabu. Penyetoran tersebut tambahnya tidak dibuatkan kwitansi, Yohanes hanya mencatat di dalam sebuah buku pegangannya.
Warga desa Tengku lawar lainnya, Marsianus Tomian juga mengungkapkan hal yang sama. Ditemui dalam kesempatan berbeda, Tomian mengungkapkan kekecewaannya kepada PT. Telaga Ende perwakilan Ruteng tersebut.
Meski belum lunas, Tomian mengaku telah menyetor uang sebesar Rp. 1.877. 000 sebagai panjar untuk pengadaan meteran dan instalasi listrik di rumahnya. Sama seperti Hendrik, Tomian menyetor uang tersebut melalui kepala desa Yohanes Sabu, juga tanpa kwitansi.
Tomian mengungkapkan bahwa uang tersebut dicicilnya sebanyak dua kali yaitu pada bulan Juni dan bulan Oktober 2021 lalu. Dirinya mengaku bahwa tunggakan yang masih harus Dirinya bayar adalah Rp. 300.000.
Tomian menegaskan bahwa Ia akan melunasi tunggakannya itu jika meteran listrik di rumahnya telah dipasang dan menyala.
Hal itu kata Tomian, sesuai dengan kesepakatan saat sosialisasi yang sebelumnya dilakukan oleh pihak PT. Telaga Ende bersama kepala desa Tengku Lawar, Yohanes Sabu dengan calon pelanggan.
Hendrik dan Tomian mengungkapkan bahwa Direktur PT. Telaga Ende, Diana awalnya berjanji bahwa meteran listrik di rumah mereka akan dipasang atau menyala sebelum Natal pada Desember 2021 lalu namun tidak terealisasi. Janji pertama gagal, Diana kembali berjanji akan pasang dan nyala pada Tahun baru 2022, namun kembali tidak ditepati.
Atas tidak ditepatinya janji direktur PT. Telaga itu, Tomian beberapa kali menanyakan kepada Yohanes Sabu perihal belum dipasangnya meteran listrik rumah mereka itu namun Yohanes Sabu tidak memberikan jawaban pasti, Ia hanya mengatakan bahwa tidak perlu kwatir karena uang yang Ia terima dari calon pelanggan telah disetornya kepada PT.Telaga Ende
Direktur PT. Telaga Ende perwakilan Ruteng, Diana saat dihubungi Media ini tidak mau memberikan klarifikasi.
Kepala desa Tengku Lawar, Yohanes Sabu dihubungi media ini pada Kamis (10/02/2022) membenarkan jika Dirinya telah menerima uang dari calon pelanggan PLN di desanya itu. Namun menurutnya yang sudah setor lunas hanya satu orang sementara yang lainnya baru setor panjar dengan nilai bervariasi.
Baca juga: Terdakwa Mengaku Ditangkap Saat Hendak Mengembalikan Uang
“Kalau itu benar sekali, tidak ada yang salah pak, di Tengku Lawar per pelanggannya Rp. 2.177.500 tapi yang sudah bayar lunas hanya satu orang pak, atas nama Hendrikus Kasman, yang lain hanya panjar, ada yang satu juta, ada yang satu juta lebih9” ungkap Yohanes.
Yohanes menambahkan bahwa total sekitar 60 kepala keluarga lebih yang telah menyetor uang kepadanya. uang tersebut menurutnya telah disetor ke Diana selaku direktur PT. Telaga Ende.
Yohanes juga turut mempertanyakan, mengapa meteran listrik rumah warganya itu belum juga dipasang.
“Saya juga tidak tau bagaimana vendor memproses ini, apakah memang tidak ada ketersediaan meteran atau bagaimana, itu yang saya tidak tahu," tutur Yohanes.
Yohanes mengaku Diana menelepon Dirinya setelah dikonfirmasi media ini. Diana meminta Dirinya untuk menagih uang tunggakan di calon pelanggan. Yohanes juga mengatakan bahwa sebenarnya Diana berjanji memasang meteran listrik atas nama Hendrikus Kasman pada Sabtu 5 Februari 2022 lalu namun tidak juga direalisasi.
Yohanes mengatakan bahwa kepada Dirinya Diana menyampaikan bahwa meteran listrik para calon pelanggan yang hanya setor uang panjar itu tidak dipasang karena takut jangan sampai setelah dipasang, masyarakat tidak bisa melunasinya.
Di lain pihak Yohanes mengaku bahwa saat sosialisasi disepakati bahwa apabila meteran telah dipasang maka sisa tunggakan akan dilunasi.
Hal ini sejalan dengan komitmen yang disampaikan Tomian yang mengatakan bahwa Dirinya akan melunasi jika meteran listrik di rumahnya telah terpasang. Tomian mengungkapkan semua yang telah setor panjar memiliki komitmen yang sama.
Baca juga: Tarik Infak dari Siswa, Kepsek Dibebastugaskan
Sementara itu Manajer PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Ruteng saat dikonfirmasi belum lama ini mengatakan pihaknya akan memanggil pihak PT. Telaga Ende perwakilan Ruteng. Namun Ia tidak menjelaskan kapan akan dipanggil
Media ini pada Kamis, (10/02/2022) kembali mengkonfirmasi Manajer PLN ULP cabang Ruteng perihal langkah yang telah dilakukannya. Melalui pesan whattsapp Ia mengatakan bahwa Dirinya telah memanggil direktur PT. Telaga, Diana namun Diana sedang berduka.
“Mohon maaf sebelumnya, kemarin saya sudah panggil ibu Dhiana, tapi kemarin beliau lagi ada kedukaan,” ungkapnya.
Belum dipasangnya meteran listrik warga di desa Tengku lawar adalah bukti nyata amburadulnya layanan yang dilakukan PLN ULP cabang Ruteng terhadap calon pelanggannya, padahal program desa terang terus digaungkan pemerintah pusat.
Pengawasan pihak PLN terhadap vendor sebagai mitranyapun dipertanyakan. Bisa saja kinerja vendor tidak dilakukan evaluasi. Terkait hal ini manajer PLN ULP Ruteng mengatakan bahwa yang menentukan vendor adalah kepala desa.
Jika demikian apakah ketika terjadi persoalan seperti halnya yang terjadi di desa Tengku Lawar adalah bukan termasuk tanggung jawab PLN ULP Ruteng?
Di sisi lain, kepala desa Tengku Lawar, Yohanes Sabu sulit mengambil sikap ketika vendor dalam hal ini PT. Telaga Ende lalai melaksanakan tanggung jawabnya karena sang kepala desa sudah terlibat langsung dalam urusan bisnis dengan vendor, di mana kepala desa Yohanes Sabu berperan sebagai orang yang menagih uang dari calon pelanggan.
Peran itu diakui Yohanes Sabu ketika dikonfirmasi media ini melalui telepon selulernya. PaulNabang.
Editor : Redaksi