Kerusuhan Kanjuruhan, 144 Tewas, Diduga karena Sesak Nafas Akibat Gas Air Mata

MALANG - Kapolda Jawa Timur, Irjen. Pol. Nico Afinta buka suara terkait tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Ia menyebut anak buahnya melepaskan gas air mata karena Aremania sudah bertindak anarkis.

Pertandingan pekan ke-11 BRI Liga 1 2022/23 antara Arema FC berhadapan dengan Persebaya Surabaya berakhir ricuh. Ribuan Aremania masuk ke lapangan usai tim kesayangan mereka kalah 3-2 dari sang tamu.

Baca Juga: Sinergitas Polri Bersama Aremania Tampak Dalam Lomba Mural yang Digelar Polres Batu

Alhasil situasi menjadi rusuh di dalam stadion Kanjuruhan. Sehingga anggota kepolisian yang bertugas menembakkan gas air mata ke arah penonton untuk memecah massa.

Namun keputusan Polisi ini mendapatkan kritikan keras dari seluruh elemen masyarakat. Pasalnya tembakan gas air mata ini disebut menjadi penyebab ratusan nyawa meninggal dunia di stadion Kanjuruhan, di mana FIFA sendiri sudah melarang penggunaan gas air mata dalam menangani kerusuhan di pertandingan sepak bola.

Kapolda Jawa Timur, Irjen. Pol. Nico Afinta mencoba menjelaskan kronologi yang terjadi di stadion Kanjuruhan itu. Ia menyebut bahwa kerusuhan ini dimulai karena kekecewaan Aremania yang melihat timnya kalah.

"Permasalahan terjadi pada saat pertandingan telah selesai, di mana ada kekecewaan penonton (Aremania) melihat timnya yang tidak pernah kalah selama 23 tahun di kandang sendiri (melawan Persebaya) namun malam ini menelan kekalahan," ungkap Nico.

"Rasa Kekecewaan itu yang menggerakan para penonton turun ke tengah lapangan untuk mencari pemain dan official untuk menanyakan mengapa bisa sampai kalah," lanjutnya.

Mengenai penggunaan gas air mata, Nico menyebut bahwa pihaknya sudah mencoba menggunakan cara persuasi. Namun massa disebut kian anarkis sehingga petugas mereka terpaksa menembakkan gas air mata di situasi tersebut.

Baca Juga: Lupakan Tragedi Kanjuruhan, Ibu Maryam Percaya Putusan Hakim Adalah yang Terbaik

"Oleh karena itu tim pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan untuk mengejar para pemain," beber Nico.

"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan, pihak keamanan melepaskan gas air mata karena sudah anarkis, karena massa sudah menyerang petugas, sudah merusak mobil," terang orang nomor satu di Kepolisian Jawa Timur tersebut.

Nico tidak menampik bahwa penembakan gas air mata itu menjadi salah satu penyebab meninggalnya banyak Aremania. Ia menyebut bahwa terjadi penumpukan di pintu keluar akibat tembakan gas air mata itu sehingga banyak yang kekurangan oksigen dan meninggal dunia.

"Karena gas air mata mereka (Aremania) pergi keluar ke satu titik di pintu keluar, kalau tidak salah pintu 10 atau pintu 12, Kemudian terjadi penumpukan," beber Nico.

Baca Juga: Dua Polisi Divonis Bebas, Orangtua Korban Tragedi Kanjuruhan Pasrahkan pada Hakim

"Dalam proses penumpukan itulah tejradi sesak nafas dan kekurangan oksigen, di mana tim medis dan tim gabungan memberikan mencoba memberikan upaya pertolongan kemnudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," imbuhnya.

Pihak Kepolisian Jawa Timur sendiri juga mengumumkan jumlah korban jiwa di tragedi Kanjuruhan tersebut.

Mereka mengonfirmasi ada total 127 Aremania yang berpulang, di mana 34 orang meninggal di Stadion, 93 meninggal di rumah sakit dan 180 orang masih mendapatkan perawatan intensif. Bahkan update terakhir, korban tewas mencapai 144 orang.mad

Editor : Redaksi

Berita Terbaru

Ada 5 Tersangka Baru gegara Korupsi

  JAKARTA-Kejagung tetapkan lima tersangka baru korupsi timah Penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung menetapkan …