SIDOARJO (Realita)- Pemdes Bogem Pingir kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo merayakan Ruwat Desa dikemas dengan konsep ala kerajaan, panitia, Kepala Desa dan perangkat desa, tampak berpakaian bak kraton kasultanan.
Petugas pembawa acara yang biasa menggunakan bahasa Indonesia, di momen sedekah bumi ini menggunakan bahasa Jawa halus.
Baca Juga: Bikin Konten Memperbolehkan Bertukar Pasangan, Gus Samsudin Jadab Jadi Tersangka
Perhelatan yang digelar di pendopo Balai Desa setempat itu, di padati ratusan warga setempat, warga desa tampak antusias dalam memperingati acara ruwatan desa ini. Momen ini sejak lama sudah di nanti-nanti warga, tujuannya adalah untuk ngalap berkah dari Tuhan Yang Maha Esa dan dijauhkan dari segala penyakit dan mara bahaya yang melanda di desa.
Di era modern, tradisi kuno ini seakan sudah usang tergerus oleh zaman, oleh karenanya, melalui Kepala Desa Bogempinggir, Sutikno, ini merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan. Dalam sambutannya Sutikno menyampaikan,"budaya tradisi selalu menarik untuk disimak di tengah-tengah peradaban modern. Mempertahankannya, berarti melestarikan warisan leluhur yang mulai tergerus oleh zaman,"katanya, Jum'at (10/3/2023).
Pihaknya mengatakan,"kegiatan sedekah bumi ini selalu di laksanakan setiap tahun di desa kami, tepatnya menyambut datangnya bulan suci Ramadhan,"lanjut Sutikno.
Bersamaan dengan momen tersebut, tampak hadir tamu undangan pejabat daerah Sidoarjo nomor wakhid, yakni Gus Muhdlor, Bupati Sidoarjo. Di dalam forum, orang nomor satu di Sidoarjo ini di sambati oleh warga, tentang pengairan sawah yang selama ini menjadi kendala petani dalam bercocok tanam.
Baca Juga: Jumat Keramat, KPK Periksa Bupati Sidoarjo Gus Muhlor
Mendapat keluhan dari masyarakat, Gus Muhdlor mengatakan akan berkoordinasi dengan dinas terkait, dan akan memprioritaskan keluhan petani desa Bogempinggir.
"Ini akan menjadi catatan bagi kami, dan kami akan koordinasikan dengan dinas terkait, kendala apa yang menjadi penghambat pengairan di Desa Bogempinggir, sehingga petani yang seharusnya setahun bisa panen tiga kali, karena kendala air, akhirnya menjadi sawah tadah hujan, ini akan kita pikirkan dan segera direalisasikan,"kata dia.
Gus Muhdlor juga berpesan, agar mempertahankan tradisi guyup rukun antar warga,"Jangan ada polemik karena Pilkades ada warga yang berseteru hingga sekarang, sing mari ya wes mari,"pesannya.
Baca Juga: Dibidik KPK, Harta Gus Muhdlor Capai Rp 4,7 Miliar
"Tetap pertahankan kearifan lokal, sebagai ciri khas daerah masing-masing. Dalam acara sedekah bumi di Sidoarjo, mayoritas desa-desa menggelar pertunjukan wayang kulit. Lagi marak memunculkan kesenian lama. Selain itu, Gus Muhdlor juga berpesan untuk bersama-sama menekan angka stunting.
"Mari bersama-sama guyup rukun untuk Sidoarjo lebih maju dan Bogempinggir lebih baik,"lanjut Gus Muhdlor.
Kegiatan sedekah bumi, diakhiri dengan acara arak-arakan oleh warga desa memikul gunungan tumpeng dan gunungan hasil panen, selanjutnya sesepuh desa mlarung sesajen ke sungai kali mas.jh
Editor : Redaksi