Komisi VII DPR RI Apresiasi PLN Mengatasi Oversupply Listrik

JAKARTA- Komisi VII DPR RI mengapresiasi berbagai upaya PT PLN (Persero) dalam mengatasi kelebihan pasokan listrik atau _oversupply_ yang terjadi. Pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu menjadi pemicu turunnya pertumbuhan konsumsi listrik yang menyebabkan terjadi _oversupply._

Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti menilai upaya yang dilakukan PLN dalam mengatasi _oversupply_ perlu diapresiasi serta didukung. Menurutnya, PLN juga sudah melakukan langkah strategis dalam menggenjot konsumsi listrik masyarakat agar kondisi _oversupply_ tak berdampak signifikan pada kondisi PLN.

Baca Juga: Pimpin Delegasi Indonesia di COP29, Hashim Djojohadikusumo Pikat Pendanaan Hijau EUR 1,2 Miliar untuk Sektor Kelistrikan

"Kami mengapresiasi langkah PLN dalam mengatasi _oversupply_. Berbagai langkah PLN perlu didukung. Terobosan PLN dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik untuk bisa menurunkan _oversupply_ ini juga merupakan langkah yang strategis," kata Dyah.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto juga menilai, langkah PLN dalam mengupayakan perluasan _demand_ patut diapresiasi. Ia menilai, mengatasi kondisi kelebihan pasokan listrik bukan hal yang mudah, namun PLN sudah berupaya dan perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak.

"Untuk bisa meningkatkan _supply and demand_ itu tentu saja tidak mudah. Namun upaya PLN menciptakan strategi yang canggih dan cerdas seperti sekarang ini harus terus dijaga," ujar Mulyanto.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan kondisi _oversupply_ yang terjadi saat ini erat kaitannya dengan adanya perubahan perilaku masyarakat dalam mengonsumsi listrik. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang menjadi salah satu acuan dari pertumbuhan listrik juga bergeser sehingga konsumsi listrik menjadi terkoreksi.

"Ada _struktural change_ dalam stuktur pertumbuhan ekonomi. Khususnya yang semula pertumbuhan ekonomi berbasis manufaktur bergeser ke pariwisata yang berbasis jasa. Begitu ada covid-19, konsumsi listrik turun," ujar Darmawan.

Namun, PLN melakukan berbagai upaya untuk menjaga kondisi _supply and demand_. Mulai dari mengatur beban pasokan listrik, meningkatkan pertumbuhan konsumsi listrik hingga efisiensi operasional.

Baca Juga: PLN Paparkan Strategi Dorong Pertumbuhan Ekonomi melalui Swasembada Energi Berkelanjutan

"PLN berusaha keras mengejar target penyeimbangan pasokan dan _demand._ Pembangkit swasta yang sedang konstruksi beberapa kami renegosiasi dan melakukan penundaan masuk ke sistem PLN. Ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan pasokan dengan _demand,_ dan memberi waktu untuk menaikkan _demand,"_ kata Darmawan.

Cilegon dalam

Selain itu, PLN juga menggenjot pertumbuhan konsumsi lewat berbagai program seperti _electrifying agriculture_ dengan mengganti alat pertanian dengan berbasis listrik. Tak hanya meningkatkan konsumsi listrik, program ini juga mampu meningkatkan produktivitas dan  memberikan manfaat efisiensi bagi para petani.

"Untuk petani, di penggilingan ternyata bisa semakin murah karena bisa seperempat dari biaya operasional. Petani buah naga juga produktivitasnya meningkat dengan sangat baik," cerita Darmawan.

PLN juga melistriki pelabuhan dan aktivitas perikanan lewat program _electrifying marine_. Lewat program ini, PLN mengganti kebutuhan energi pelabuhan yang semula bergantung pada BBM menjadi berbasis listrik.

Baca Juga: CEO Climate Talks: PLN Siap Dukung Pemerintah Capai 75% Energi Terbarukan hingga Tahun 2040

"Kami bekerja sama dengan Pelindo dan Kementerian Perhubungan memasang anjungan listrik di dermaga, sehingga saat kapal sandar, dari sebelumnya menggunakan genset yang tidak ramah lingkungan, kini bisa langsung menggunakan listrik PLN. Selain lebih ramah lingkungan, ini membuat biaya operasional lebih efisien hingga 30%," kata Darmawan.

PLN juga aktif melakukan _captive power acquisitions_ untuk mendorong produktivitas industri. PLN meyakinkan para pelaku industri yang masih memakai pembangkit sendiri beralih ke pasokan listrik PLN. Hal ini selain meningkatkan pertumbuhan listrik PLN juga mampu meningkatkan _cost saving_ industri.

Darmawan menegaskan seiring dengan pemulihan ekonomi, pertumbuhan listrik semakin membaik saat ini. Hal ini terlihat pada konsumsi listrik pada tahun 2020 yang masih -0,78% lalu melonjak ke 5,72% pada tahun 2021. Hal ini menunjukkan trend pertumbuhan positif. Bahkan pada tahun 2022, pertumbuhan konsumsi listrik mencapai 6,11%.

"Ini menunjukkan bahwa perekonomian di Indonesia sudah kembali normal, bahkan melampaui kondisi sebelum Covid-19," tegas Darmawan.pln

Editor : Redaksi

Berita Terbaru