Kata Gubernur NTT, Orang Miskin Bisa Dilihat dari Banyaknya Makan Nasi

KUPANG - Pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat jadi sorotan. Dalam sebuah acara, Viktor melontarkan pernyataan keras menyentil ketersediaan pangan hingga kemiskinan di provinsi yang dipimpinnya.

Menurut Viktor, NTT sebenarnya adalah daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah. Namun, saat ini NTT cenderung menjadi salah satu provinsi termiskin di Indonesia.

Baca Juga: Sebanyak 3,983 Juta Penduduk di Jawa Timur Tergolong Miskin

Gubernur yang akan mengakhiri masa jabatannya pada 5 September mendatang itu menyebut pemimpin tolol lantaran belum mengelola kekayaan alam secara maksimal.

"Saya selalu bilang, bukan ini provinsi miskin tapi kekayaannya belum dikerjakan. Karena itu, dia (NTT) belum kaya, bukan dia (NTT) miskin. Ya kenapa belum dikerjakan? Karena pemimpinnya tolol," kata Viktor saat menghadiri perayaan HUT ke-2 Badan Pangan Nasional di Kota Kupang, NTT, Sabtu (12/8/2023).

Baca juga: Prabowo Pengin Bikin RI Jadi Negara Maju Tanpa Kemiskinan

Makan Banyak Ciri Kemiskinan

Dia lantas menyinggung permasalahan pangan di daerah yang dipimpinnya itu. Kemiskinan, kata Viktor, kerap ditandai dengan keributan terkait beras. Hal itu terjadi karena kebanyakan orang miskin, menurutnya porsi makannya lebih banyak nasinya daripada proteinnya.

 

"Ciri khas manusia kaya itu, lihat di tempat makannya. Kalau nasinya ambil banyak, itu orang miskin, tapi kalau proteinnya banyak, itu orang kaya," ujar Viktor.

 

Lalu seperti apa definisi kemiskinan sebenarnya? Badan Pusat Statistik (BPS) yang biasa mengeluarkan data kemiskinan di Indonesia mendefinisikan orang miskin adalah penduduk yang dikategorikan memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

 

Baca Juga: Entaskan Kemiskinan, Toriqoh Siddiqiyyah Bangun RSKILHS di Ponorogo

Dikutip dari laman resminya, Minggu (13/8/2023) kemarin, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam menentukan siapa saja penduduk yang masuk ke dalam kategori miskin.

Cilegon dalam

 

Konsep ini mengacu pada Handbook on Poverty and Inequality yang diterbitkan oleh World Bank. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

 

"Penduduk dikategorikan sebagai penduduk miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan," tulis BPS dalam laman resminya.

 

Baca Juga: 10,35 Persen Penduduk Jawa Timur Miskin

Adapun dalam data kemiskinan terkini per Maret 2023, BPS menyatakan Garis Kemiskinan di Indonesia tercatat sebesar Rp 550.458 per kapita per bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 408.522 dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan Rp 141.936.

 

Sementara itu, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia tercatat memiliki 4,71 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp 2.592.657 per rumah tangga miskin per bulan. Artinya, rumah tangga dengan penghasilan di bawah angka tersebut disebut sebagai keluarga miskin.

 

 

Editor : Redaksi

Berita Terbaru