Kredit Macet Pay Later Didominasi Gen Z dan Milenial

 JAKARTA - Di Tengah Tren Pay Later Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu mengungkapkan bahwa Gen Z dan Milenial merupakan kalangan yang mendominasi kredit macet Pay Later. 

Tren Pay Later pada tahun 2023 semakin meningkat. Kemudahan penangguhan pembayaran ini dinilai sebagai bentuk kemudahan yang ditawarkan oleh penyedia jasa seperti e-commerce. Fitur Pay Later  yang sangat dekat dengan generasi muda ini memunculkan bahaya baru pada sektor keuangan. Bahaya ini berkaitan dengan jumlah generasi muda, khususnya generasi milenial dan Gen Z, yang menunggak hutang di pinjaman online (pinjol) terus bertambah. 

Baca Juga: Kerjakan Sendiri Proyek dengan Pinjam Bendera, Sekertaris DPR Ditahan

Hal ini perlu diperhatikan karena kredit skor dapat mempengaruhi penentuan dalam penerimaan pekerjaan. Nilai pinjaman atau kredit macet di industri P2P lending atau pinjaman online (pinjol) terpantau kembali meningkat pada Juni 2023, dan didominasi oleh Kelompok generasi Z dan milenial menjadi penyumbang utama kredit macet pinjol. 

"Jika dirinci, kelompok usia di rentang 19 tahun hingga 34 tahun, atau yang masuk ke dalam generasi milenial dan Gen Z mencatatkan pinjaman macet pinjol senilai Rp 763,65 miliar atau menyumbang porsi sekitar 44,14 persen. Kenaikan pinjaman macet pada usia ini sebesar 68,87 persen," jelas OJK pada laporan Data Statistik Fintech Lending. 

Adapun pada kelompok usia 35 tahun hingga 54 tahun memiliki kredit macet sebesar Rp 541,26 miliar, nilai ini menyumbang 31,29 persen dari total kredit macet pinjol.

Meninjau dari Data Statistik Fintech Lending Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nilai outstanding pinjaman macet lebih dari 90 hari mencapai Rp1,73 triliun pada akhir semester I/2023. Nilai ini naik signifikan sebesar 54,90 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, senilai Rp1,12 triliun.

Jika dilihat dari kategori peminjam, peningkatan pinjaman macet tersebut disebabkan oleh kategori perseorangan dengan pinjaman macet lebih dari 90 hari mencapai Rp1,35 triliun pada Juni 2023. "Nominalnya naik 37,09 persen yoy (year on year)  dari semula Rp984,78 miliar pada periode yang sama 2022," tulis laporan OJK.

Baca Juga: Transaksi Pinjol di Jakarta Capai Rp 10,5 Triliun

"Nominalnya naik 37,09 persen yoy dari semula Rp984,78 miliar pada periode yang sama 2022," tulis laporan OJK. 

Sementara itu, berdasarkan total akun yang dibukukan pay later menyumbang 28,8 persen atau hampir sepertiga perkreditan nasional pada semester I/2023. Adapun, Pefindo mencatat terdapat top 3 provinsi dengan total outstanding tertinggi, yakni di Jawa Barat mencapai 26,67 persen, DKI Jakarta sebesar 15,6 persen, dan Jawa Timur sebesar 10,88 persen. 

Adapun pinjol menjadi salah satu alternatif pembiayaan yang disukai masyarakat, termasuk anak muda menurut Nailul Huda dari Economics and Public Policy Researcher Indef. Hal ini ditinjau dari karakteristik rata-rata pinjaman tertinggi berasal dari perempuan dengan usia di bawah 19 tahun. “Yang muda dan perempuan ini rata-rata karakter pinjamannya lebih tinggi daripada laki-laki, dan yang muda mereka punya kecenderungan peningkatan utang”, Jelas Huda dalam Webinar Road to Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2023. 

Baca Juga: Begini Cara Siti Aisyah Nasution Merayu Para Mahasiswa agar Mau Utang Pinjol

Penduduk usia muda saat ini menjadi incaran perusahaan pinjol, baik yang legal maupun ilegal. Sifat konsumtif juga menjadi salah satu faktor yang menjadi daya tarik penduduk usia muda. “Yang muda yang berhutang dan berpotensi gagal bayar dan berdampak ke aspek lainnya,” jelas Huda. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi Sebelumnya, menilai sejak usia dini, anak muda sudah harus bisa mengidentifikasi pinjol legal dan pinjol ilegal. Adapun anak muda saat ini paling banyak terjerat pinjol dikarenakan gaya hidup yang konsumtif. 

Dalam hal ini, generasi muda perlu semakin sadar terkait produk pinjol yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keuangan agar tidak menyebabkan pinjaman macet di kemudian hari. Menghindari jasa pinjaman online ilegal dan merencanakan kembali keuangan serta mengalokasikan dana pada kebutuhan dengan tepat.in

Editor : Redaksi

Berita Terbaru