JAKARTA-.Calon Presiden (Capres ) nomor urut 3 Ganjar Pranowo berdebat soal industri pertahanan dengan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto dalam debat capres ke-3 di Istora Senayan, Minggu (7/1).
Baca Juga: Soal Pendidikan, Anies: Jangan Pelit Sama Guru
Dalam debat tersebut, Prabowo bertanya kepada Ganjar soal pertahanan dalam negeri. Menurut Prabowo, Ganjar pernah mengungkapkan bahwa anggaran pertahanan sebaiknya naik 1 hingga 2 persen.
"Pertanyaan saya, kalau kita menaikkan sampai dengan 1-2% bagaimana sikap Bapak (Ganjar) dalam mengambil keputusan tentang teknologi yang mana yang kita prioritaskan dalam peningkatan pertahanan itu? Postur mana? Daratkah? Lautkah? Udara? Atau ketiga-tiganya kita mengarah ke teknologi yang lebih canggih lagi?" tanya Prabowo.
Namun sebelum menjawab pertanyaan Prabowo, Ganjar sempat berceletuk soal posisi dia yang berdiri di tengah di antara Anies dan Prabowo yang sempat memanas saat debat sebelumnya.
"Mudah-mudahan saya didudukkan di tengah memang agak mendinginkan dua kawan saya kiri-kanan," kata Ganjar sambil tersenyum.
Setelah itu, Ganjar menjawab pertanyaan Prabowo. Soal tiga matra TNI, kata Ganjar, semua itu harus proporsional. Menurutnya, karena Indonesia negara kepulauan maka serangan di darat lebih kecil daripada di laut. Sehingga saat ini yang perlu diperkuat adalah keamanan laut.
"Karena kita negara archipelago, maka yang mesti diperkuat hari ini adalah laut, prioritas. Laut mereka butuh sonar Pak, mereka butuh sensor-sensor Pak, dan hari ini mereka menyampaikan kepada saya kebutuhan itu nomor satu hari ini," ucap Ganjar.
Lalu yang perlu diperkuat adalah udara. Soal pertahanan udara ini, Ganjar menyinggung soal pesawat bekas yang dibeli Prabowo. Menurutnya keamanan adalah utama dalam membeli sebuah alutsista.
Baca Juga: Ganjar: Tugas Negara Ciptakan Keadilan Sosial, Bukan Bantuan Sosial
"Kalau pilotnya itu mesti dilatih 3 tahun, pesawatnya bekas Pak, dan dia harus datang lagi pelatihan lagi Pak, dengan risiko yang sangat tinggi tentu itu sangat berbahaya," kata Ganjar.
Selain itu, kata Ganjar, soal mendukung industri pertahanan dalam negeri juga penting. Seperti yang sudah dilakukan PT PAL dalam membuat kapal selam kerja sama dengan Korea Selatan, namun ternyata dibatalkan oleh Prabowo.
"Kita membuat kapal selam yang sudah dimulai dari PT PAL yang kerja samanya kalau tidak salah Bapak batalkan dengan Korea Selatan, kalau saya keliru ini kesempatan Bapak untuk bisa menjelaskan," ucap Ganjar.
Menanggapi hal ini, Prabowo mengatakan kapal perang, pesawat terbang dan alutsista lainnya itu memiliki usia 25-30 tahun. Pembelian pesawat bekas itu bukan bukannya tidak layak pakai.
"Jadi bukan soal bekas dan tidak bekas, tapi usia pakai. Kemudaan. Jadi pesawat, umpamanya pesawat Mirage 2005 yang ada di Qatar yang rencananya kita ingin akuisisi itu usia pakainya masih 15 tahun, Pak. Dan teknologi ini mengarah kepada yang lebih canggih," jawab Prabowo.
Baca Juga: Anies: Bansos Bukan untuk Kepentingan Pemberi
"Kita menunjukkan yang canggih yang terbaru. Tapi kalau kita beli baru, datangnya Pak, baru tiga tahun dan operasionalnya itu baru tujuh tahun, Pak. Jadi saya kita itu yang bisa saya jelaskan tapi waktu yang singkat tidak cukup," imbuh Prabowo.
Ganjar yang mendengar jawaban Prabowo mengaku ragu. Sebab awalnya dia percaya sekali dengan langkah Prabowo sebagai Menhan.
Menurutnya masalah ini bukan hanya soal bekas atau tidaknya, tetapi juga soal kebijakan perencanaan top down yang dilakukan Prabowo dalam membeli alutsista.
"Dan keseriusan itu tidak dimunculkan sama sekali pada pengelolaan industri pertahanan dalam negeri di mana PT PAL kemudian hari ini sudah mendapatkan utang dan kemudian dia tidak bisa melaksanakan apa pun pada soal itu," imbuhnya.pas
Editor : Redaksi