Ruang Satu Kota Madiun, Window Display Dunia

MASA jabatan saya sebagai Wali Kota Madiun tinggal menghitung hari. Tepatnya, sepekan lagi. Senin (29/4) nanti saya sudah harus menghadap PJ Gubernur Jawa Timur untuk prosesi pelepasan jabatan. Tak terasa sudah lima tahun saya memimpin Kota Madiun.

Banyak yang bilang, Kota Madiun sudah banyak perubahan. Tetapi sejatinya perubahan yang terlihat itu baru 60 persen. Masih ada ide dan pikiran saya yang belum terwujud. Kalau saya mendapatkan amanah lagi, saya siap melanjutkan. Akan saya selesaikan. Target saya, kota ini bukan hanya window display Jawa Timur bagian barat. Tetapi akan menjadi window display dunia.

Baca Juga: Wali Kota Maidi: KORPRI Mengantar Saya Membawa Keberhasilan Kota Madiun

Untuk menjadi besar, harus berani bermimpi yang tinggi. Kota kita sudah cukup sering menarik perhatian di tingkat nasional. Ini harus terus ditingkatkan. Harus bisa menarik perhatian dunia. Makanya, jangan hanya puas menjadi window display Jawa Timur. Kita harus menjadi window display-nya dunia. Saat ini kita sudah ke arah sana. Tidak perlu keliling dunia. Cukup di Kota Madiun saja. Kita punya wisata enam negara tanpa visa. Saya tak menampik ada yang mencemooh. Katanya, kota kita kota tiruan.

Padahal kalau mau melihat daerah lain, juga banyak yang seperti itu. Lucunya, mereka yang menghujat juga menikmati hasil pembangunan. Setidaknya, mereka juga berfoto di ikon-ikon yang kita punya.

Setiap kebijakan memang tidak bisa menyenangkan semua orang. Tetapi paling tidak, dari apa yang kita kerjakan lebih banyak yang terbantu. Saya ambil contoh UMKM yang saat ini berjualan di kawasan Pahlawan Street Center (PSC). Para pedagang di sana sampai kewalahan melayani pembeli. Ada ribuan wisatawan yang datang setiap hari di libur lebaran kemarin. Omset mereka naik berkalilipat. Beberapa waktu lalu juga muncul di pemberitaan. Ada yang dulunya buka jasa bimbingan belajar namun pilih banting stir berjualan di PSC. Padahal, jasa bimbel tersebut sudah berjalan sekitar sepuluh tahun lamanya.

Alasannya jelas, karena pendapatan dari berjualan jauh lebih besar daripada bimbel tersebut. Rata-rata penghasilan dari bimbel berkisar Rp 1 juta setiap bulannya. Sedang dari berjualan dia bisa meraup omset sampai Rp 3 juta sehari. Maklum, wisatawan yang datang bukan hanya dari dalam negeri. Tapi juga dari luar negeri. Itu baru berbicara satu pedagang.

Padahal di kawasan PSC ada puluhan mungkin juga ratusan pedagang. Belum lagi dari sektor parkir. Pendapatan mereka luar biasa. Ini baru berbicara di sekitar PSC. Tingkat hunian hotel juga hampir selalu penuh. Inilah yang dimaksud pembangunan bermuara pada peningkatan ekonomi.
Kita sering dituntut untuk peningkatan ekonomi. Tetapi kita sering kali lupa tidak menyiapkan tempat tumbuhnya ekonomi itu sendiri. Di Kota Madiun tidak begitu. Tempat tumbuh ekonomi ini kita hadirkan dulu.

Makanya, pembangunan di Kota Madiun yang bermuara pada peningkatan ekonomi terus jalan. Bahkan, saat era pandemi Covid-19 dulu sekalipun. Kita tetap menyisihkan anggaran untuk pembangunan yang berorientasi pada peningkatan ekonomi ini. Memang pembangunan tidak bisa maksimal kala itu. Tetapi setidaknya, tatkala pandemi berakhir, kota kita bisa langsung tancap gas. Bukan lagi berjalan, tetapi kita bisa langsung berlari untuk gas ekonomi.

Baca Juga: Gerindra-NasDem Beri Sinyal Dukungan ke Maidi, PKS “Ngambang”

Saya tidak bisa membayangkan kalau pembangunan Kota Madiun begitu-begitu saja. Mungkin kota ini tidak akan seramai sekarang. Mungkin Jalan Pahlawan tetap gelap gulita. Mungkin tidak banyak yang mau datang berwisata. Saya bertekad untuk melanjutkan tren positif kota kita ini. Kalau saya tinggalkan takutnya berantakan. Khususnya 40 persen ide dan pikiran yang belum saya wujudkan itu.

Di dalamnya ada target menjadikan Kota Madiun window display dunia. Tak heran, kalau saya memang berencana menambah ikon dunia melengkapi yang sudah ada. Sementara ada tiga.

Yakni, tembok Cina, Piramida Mesir, dan menara Burj Khalifa Dubai. Tempatnya belum saya pikirkan. Namun, yang jelas replika tembok besar Cina ada di Bantaran Kali Madiun. Kalau Piramida dan Burj Khalifa mungkin di Alun-alun kalau tidak di kampung Lodayan.

Saya juga punya angan untuk mewujudkan PeceLand. Ya miniatur Kota Madiun ini akan kita tempatkan di depan Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Lahannya sudah siap. Investornya juga sudah ada. Dari Korea Selatan. Sudah ada ketertarikan. Cuma masih minta revisi gambar. Kawasan itu akan melengkapi wisata buatan di Kota Pendekar. Sering saya katakan, kalau kota kita tidak banyak sumber daya alam. Karenanya, wisata buatan harus kita optimalkan. Kita juga masih punya sejumlah pembangunan dari pemerintah pusat. Seperti Rusunawa ke-IV dan ring road timur.

Baca Juga: Kota Madiun Pecahkan Rekor MURI Peragaan Busana Kebaya Kartini Terpanjang

Semuanya dalam proses.
Akan selesaikan kalau mendapatkan amanah lagi. Namun, saya serahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Yang jelas saya siap untuk maju lagi. Akan saya ikuti semua prosesnya. Mulai pendaftaran hingga tahapan-tahapannya. Saya siap mengabdikan hidup dan ilmu saya untuk masyarakat.

Saya mengenyam pendidikan cukup tinggi dan beragam. Terakhir saya berhasil mendapatkan gelar Doktor. Sudah ada banyak tawaran untuk menjadi narasumber. Termasuk ke luar negeri. Tetapi kalau masyarakat menghendaki, saya pilih menggunakan ilmu yang saya miliki untuk kemajuan Kota Madiun.
Saya ucapkan terima kasih kepada partai politik yang sudah memberikan dukungannya. Setidaknya, sudah ada enam partai yang merapat. Sudah mulai menjalin komunikasi. Yakni, Demokrat, PSI, Nasdem, PKB, Golkar, dan PKS. Targetnya, semua partai mendukung saya. Kenapa? Karena jalannya pembangunan akan efisien. Bisa berjalan cepat. Hasil pembangunan di Kota Madiun sudah terlihat. Ini akan semakin optimal kalau mendapatkan dukungan dari semua pihak. Kalau semangatnya memajukan kota untuk masyarakat sejahtera, harusnya mendukung yang sudah memberikan bukti nyata.

Penulis adalah Wali Kota Madiun, Dr. Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd

Editor : Redaksi

Berita Terbaru