BANDUNG - Sekitar 22 perusahaan sektor padat karya di Jawa Barat dikabarkan telah tutup. Perusahaan tersebut merupakan bagian dari 42 perusahaan yang tergabung sebagai anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jawa Barat. Hal itu diungkapkan Anggota Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat (PPTPJB) Desi Sulastri yang mengutip data Apindo.
Menurut Desi, perusahaan tersebut dilaporkan tutup dan/atau merelokasi usahanya ke daerah lain.
Baca Juga: Restoran Burger Carl's Jr Terakhir Beroperasi di Indonesia pada 31 Desember 2023
Desi menuturkan, penyebab utama dari pabrik-pabrik tersebut berguguran karena penetapan kenaikan upah minimum yang signifikan setiap tahunnya. Menurutnya, penetapan kenaikan upah seyogiyanya diiringi dengan peningkatan produktivitas dan/atau penambahan order, tetapi dengan beralihnya penetapan upah minimum dengan Otonomi Daerah (Otda), penetapan kenaikan upah dengan mempertimbangkan produktivitas kini tidak lagi menjadi perhitungan.
"(Pertimbangan produktivitas) tidak lagi menjadi perhitungan dalam penetapan upah minimum. (Sementara mulai dari) tahun 2020, ada pandemi Covid-19, terus ada resesi global, perang dan lain sebagainya membuat industri, khususnya padat karya semakin tertekan. Tapi penyebab utamanya itu dimulai dari penetapan upah yang bisa dibilang tidak sesuai dan tidak mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi," kata Desi, Jumat (14/6/2024) dikutip dari CNBC.
Baca Juga: Hary Tanoe: Hari Keemasan Startup Sudah Berakhir
Desi mengatakan, pihaknya telah menyampaikan isu kenaikan upah yang menyebabkan banyak perusahaan industri padat karya bertumbangan ke pemerintah. Bahkan, katanya, PPTPJB sendiri sudah menyampaikan langsung kepada Kantor Staf Presiden (KSP) terkait masalah pelik yang dihadapi industri padat karya beberapa waktu belakangan ini.
"Kami, pengusaha produk tekstil dan turunannya ini sudah sampai ke KSP sebetulnya. Lalu kita menyampaikan masalah yang kita hadapi, di mana dengan berkembangnya masalah upah yang kenaikannya memang sudah memberatkan, ditambah lagi daya saing yang antar provinsi ini tidak kompetitif. Kalau kita bicara harga pokok produksi (HPP), dibandingkan Jawa Barat, provinsi Jawa Tengah upah mereka sangat jauh lebih murah. Maka Jawa Tengah menjadi pilihan para buyer saat ini," ucapnya.
Baca Juga: Diprediksi, Cuma 4 Startup Unicorn yang Bertahan di Indonesia
"Sama lah kayak kita belanja pada dasarnya, kita mencari yang lebih hemat dan tentu saja dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Dan saya yakin para buyer tentu saja waktu menaruh order (ke Jawa Tengah), walau dengan HPP lebih rendah, pasti dituntut standar kualitas yang sama dengan yang ada di Kabupaten/Kota yang dianggap sudah mahal," imbuh dia.bc
Editor : Redaksi