NAIROBI - Unjuk rasa yang diwarnai penyerbuan gedung parlemen dan aksi pembakaran terjadi di Nairobi, ibu kota Kenya. Sedikitnya 13 orang tewas setelah polisi melepaskan tembakan peluru tajam ke arah demonstran, usai gas air mata dan meriam air gagal membubarkan massa.
Apa pemicu unjuk rasa ini?
Seperti dilansir Reuters, Rabu (26/6/2024), masyarakat Kenya sedang berjuang menghadapi guncangan ekonomi yang disebabkan oleh dampak berkepanjangan dari pandemi virus Corona (COVID-19), perang yang dipicu Rusia di Ukraina, kekeringan selama dua tahun berturut-turut, dan depresiasi mata uang.
Di tengah situasi sulit itu, pemerintah Kenya berencana menambah pendapatan negara melalui pajak tambahan yang diatur dalam rancangan undang-undang (RUU) keuangan yang diamandemen dan divoting oleh anggota parlemen pada Selasa (25/6) waktu setempat.
RUU keuangan itu bertujuan mengumpulkan tambahan pajak sebesar US$ 2,7 miliar sebagai bagian dari upaya meringankan beban utang Kenya yang besar, dengan pembayaran bunga saja menghabiskan 37 persen pendapatan negara tahunan.
Hasil voting menunjukkan parlemen Kenya menyetujui RUU keuangan tersebut, dan meneruskannya ke pembahasan ketiga oleh para anggota parlemen.
Langkah selanjutnya adalah menyerahkan RUU itu kepada Presiden William Ruto untuk ditandatangani dan diberlakukan secara resmi sebagai UU. Ruto memiliki waktu 14 hari untuk menandatangani RUU itu, atau menyerahkannya kembali ke parlemen jika dia keberatan dan akan dilakukan amandemen lebih lanjut.
Disetujuinya RUU itu memicu reaksi keras dengan unjuk rasa yang awalnya berlangsung seperti festival tiba-tiba berubah mencekam ketika jumlah demonstran bertambah. Tembakan gas air mata dilepaskan untuk membubarkan massa, namun demonstran nekat melakukan penyerbuan terhadap gedung parlemen di Nairobi pada Selasa (25/6), yang memicu kekacauan.
Para demonstran membuat kewalahan polisi dan memaksa polisi mundur saat hendak memasuki kompleks gedung parlemen. Laporan media lokal menyebut bagian dalam gedung parlemen Kenya mengalami kerusakan, dan beberapa bagian pada gedung itu memiliki bekas-bekas terbakar.
Situasi semakin mencekam saat para polisi di Nairobi melepaskan tembakan peluru tajam, setelah gas air mata dan meriam air gagal membubarkan para demonstran yang menyerbu gedung parlemen. Polisi akhirnya berhasil mengusir para demonstran dan harus mengevakuasi para anggota parlemen melalui terowongan bawah tanah.
Namun laporan media, termasuk jurnalis Reuters di lokasi, menyebut lima mayat demonstran tergeletak di luar gedung parlemen.
Dalam pernyataan terpisah, Asosiasi Medis Kenya mengatakan bahwa sedikitnya lima orang tewas tertembak saat sedang merawat para korban luka. Disebutkan bahwa sekitar 31 orang mengalami luka-luka, dengan 13 orang di antaranya terkena tembakan peluru tajam dan empat orang lainnya terkena peluru karet.
Asosiasi tersebut meminta otoritas berwenang Kenya untuk membangun koridor medis yang aman untuk melindungi para staf medis dan ambulans.
Para demonstran menginginkan pemerintah Kenya membatalkan rencana kenaikan pajak, yang menurut mereka akan menghambat perekonomian dan meningkatkan biaya hidup warga Kenya yang berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Editor : Redaksi