PONOROGO (Realita)- Di saat teman seumuranya asik menghabiskan waktu dengan bermain, berbeda halnya dengan yang dilakukan Abi Rizal Mandani (14) warga Rt 02 Rw 02 Kelurahan Beduri Kecamatan Ponorogo ini. Sejak sang ayah Triono (54) meninggal akibat Covid-19 bulan Juli lalu. Bocah laki-laki yang masih duduk dibangku kelas IX SMP ini terpaksa berjualan pentol dan batagor keliling dengan sepeda motor untuk membantu perekonomian keluarga.
Muryati (55) ibu kandung Abi mengatakan, sejak dua minggu lalu putra semata wayangnya ini mulai berjualan keliling. Sehari Abi bisa dua kali berjualan menyusuri sejumlah wilayah di Ponorogo seperti, di Kecamatan Sukorejo, Keniten, Jalan Suromenggolo, hingga Alun-Alun Ponorogo untuk menjajakan daganganya.
Baca Juga: Jack Lapian, Sekutu Abu Janda dan Pendukung Fanatik Jokowi, yang Wafat karena Corona
" Sudah dua minggu ini dia jualan pentol keliling. Ya sejak bapaknya meninggal akibat Covid. Kadang satu hari bisa dua kali jualan," ujaranya, Jumat (13/08).
Sebenarnya ia tak tega sang anak meneruskan usaha almarhum sang ayah sebagai tulang punggung keluarga. Namun karena niat yang kuat untuk membantu keluarga, ia pun akhirnya merelakan sang anak untuk berjualan.
" Sebenarnya gak tega, temennya main dia malah kerja. Kadang juga nangis pas dia berangkat. Tapi karena sudah bulat niatnya untuk membantu keluarga saya akhirnya mengijinkan," akunya sedih.
Lebih jauh, wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga ini mengaku, untuk membantu sang anak berjualan, ia membuat pentol, kuah bakso, dan batagor. Sementara sang anak yang menjajakan dagangan." Yang buat pentol dan batagor saya, Abi yang menjualkan," ungkapnya.
Sementara itu, Abi Rizal Mandani memgaku tak terbebani atau bahkan malu berjualan pentol bakso keliling ini. Bahkan ia merasa senang lantaran sekaligus dapat bermain dan menghasilkan uang untuk keluarga.
" Ya senang saja, bisa main. Pengen bantu ibu untuk cari uang. Hasilnya bisa buat rumah, dan bayar sekolah, serta beli paketan internet," ujar bocah yang bercita-cita menjadi Polisi saat besar nanti.
Baca Juga: Dukung Bayu Airlangga, 25 DPC Demokrat Doa Bersama Anak Yatim
Abi mengaku, aktifitas berjualan tidak menggangu aktifitas sekolahnya. Pasalnya, bila ada kegiatan sekolah maka ia tidak berjualan terlebih dahulu.
" Kalau ada tugas yang libur mas. Ndak jualan," ungkapnya.
ia juga menambahkan, dalam sehari berjualan penghasilan yang didapat tidak pasti kadang Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu. Ia pun tidak merasa malu, bila harus bertemu temanya saat berjualan. Bahkan, sebagian rekannya justru membantunya saat berjualan.
" jadi senang, karena bisa ketemu teman lagi, berjanda sekalian kerja," ujarnya.
Baca Juga: Vaksinasi Lengkap, Eks Menlu AS Colin Powell Meninggal karena Covid
Abi mengatakan, tantangan terbesar dalam berjualan ia lah bangun pagim Karena ia harus bangun pukul 03.00 dini hari untuk menyiapkan dagangan, dan pulang malam. Namun ia mengaku semua itu ia lakukan dengan iklhas demi membantu sang ibu.
" Yang bangun pagi itu kendalanya. Karena harus nyiapin dagangan, tapi gak pa pa, karena bantu ibu niatnya," katanya.
lebih jauh, Abi mengkau usai lulus kelas IX SMP ini, ia ingin meneruskan sekolah di STM Jenangan atau SMK Bakti jurusan mesin. Lantaran saat ini ia juga bekerja sampingan sebagai tenaga bantu-bantu di bengkel di Kecamatan Jenangan dengan upah Rp 50 ribu sehari.
" Kadang ketja didana juga. Kalau udah lulus pengen nerusin ke STM," pungkasnya. lin
Editor : Redaksi