PONOROGO (Realita)- Pemilihan duta wisata Kabupaten Ponorogo tahun 2024 telah mencapai puncak. 10 besar finalis berebut posisi menjadi juara terbaik dalam Grand Final Kakang-Senduk tahun 2024 yang digelar di depan Paseban Aloon-Aloon Ponorogo.
Tak hanya berkompetisi dalam bidang bahasa dan intelegensi. Ke 10 finalis Kakang-Senduk juga menunjukkan kebolehannya dalam tarik suara dan modeling. Serta dinilai langsung oleh 3 dewan juri yang berpengalaman di bidangnya.
Hadir dalam kegiatan ini, Pj Bupati Ponorogo Joko Irianto dan sejumlah Forpimda Ponorogo. Tak hanya itu, sejumlah perwakilan duta wisata dari berbagai daerah juga ikut menyaksikan puncak acara pemilihan Kakang-Senduk Ponorogo tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edhie mengatakan, yang terpilih nantinya merupakan putra-putri terbaik Ponorogo. Dalam grand final ini akan dipilih 5 terbaik.
" Yang berdiri diatas ini adalah putra dan putri terbaik Ponorogo yang nantinya akan menjadi agen sekaligus marketing Ponorogo tak hanya di Indonesia juga di internasional mengingat sebentar lagi Ponorogo akan menjadi kota kreatif dunia jejaring Unesco," ujarnya.
Judha berharap, Kakang-Senduk 2024 dapat menjadi perantara Pemkab Ponorogo dalam memperkenalkan potensi Ponorogo dikancah dunia, terlibat langsung menjadi lokomotif penggerak ekonomi kreatif dan wisata kebudayaan. Sehingga melalui Kakang-Senduk mata wisatawan dapat melirik Ponorogo.
" Tugasnya cukup berat, karena di pundak mereka lah kami titipkan Ponorogo dengan segudang potensi agar dapat dilirik dunia dan menjalin kerja sama guna meningkatkan ekonomi masyarakat," ungkapnya.
Judha mengaku, diakhir tahun 2024 Reog Ponorogo juga akan terinskripsi menjadi warisan budaya tak benda dunia, hal ini menjadi momentum bagi Ponorogo untuk berkiprah di kancah Internasional.
" Bener-benar sebuah kado yang manis. Terlebih duta wisata kita baru saja terpilih menjadi Raka-Rakinya Jawa Timur 2024. Mudah-mudahan kedepan Ponorogo semakin hebat dan semakin sejahtera," pungkasnya. znl
Ungkap Historis Peran Tokoh Islam Kecamatan Pulung: PAC ISNU Menziarahi Sejumlah Makam yang Terabaikan
Pengurus Pimpinan Anak Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PAC ISNU) Kecamatan Pulung, melaksanakan ziarah ke sejumlah makam di wilayah Kecamatan Pulung, Sabtu (19/10/2024). Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024. Di samping itu, agenda tersebut menjadi salah satu upaya untuk mengungkap beberapa tokoh Islam terdahulu yang berperan penting dalam perjuangan Islam awal di Kecamatan Pulung.
Mbah Sodeq salah satu narasumber dari wilayah dusun Dadapan mengatakan, bahwa wilayah tersebut menjadi cikal bakal munculnya Islam di Desa Pulung. Persebaran itu dibawa oleh Kyai Munajat yang diabadikan menjadi nama Masjid yang awalnya hanya sebatas Surau kecil tempat Kyai Munajat berdakwah. “Tempat ini sudah direnovasi menjadi masjid karena kebutuhan masyarakat tapi nama ‘Mbah Yai’ tidak kami rubah untuk mengenang perjuangan beliau” katanya.
Selain itu, terdapat juga dua tokoh (Kyai Imam Sopingi dan Kyai Bolawi), mantan pelarian laskar Pangeran Diponegoro yang salah satunya sempat mendirikan Pondok Pesantren di wilayah Djalakan, Desa Wotan. Menurut cerita tutur yang diungkapkan Mbah Sukimun, di sebelah Selatan masjid al-Muttaqin yang juga terdapat makam Kyai Imam Sopingi di belakangnya, dulu berdiri Pondok Pesantren tempat pengajaran agama Islam.
“Di sini dulu ada Pondoknya dengan bangunan berbentuk semacam rumah panggung yang terbuat dari papan kayu dan didepan masjid sebelah Utara terdapat kolam yang dijadikan sumber mata air masjid dan masyarakat” jelasnya. Selain itu Mbah Sukimun juga menuturkan bahwa pelarian kyai Imam Sopingi berasal dari wilayah Bagelen, Purworejo.
Sedangkan, masjid an-Nur menjadi saksi peran dakwah Kyai Bolawi setelah dikejar-kejar penjajah Belanda menuju wilayah Plosorejo, Desa Sidoarjo. “Masjid itu dulu menjadi tempat persembunyian Kyai Bolawi dan teman-temannya saat dikejar Belanda” Pungkas Mbah Syamsudin. Kemudian Mbah Syamsudin juga mengatakan terkait bangunan Masjid an-Nur menurutnya didirikan sejak tahun 1890 M, yang juga dulunya memiliki pesantren di sebelah Utara masjid dan kolam sebagai sumber mata air yang berada di depan masjid.
Selain sejumlah makam tersebut, PAC ISNU juga berziarah ke makam tokoh lain yang juga tidak kalah penting, seperti Kyai Raden Tumenggung Djayengrono (Pulung Merdiko), Kyai Fatkurroji/Mbah Kur (Gambiran), Kyai Ahmad Sunani (Pulung), Kyai Imam Muttaqin (Serag), Kyai Sadzali (Munggung) dan Makam Ki Salembu (Slayon, Karangpatihan).
Upaya penggalian sejarah masa lalu terkait tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran Islam menjadi cukup penting. Di samping itu, kiranya masih ada beberapa tokoh yang masih terabaikan dan perlu untuk diungkap sebagai pelajaran generasi masa kini, khususnya di Kecamatan Pulung dan wilayah-wilayah lain pada umumnya.
Penulis : Abdul Azis Fatkhurrohman (Wakil Ketua PAC ISNU Kecamatan Pulung, Ponorogo)
Editor : Redaksi