Presiden Afghanistan Pilih Kabur karena Khawatir Dihukum Mati Taliban

ABU DHABI- Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani saat ini berada di Uni Emirat Arab (UEA) setelah melarikan diri ketika Taliban menguasai negara pada 16 Agustus 2021. Ghani pun memberikan keterangan pertama sejak kabur dari negaranya sendiri.

Dalam pidato video pertamanya sejak dia meninggalkan Afghanistan, Presiden Ashraf Ghani mengatakan dia telah meninggalkan negara itu untuk menghindari hukuman mati tanpa pengadilan oleh Taliban dan berjanji untuk kembali.

Baca Juga: Peralatan Militer AS Senilai Rp 102 Triliun, Ditinggal di Afghanistan

Melalui pernyataan yang direkam dalam video yang diposting di halaman Facebooknya dari Uni Emirat Arab pada Rabu malam, Ghani mengatakan bahwa, meskipun ada kesepakatan bahwa Taliban tidak akan memasuki kota Kabul, pengawalnya memperingatkannya pada Minggu sore bahwa militan tersebut telah mencapai dinding Istana Presiden di Kabul.

“Jika saya tetap tinggal di Afghanistan, rakyat akan menyaksikan presiden digantung sekali lagi,” ucap Ghani dalam video itu, seperti dikutip dari The New York Times, Kamis (19 Agustus 2021).

Dia mengacu pada pembunuhan Presiden Afghanistan Mohammad Najibullah, yang dieksekusi dan digantung di lapangan umum setelah Taliban merebut ibukota pada 1996.

Ghani membantah laporan dari orang-orang, di antaranya utusan Rusia di Kabul, Zamir Kabulov, bahwa dia pergi dengan membawa sejumlah besar uang tunai. Dia mengatakan dia telah melewati bea cukai saat tiba di Uni Emirat Arab.

Baca Juga: Total Tagihan Perawatan Covid Rp 25 Triliun, Belum Dibayar Kemenkes

“Saya datang hanya dengan pakaian saya, dan saya bahkan tidak bisa membawa perpustakaan saya,” ucapnya.

Tampak lelah dan kurus, Ghani serius dan tegas dalam menyampaikan pidato yang dibacanya dari halaman tertulis. Dia mengatakan telah mencoba untuk merundingkan resolusi damai untuk konflik tersebut tetapi juga telah mengoordinasikan pertahanan Kabul sampai keberangkatannya.

“Pasukan keamanan tidak mengecewakan kami. Elite politik pemerintah dan komunitas internasional yang gagal,” tegas Ghani.

Baca Juga: Demo Tuntut Keseteraan Gender, Wajah Para Wanita Afghanistan Disemprot Merica

Dia mengatakan bahwa dia memiliki niat untuk kembali ke Afghanistan dan bahwa dia berhubungan dengan para pemimpin politik Hamid Karzai dan Abdullah Abdullah, yang telah berdiskusi dengan Taliban.

Ghani juga mencatat bahwa dia bukan pemimpin Afghanistan pertama yang terpaksa melarikan diri. Pemimpin Taliban pertama, Mullah Muhammad Omar, melarikan diri setelah intervensi Amerika pada 2001.

Ghani, seorang teknokrat yang pernah aktif Bank Dunia yang menulis buku berjudul “Fixing Failed States” mendapat kecaman tajam sebagai pemimpin Afghanistan dan cara dia pergi yang memalukan. Kepergiannya telah mempercepat keruntuhan pemerintah.med

Editor : Redaksi

Berita Terbaru

Wakil Ketua KPK Gugat Peraturan Dewas ke MA

JAKARTA- Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, sedianya dijadwalkan menjalani sidang etik di Dewas KPK terkait kasus mutasi anak kerabatnya di Kementerian Pertanian …

Kantor Nasdem Disita KPK

SUMUT– Kantor DPC Partai Nasdem yang beralamat di Kelurahan Kartini, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu, Sumut, akhirnya disita Komisi …