JAMBI (Realita)- Ibu-ibu warga Desa Kasang Lopak Alai, Kecamatan Kumpe Ulu, Kabupaten Muarojambi, Jambi, menggeruduk kantor lapangan Pertamina, menuntut ganti rugi untuk rumah yang mengalami retak-retak. Puluhan rumah terdampak kegiatan Pertamina di desa mereka.
Aktivitas Pertamina yang mengganggu kenyamanan warga sudah terjadi sejak tahun 2023 lalu, mulai dari pengeboman (seismik), pengeboran, pembangunan jalan, dan operasi alat berat yang bekerja 24 jam.
Baca Juga: PT.SRB Lakukan Mobilisasi RIG, Libatkan Semua Elemen
"Kami takut, ada api besar yang menyala dengan suara gemuruh sejak Pertamina datang," kata Yuliana, warga RT 01, Desa Kasang Lopak Alai, saat ditemui di lokasi demo, Jumat (24/1/2025).
Ia menuturkan bahwa api itu membakar gas yang datang dari perut bumi, dan suaranya bergemuruh terdengar amat menakutkan. Tempat api menyala tersebut sangat dekat dengan kebun karet dan rumah.
Yuliana khawatir api bakal menyambar kebun dan menyebabkan kebakaran. kebisingan akibat kobaran api dan aktivitas alat berat sudah melampaui batas, sehingga tak terdengar suara azan, bahkan sering kelewat shalat subuh. Selain itu, ada bayi yang kesulitan untuk tidur.
Hal senada disampaikan Ivi Dahlia. Ia menuturkan bahwa dampak dari pengeboman dan pengeboran menyebabkan rumah warga mengalami retak-retak, jumlahnya mencapai puluhan di satu desa. Untuk di RT 01 saja, jumlah rumah yang retak sekitar 20 rumah.
Keretakan rumah juga terjadi di Perumahan Al Kautsar, RT 03, dengan jumlah lebih dari 22 rumah. Selain itu, ada juga kebun yang dekat dengan lokasi seluruh kegiatan Pertamina, yang dikhawatirkan mengalami kerusakan Sejauh ini, baru satu sumur warga yang kondisinya berminyak.
Namun, ia khawatir sumur warga yang lain akan mengalami hal serupa. Tidak hanya itu, aktivitas Pertamina menggunakan alat berat telah menimbulkan kebisingan mirip suara pesawat.
"Anak-anak jadi susah tidur, ada juga lansia yang terkena serangan jantung," kata Pertamina Keadaan lansia yang menderita serangan jantung harus berobat dengan dana sendiri di Rumah Sakit Bhayangkara. Dengan kejadian ini, lansia lain terpaksa mengungsi ke rumah keluarga di Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, karena memiliki riwayat penyakit jantung sejak Desember tahun lalu.
"Wajar, Mas, dia punya riwayat darah tinggi. Dengar suara hentakan alat berat dan ledakan bikin serangan jantung," kata dia.
Lokasi kegiatan Pertamina jaraknya tak sampai 15 meter dari rumah warga, sehingga gangguan pertambangan minyak dan gas tersebut telah melebihi batas toleransi warga.
Pertamina beroperasi sejak tahun 2023 hingga sekarang, aktivitasnya berada di banyak titik, hampir mengelilingi desa. Warga sebenarnya sudah menunggu iktikad baik dari pihak Pertamina. Namun, sudah hampir dua tahun, tak kunjung mendapat respons dari perusahaan.
Sementara itu, Dedi, Koordinator Lapangan Pertamina, mengaku sudah melakukan survei dengan pengecekan rumah warga yang retak. Untuk kebisingan, Dedi mengaku suara yang dikeluarkan hasil pengukuran hanya 80 desibel.
Menurutnya, itu masih aman dan normal. Kebisingan yang melebihi ambang batas manusia, kata dia, adalah apabila telinga warga sudah mengeluarkan darah. Jika belum pada tahap itu, tentunya masih normal.
"Kami terima laporan dari warga, dan disampaikan ke manajemen. Secepatnya akan diproses," kata Dedi.
Terkait kekhawatiran warga jika proyek Pertamina selesai dan mereka ditinggalkan tanpa tanggung jawab, Dedi menyampaikan bahwa Pertamina berjanji akan menyelesaikan persoalan dengan warga.
Editor : Redaksi