Lestarikan Tradisi Leluhur, Bayi Turun Tanah oleh Pasangan Muda Tanjungrejo

KOTA MALANG (Realita)- Upaya melestarikan budaya jawa kuno yang sudah langka dilakukan oleh sebagian masyarakat berupa tradisi menginjak tanah, bagi bayi yang berusia 7 bulan, dan baru bisa merangkak agar harapan nantinya bayi tersebut memiliki sifat mandiri ketika dewasa nanti. 

Hal ini dilakukan oleh pasangan muda Suami-isteri, bernama Ardan Resta Pratama ( 32 ) dan Roro Suci Ningtyas ( 31 ) warga Kelurahan Sukun, Kota Malang kepada putranya pertamanya bernama Micha Ryouta Putra Pratama. Prosesi ini digelar dikediamanya Jalan IR. Rais Gg 14 No.60, RT 11/RW 04 Tanjungrejo, Kota Malang. Pada Minggu (6/3/2022 )

Prosesi dimulai dengan si bayi menaiki tangga dari batang tebu yang mana setiap anak tangga bertuliskan jenjang pendidikan si anak kelak mulai dari, Paud, TK, SD, SMA dan Kuliah. Kemudian dilanjutkan si bayi masuk didalam kurungan yang telah disiapkan berupa, bola, pulpen, uang mainan dan tasbih.

Saat ditemui dilokasi, Ardan Resta Pratama selaku orang tua si bayi mengatakan," kami hanya mengikuti tradisi leluhur yang sudah turun menurun, sehingga saya disini selaku pasangan muda berkewajiban untuk ikut melestarikanya." 

Sementara itu, Supriyanto Gondo Puspito selaku penggiat budaya jawa, menyampaikan tradisi medun lemah bagi bayi berusia 7 bulan berupa filosofi semata, bagi mereka yang mempercayainya. 

"Melalui tradisi ini harapanya bayi tersebut kelak dalam mengarungi hidup dibumi ini selalu diberikan, kesehatan , keselamatan, banyak rejeki, dan di jauhkan dari mara bahaya," ungkap Supriyanto.

Lebih lanjut, Supriyanto menjelaskan, istilah pratelan itu di ibaratkan berupa tetelan tujuh warna ada, merah, putih, hijau dan kuning. Yang setiap warna memiliki arti tersendiri kalau merah agar anak mempunyai sifat berani, putih melambangkan kejayaan. Jadi anak ini suatu saat nanti tetap berjaya. 

Supriyanto menambahkan, prosesi bayi dimasukan kurungan di ibaratkan, anak tersebut suatu saat nanti kalau sudah dewasa kemana pun nanti pergi, ia akan selalu ingat rumahnya, itu semua hanya doa.

"Saya selaku penggiat budaya jawa sangat mengapresiasi acara ini. Dengan Harapan pelestarian warisan leluhur yang saat ini sudah jarang orang lakukan di era moderen untuk bisa ditularkan ke yang lainya," pungkas Supriyanto.ton

Editor : Redaksi

Berita Terbaru