Meski Terus Turun, Pemkot Madiun Audit Kasus Stunting

realita.co
Sekda Kota Madiun, Soeko Dwi Handiarto saat memimpin audit kasus stunting di di rumah makan Ayam Goreng Pemuda, Senin (19/8/2024).

MADIUN (Realita) – Kasus dan penanganan stunting di Kota Madiun diaudit. Sederet data informasi kasus hasil mini lokakarya (minilok) stunting di masing-masing kelurahan dan kecamatan pun dijabarkan saat audit kasus stunting di rumah makan Ayam Goreng Pemuda, Senin (19/8/2024).

‘’Hari ini tindak lanjut dari minilok stunting kecamatan. Saya memastikan bahwa proses yang dilakukan sudah sesuai dengan aturan,’’ kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Madiun Soeko Dwi Handiarto.

Baca juga: Bapelitbangda Sosialisasikan RPJPD Kota Madiun 2025-2045

Soeko mengatakan, minilok hingga audit kasus stunting perlu dilakukan guna penyamaan persepsi. Tak lain dalam pengambilan data calon pengantin, ibu hamil, risiko ibu hamil melahirkan anak stunting, dan anak yang sudah mengidap stunting. Data-data tersebut wajib hukumnya by name by address. Kemudian, langkah pencegahan dan penanganan dilakukan bersama-sama antar lintas sektoral.

‘’Saya harapkan data by name by address agar terbentuk sebuah klaster. Ketika terklaster, penanganan seperti apa yang dilakukan agar tepat sasaran,’’ ujarnya.

Menurut Soeko, penyebab anak stunting bisa saja memiliki akibat yang tidak sama. Selain kurangnya asupan gizi, kurang sehatnya lingkungan, air minum, dan sanitasi juga menjadi penyebab anak berpotensi stunting. Nah, butuh langkah konkret bersama untuk mengupas kategori potensi stunting dan apa masalahnya.

‘’Kalau urusan asupan makanan, misalnya, bisa melalui bantuan WSS (warung stop stunting) dan sosialisasi dinas kesehatan. Kemudian, lingkungan sehat, seperti sanitasi segera diperbaiki dinas perumahan dan permukiman atau dinas pekerjaan umum dan penataan ruang,’’ jelasnya.

Soeko menyebutkan, terdapat salah satu sampling kasus ibu hamil yang berisiko melahirkan anak stunting. Di antaranya, ibu hamil di usia 44 tahun atau terlalu tua, tinggi badan ibu hamil sekitar 136 sentimeter, serta suami usia 48 tahun pekerja serabutan dengan penghasilan Rp 1 juta per bulan.

‘’Ini sampling, dan ini kenapa harus diklaster. Contoh, masalah tidak mampu akhirnya berdampak pada kecukupan pangan. Kalau memang harus dicukupi dari bantuan sosial, maka kita koordinasikan dengan dukcapil dan dinsos. Kalau tidak bisa mendapat bantuan, kita carikan alternatif lainnya dari partisipasi organisasi atau dana CSR perusahaan,’’ jlentrehnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) Denik Wuryani mengatakan, stunting dapat tertangani jika waktu dan cara penanganannya tepat. Paling lambat, penanganan dilakukan pada bayi berusia dibawah dua tahun.

Baca juga: Evaluasi Tim Percepatan Penurunan Stunting, PJs Wali Kota Surabaya Tekankan Kewaspadaan Pra Stunting

‘’Di atas dua tahun menaikkan BB (berat badan) lebih mudah ketimbang TB (tinggi badan). Kalau di bawah dua tahun masih relatif mudah menaikkan keduanya,’’ ungkapnya.

Meski ada kesempatan dalam menangani stunting bayi di usia dibawah dua tahun, Denik menyebut penanganan jauh lebih efektif adalah pencegahan. Ketimbang harus berkejaran dengan usia anak, kata dia, intervensi pemenuhan gizi bagi calon pengantin dan ibu hamil dapat menjadi penanganan terbaik.

‘’Kita berupaya paling efektif adalah mencegah agar tidak ada kasus stunting. Yang lama ditangani ada beberapa yang naik TB-nya dan setelah 5 tahun lulus sudah tidak dianggap stunting,’’ beber Denik.

Melihat hasil audit, Denik mengaku sepakat dengan klasterisasi data risiko dan penyebab kasus stunting. Dengan kolaborasi antar perangkat daerah, dia meyakini sasaran dan penanganan efektif dalam mengentaskan stunting dapat berjalan sesuai rencana.

Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Wali Kota Madiun Ajak Masyarakat Teruskan Perjuangan

‘’Dinkes ada sumber dana dari DAK. Diberikan kudapan bergizi setiap hari selama 120 hari kepada sasaran. Nanti pelaksananya puskesmas. Hampir sama dengan WSS,’’ ujarnya.

Dia menambahkan, kasus stunting mengalami penurunan sejak Februari lalu. Jika pada awal tahun di angka 360 jiwa stunting, per Juli lalu angka stunting diprediksi mengalami penurunan hingga tersisa 320 jiwa.

‘’Turun sekitar 4 sampai 5 persen. Harapannya kasus stunting terus turun,’’ pungkasnya. adv

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru