Pedagang di Lamongan Mengaku Ekonomi Lebih Sulit Dibanding saat Pandemi

realita.co
Aktivitas pedagang di Lamongan. Foto: David

LAMONGAN (Realita) - Sejumlah pedagang Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Lamongan mengeluhkan sepinya pembeli yang berdampak pada menurunnya omset atau penghasilan. Bahkan menganggap perekonomian saat ini lebih sulit daripada masa pandemi.

"Jualan terasa sepi mulai bulan Juli. Pokoknya setelah lebaran kami merasakan tanda-tanda menurunnya omset pak. Kalau biasanya mulai pagi sampai malam, saya bisa habiskan nasi sampai 30 kilo, tapi sekarang hanya 20 kilo. Itupun kadang gak habis," ungkap Agus, PKL yang berjualan nasi dan lauk di jalan Sunan Drajat Lamongan.

Baca juga: AstraZeneca Akui Efek Samping Fatal Vaksin dan Ini Orang Yang Paling Rentan Terkena

"Kalau dirasakan ekonomi saat ini lebih sulit daripada masa pandemi dulu. Karena saat itu masih lumayan, masih dapat bantuan-bantuan," lanjutnya.

Lebih lanjut, Agus berharap kondisi seperti itu kembali pulih, sehingga bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga dan sekolah. "Semoga perekonomian membaik dan juga pertanian di Lamongan berhasil lagi atau tidak gagal panen lagi," harapnya.

Sementara itu, Kabag Perekonomian Setda Kabupaten Lamongan, Nurul Mukminin, mengatakan persoalan yang sama juga dikeluhkan sejumlah pedagang di pasar modern di Lamongan. Ia menyebut salah satu faktor yakni banyaknya masyarakat yang belanja online.

Baca juga: Inflasi Surabaya Pada Januari 2024 Terendah Selama Lima Tahun Terakhir

"Ya saya kemarin dapat laporan dari direktur PD Pasar adanya kondisi pasar, misalnya pasar tingkat di kota Lamongan yang banyak tutup. Kemungkinan besar di sebabkan karena perubahan perilaku konsumen khususnya meningkatnya belanja online yang bisa di akses dan mudah serta lebih murah. Hal tersebut terjadi pada produk-produk garmen, elektronik dan alat-alat rumah tangga," ungkapnya.

Namun, masih menurut Nurul, untuk kebutuhan pangan yang di pasok dari pasar tradisonal tidak mengalami penurunan. Beberapa bahkan harga cabe ayam bawang mengalami kenaikan karena salah satunya masih tingginya permintaan. Inflasi Lamongan masih terkendali kok mas. Makanya kita masih memberikan kesempatan luas kepada para pelaku UMKM untuk membuka usahanya, misalkan di hari Minggu asalkan tertib dan menjaga kebersihan," bebernya.

Meski demikian, Nurul mengatakan secara nasional, Kabupaten Lamongan mengalami stagnasi pertumbuhan, meski hanya dibawah 5%.

Baca juga: Cegah Kenaikan COVID-19 di Akhir Tahun, Pemkot Surabaya Beri Layanan Vaksinasi

"Banyak pihak sehingga masyarakat banyak yang masih hati-hati dalam berkosumsi. Kita berharap ada kenaikan kesejahteraan masyarakat lebih baik. Makanya kita dukung kenaikan gaji buruh 6,5 persen. Begitu juga kenaikan gaji pegawai 8 persen. Sehingga dapat menggairahkan ekonomi kita tahun 2025 nanti," pungkasnya.

Reporter : David Budiansyah

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru