Pesantren MAJT-Baznas Sudah Dapat Restu dari Sesepuh Yanbuul Qur'an Kudus

SEMARANG (Realita)- Dua sesepuh Pesantren Yanbu’ul Qur’an, Kudus, yang dikenal sebagai pesantren penghafal Al-Qur’an terkemuka di Indoneia, KH M Ulin Nuha Arwani Al-Hafidz dan KH M Ulil Albab Arwani Al-Hafidz merestui bakal berdirinya Pesantren Tahfidh Al-Qur’an Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)-Baznas Jawa Tengah.

“Beliau berdua tidak sekadar merestui, tetapi juga mendoakan semoga Pesantren  yang akan diresmikan pada 2 Januari 2023, bermanfaat bagi masyarakat Jawa Tengah. Seiring, lulusannya dipersiapkan untuk menjadi imam-imam masjid agung di Jawa Tengah serta dikader untuk cakap dan cerdas dalam menghadapi berbagai persoalan keumatan,” kata Ketua PP MAJT Prof Dr KH Noor Ahmad, MA kepada pers, Selasa (20/12/2022).

Baca Juga: Para Kiai, Santri dan Masyarakat Gemakan Salawat di PPFF

Prof Noor Ahmad didampingi Sekretaris Drs KH Muhyiddin, Wakil Sekretaris Drs H Istajib AS, serta para calon pengelola pesantren MAJT-Baznas, menjelaskan, untuk kali kedua, pihaknya pada Minggu (18/12/2022), sowan kepada kedua putra pendiri Pesantren Yanbu’ul Qur’an, Kudus, Hardratussyaikh KH M Arwani Amin.

Kiai Ulin Nuha Arwani Al-Hafidz dan Kiai Ulil Albab Arwani Al-Hafidz mempersilakan pula bila Pesantren MAJT-Baznas Jawa Tengah akan diposisikan sebagai perwakilan dari Pesantren Yanbu’ul Qur’an, Kudus. “Keduanya merasa bangga atas pendirian pesantren ini, karena sangat percaya dengan reputasi MAJT dan Baznas Jawa Tengah,” tambahnya.

Pada tahun pertama, pesantren masih mengalokasikan 35 santri, atas dasar rekomendasi Baznas kabupaten/kota, masing-masing mengirim 1 santri. Bila ada Baznas daerah yang belum siap, maka pesantren akan menutup kekurangan dengan menghadirkan santri mandiri.

Syarat santri antara lain, pria, lulus SLTA, umur antara 18-24 tahun, memiliki minat tinggi untuk menghafal Al-Qur’an, diutamakan yang sudah hafalan minimal 1 juz. Seleksi dilakukan Baznas kabupaten/kota.

Dalam kerja sama ini, kewajiban MAJT menyediakan sarana dan prasarana pesantren yang representatif dan menyediakan tenaga pengajar tahfidz yang bereputasi internasional serta menyediakan SDM pengelola yang profesioinal.

Baca Juga: MAJT Dicanangkan Ditata Ulang Dalam FGD Rebranding MAJT 2023

Kewajiban Baznas Provinsi Jawa Tengah, berkontribusi berupa anggaran untuk operasional pesantren sebesar Rp 30.000.000 per bulan, sedangkan kewajiban Baznas daerah mengirim minimal seorang santri dan memberi beasiswa Rp 2.000.000 per bulan sebagai uang saku dan biaya hidup santri yang dikirim.

Menyinggung sistem pembelajaran, Prof Noor Achmad menjelaskan, menggunakan standar kefasihan dan berkiblat pada Pesantren Yanbu'ul Qur'an Kudus. 

Metode pengajarannya, setiap santri wajib setor hafalan (ziyadah), murajaah kepada semua pengasuh. Pembelajaran tajwid berupa teori dan praktek. Diajarkan pula tahsin tilawah, berupa pembacaan Al-Qur'an dengan indah dan menarik. 

Baca Juga: Festival Muharram 1445 H di MAJT, Bina Milenial Membangun Peradaban Islam

Para pengelola dan pengampu Pesantren, Dewan Pensihat terdiri Dr KH Ahmad Darodji, MSi, KH. M. Ulin Nuha Arwani Al-Hafidz, KH Ulil Albab Arwani Al-Hafidz, Prof Dr KH Noor Achmad, MA. 

Pengasuh hafalan Al-Qur’an, terdiri para Imam MAJT. Antara lain KH. Ulil Abshor Al-Hafidz,  KH Zaenuri Ahmad Al-Hafidz (dan KH Abdul Faqih Al-Hafidz, ketiganya bereputasi sebagai juara 1 Musabaqoh Hafidz Quran 30 juz tingkat internasional, di tahun berbeda, termasuk KH M Rokhani, muazin MAJT, penyandang juara pertama Qori' tingkat Asean akan menjadi pengajar Tahsinul Qiro'ah.

Sejumlah kiai sepuh juga disiapkan untuk mengampu pendalaman kitab kuning, seperti KH Dzikron Abdillah, KH Harus Shodaqoh, KH Hanief Ismail, Lc dan KH Shodiq Hamzah, KH Achmad Hadlor Ikhsan, KH Muhyiddin dan lainnya.ham

Editor : Redaksi

Berita Terbaru