SOLHAN - Pemerintah Burkina Faso mengatakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) telah membunuh sedikitnya 132 orang di sebuah desa sebelah utara negara itu. Ini adalah serangan paling mematikan di negara itu dalam beberapa tahun.
Juru bicara pemerintah Ousseni Tamboura dalam sebuah pernyataan yang menyalahkan kelompok militan Islam mengatakan serangan itu terjadi pada Jumat malam waktu setempat di desa Solhan, di provinsi Yagha Sahel.
Baca Juga: Desertir TNI yang Jadi Anggota KKB Papua, Danis Murib Ditembak Mati
"Pasar lokal dan beberapa rumah juga dibakar di daerah menuju perbatasan Niger," katanya seperti dikutip dari AP, Minggu (6/6/2021).
Presiden Roch Marc Christian Kabore menyebut serangan itu sebagai tindakan "barbar".
Seorang warga setempat yang tidak mau disebutkan namanya, karena khawatir akan keselamatannya, sedang mengunjungi kerabatnya di sebuah klinik medis di kota Sebba, sekitar 12 km dari tempat serangan terjadi.
Dia mengatakan dia melihat banyak orang terluka memasuki klinik.
Baca Juga: KKB Papua Tembak Kepala Tukang Ojek Bernama Zainul hingga Tewas di Tempat
"Saya melihat 12 orang di satu ruangan dan sekitar 10 di kamar lain. Ada banyak kerabat yang merawat yang terluka. Ada juga banyak orang berlarian dari Solhan untuk memasuki Sebba. Orang-orang sangat takut dan khawatir," katanya kepadaAP Melalui telepon.
Pemerintah Burkina Faso telah mengumumkan 72 jam berkabung.
Hingga kini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Baca Juga: Rambo dan Temannya Tembak Tukang Ojek di Bagian Kepala hingga Tewas
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres sangat marah dengan pembunuhan itu dan menawarkan dukungan penuh badan dunia itu kepada pihak berwenang dalam upaya mereka untuk mengatasi ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas di Burkina Faso menurut juru bicaranya, Stephane Dujarric.
"Dia sangat mengutuk serangan keji dan menggarisbawahi kebutuhan mendesak bagi masyarakat internasional untuk menggandakan dukungan kepada Negara-negara Anggota dalam perang melawan ekstremisme kekerasan dan korban manusia yang tidak dapat diterima," kata Dujarric dalam sebuah pernyataan.ian
Editor : Redaksi