WAMENA- Dua di antara korban tewas pada kerusuhan di Wamena Povinsi Papua ini adalah Albret Sitorus dan Ramot Siagian. Mereka menghembuskan nafas terakhir di lokasi kejadian, setelah dituduh sebagai pelaku penculikan anak.
Albret dan Ramot meninggal dengan kondisi tubuh dihujani anak panah dan luka parah pada bagian kepala.
Albret Sitorus adalah suami dari Erika Siagian. Mereka sudah punya dua orang anak. Kedua anaknya masih kecil. Anak sulung masih berusia tiga tahun.
Erika Siagian, membuat postingan atas kepergian suaminya yang begitu mengenaskan.
Dia menyampaikan curahan hatinya lewat media sosial pada Kamis (23/2/2023) malam.
"Kamu pergi tanpa pesan," tulisnya, diterjemahkan dari postingan berbahasa Batak.
"Sungguh kamu tega. Bagaimana nasib dua anak kita ini nanti," kata Erika dalam postingan itu.
Dia menyampaikan ucapan selamat jalan untuk suaminya, dan juga berharap diterima di sisi Tuhan.
Kesedihan Erika sesungguhnya bukan hanya kehilangan suami pada peristiwa tragis yang terjadi di Kampung Sapalek, Wamena itu. Sebab, satu lagi yang menjadi korban dalam peristiwa ini adalah adiknya yang bernama Ramot Siagian.
Erika harus merelakan kehilangan dua orang sekaligus orang yang dia cintai.
Peristiwa kerusuhan ini berawal dari kedatangan Albret dan Ramot naik mobil dengan tujuan Kampung Yomaima. Tapi saat berada di Kampung Sinakma, mobil pikap yang dikendarai mereka ditahan oleh sejumlah warga.
Mereka dituduh sebagai pelaku penculikan anak. Informasi ini pun menyebar dengan capat, yang menyebabkan kehebohan. Di mobil itu sebenarnya tidak ada anak-anak yang dibawa oleh Albret dan Ramot.
"Sopirnya dituduh penculik anak. Itu yang menyebabkan terjadi kehebohan," kata Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo, dikutip
dari Tribunpapua.
Sebelum terjadinya pengadangan kepada Albret dan Ramot, memang telah beredar dalam pesan beratantai di grup WA, mengabarkan ada
pendatang pelaku penculikan anak.
Diduga pesan berantai itu adalah hoaks atau kabar bohong. Namun ketika kedua korban ini melewati desa itu, mereka jadi sasaran.
Polisi yang mendapat kabar ada penahanan terhadap warga yang dituding penculik anak, datang ke lokasi.
Mereka berusahan menenangkan warga yang sedang menahan dua orang pria perantau dari Sumatera Utara itu.
"Saat berusaha menenangkan massa, kami diserang pakai batu. Kami memberi tembakan peringatan agar massa mundur," ungkap AKBP Hesman Napitupulu, Kapolres Jayawijaya.
Penjelasannya, saat diberi tembakan peringatan, massa malah jadi semakin berulah.
"Mereka berulah, sampai membakar beberapa bangunan ruko," ujar dia.
Baca Juga: Prajurit TNI AL Bentrok dengan Anggota Brimob di Pelabuhan Sorong, Situasi Kota Tegang
Selanjutnya situasi semakin tidak terkendali. Terjadi kebakaran hebat yang disertai dengan penyerangan.ik
Baca Juga: Bocah 13 Tahun di Padang Tewas Diduga Disiksa Oknum Polisi, 30 Polisi Diperiksa Propam
Editor : Redaksi