MUNICH - Timnas Jerman mengalami penurunan prestasi selama hampir satu dekade. Bastian Schweinsteiger menuding Pep Guardiola pangkal dari masalah tersebut.
Prestasi Jerman turun drastis usai memenangkan Piala Dunia 2014. Die Nationalmannschaft tersingkir di fase grup pada dua edisi Piala Dunia berikutnya.
Baca Juga: Disertai Petir dan Hujan Es, Jerman Tundukkan Denmark 2-0
Di Piala Eropa, Jerman masih terus melanjutkan puasa gelar sejak 1996. Pencapaian tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir yakni meraih medali perunggu pada 2016.
Joachim Loew, pelatih yang membawa Jerman juara Piala Dunia 2014, mundur dari jabatannya usai hasil buruk di Piala Eropa 2020. Hansi Flick melanjutkan tongkat kepemimpinan pada 2021.
Performa Jerman di bawah Flick juga tak kunjung membaik. Leon Goretzka cs cuma bisa menang sekali dari lima pertandingan usai Piala Dunia 2022, tiga lainnya berakhir kekalahan.
Krisis Timnas Jerman bahkan merembet ke kelompok umur. Timnas U-21 Jerman tersingkir di babak penyisihan grup Piala Eropa 2023.
Baca Juga: Tuan Rumah Jerman Selamat dari Kekalahan
Legenda Timnas Jerman, Bastian Schweinsteiger, menyoroti jebloknya prestasi negaranya saat ini. Dia menilai permainan Jerman berubah sejak Pep Guardiola membesut Bayern Munich pada 2013-2016.
Guardiola datang ke Bayern dengan permainan sepakbola bola-bola pendek ala tiki-taka yang dia kembangkan di Barcelona. Taktik tersebut secara tidak langsung mengubah persepakbolaan Jerman yang sebelumnya dikenal tangguh dan terus bergerak menjelajahi lapangan bak tank Panzer.
Baca Juga: Gunduli Hungaria 2-0, Tuan Rumah Jerman di Puncak Klasemen
"Saya pikir ada banyak perubahan. Anda tahu ketika Pep Guardiola gabung ke Bayern Munich. Ketika dia tiba di negara ini, semua orang berpendapat bahwa kami harus memainkan sepakbola jenis itu dengan fokus pada umpan-umpan pendek," kata Schweinsteiger, dikutip dari TalkSPORT.
"Kami kemudian agak kehilangan nilai-nilai kami. Saya pikir sebagian besar negara lain sebelumnya memandang Jerman sebagai pejuang dan kami dapat berlari sampai akhir dan segalanya," mantan penggawa Bayern Munich itu menambahkan.
"Kami melupakan kekuatan tersebut selama tujuh, delapan tahun terakhir. Kami lebih fokus memainkan bola dengan baik satu sama lain dan itulah salah satu alasannya," pungkasnya.
Editor : Redaksi