Pengusaha Pemilik 27 Hotel Berani Ambil Resiko Dukung Anies-Muhaimin

JAKARTA- Mungkin tak banyak yang tahu, pengusaha hotel nasional dengan bendera KAGUM Group, Henry Husada memutuskan untuk menjadi anggota Dewan Penasihat Timnas Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN).

Pria kelahiran Bandung yang punya sedikitnya 27 hotel, tersebar di Bandung, Jakarta, Bali, Lampung, Palembang, Yogya, Cilegon, Cirebon, dan Raja Ampat itu, merelakan dua hotelnya dijadikan tempat menggodok para saksi pasangan AMIN.

Baca Juga: Besok Deklarasi, Cak Imin malah Bakal Diperiksa KPK lagi terkait Kasus Korupsi Rp20 M

Dilansir dari inilah.com, kalau tak ada aral, para saksi AMIN menjalani kegiatan Training of Trainer (ToT) di Hotel Gino Feruci Kebon Jati, Bandung pada 9 Januari 2024. Sedangkan jadwal ToT pada 11 Januari 2024 digelar di Hotel Serela Kuta, Bali.

Kata Henry, kegiatan ToT ini, dalam rangka memperkuat barisan pemenangan pasangan Anies dan Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar, yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Tapi yang menarik justru bergabungnya Henry ke kubu AMIN. Karena, tak banyak pengusaha yang punya nyali besar seperti dia. Bisa-bisa bisnisnya diobok-obok karena mendukung paslon yang tidak sesuai 'selera' penguasa.

Bisa jadi, kuatnya nyali Henry, karena sejak kecil dia sudah berbisnis. Kariernya benar-benar dibangun dari bawah. Saat berumur 7 tahun, kala teman-temannya asyik bermain, Henry justru berbisnis.

Ternyata, ada jejak Henry di Cihampelas, kawasan fesyen kondang di Bandung. Tangan dingin Henry sukses memoles Cihampelas jadi kawasan wisata khas. Sepanjang jalan bertebaran outlet baju tematik tokoh superhero, lengkap dengan patung superhero berukuran jumbo. Belakangan Henry mengaku sangat terinspirasi para hero itu. 

Baca Juga: Besok, Anies-Cak Imin Dideklarasikan di Hotel Majapahit, Surabaya

Ketika tol Cipularang beroperasi, Henry tertarik untuk mencoba peruntungan baru. Bisnis hotel. Cukup beralasan karena setiap akhir pekan, warga DKI dan sekitarnya berbodong-bondong plesiran ke Bandung. Bukan karena suasananya, tapi kuliner dan itu tadi. Cihampelas cocok untuk belanja outfiit dengan harga terjangkau. 

Saat pendemi COVID-19, bisnis hotelnya sempat terpuruk. Namun, Henry tahan banting. Kala zaman pagebluk itu, banyak hotel tumbang karena sepi pengunjung. Karyawannya pun kena PHK. Namun Henry justru menghindari PHK di masa-masa sulit itu. 

Jiwa sosial dan kemanusiaan dari pengusaha berdarah Tionghoa ini, cukup tinggi. Sebanyak 99 kamar Hotel Grand Serela, Bandung miliknya, dijadikan ruang rawat inap. Semuanya cuma-cuma.

Baca Juga: Pengamat Politik: Anies-AHY Adalah Duet Ideal

Kini, ketika ekonomi pulih, Henry ingin terus menambah hotel. Termasuk gedung konvensi berkapasitas jumbo di lahan seluas 10 hektare di kawasan Setiabudi, Bandung. 

Tak hanya Bandung, ia menyiapkan ikon wisata di kota Cirebon seluas 3 hektare dengan memadukan hotel, apartemen, konvensi, restoran, pusat batik, dan pusat kuliner. Rencana ini tidak hanya untuk di kota Bandung, tetapi di setiap kota.

Dia pun tertarik mengembangkan wisata anyar di Jawa Barat, yaitu di Depok dan Kuningan. Mimpi besarnya, wisatawan dari seluruh daerah di Indonesia, bisa plesiran di Indonesia. Bagi Henry, berbisnis itu memang melelahkan karena menguras tenaga dan pikiran. “Tapi kalau bisnis saya berkah, halal, dan penuh kasih kepada rekan bisnis,” tuturnya.ini

Editor : Redaksi

Berita Terbaru