Mengenal Candi Pari Sidoarjo, Peninggalan Kerajaan Majapahit

SURABAYA (Realita)- Candi Pari terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bangunan berbahan batu bata merah ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Arsitektur Candi Pari cukup unik, karena tidak hanya menampilkan ciri khas bangunan dari zaman Majapahit. Bangunan Candi Pari menunjukkan adanya pengaruh dari Champa, Vietnam Selatan.

Baca Juga: Setelah 300 Tahun, Arca Singosari Akhirnya Pulang ke Indonesia

Arsitektur Candi Pari Candi Pari Merupakan bangunan berbentuk persegi empat berukuran panjang 16,86 meter, lebar 14,1 meter, dan tinggi 13,4 meter. Arsitektur Candi Pari cukup berbeda dengan bangunan-bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Bangunan dari zaman Majapahit biasanya terbuat dari batu bata merah dan selalu berorientasi vertikal, langsing pada bagian tubuhnya, kemudian atapnya berbentuk trapesium. Satu-satunya ciri periode Majapahit di Candi Pari hanya bahannya yang terbuat dari batu bata merah. Bagian ambang pintu serta atas gerbang terbuat dari batu andesit.

Secara keseluruhan, bentuk Candi Pari terkesan pendek dan lebar dibandingkan candi-candi dari masa Kerajaan Majapahit. Candi Pari ditemukan pada 16 Oktober 1906 dan setelah itu dilakukan penelitian mendalam oleh NJ Krom.

Baca Juga: Parade Rimpu Ramaikan Silaturahmi Akbar Keluarga Bima di Depok

Hasil penelitian Krom dimuat dalam buku Inleading Tot de Hindoe Javansch Khust yang terbit pada 1923. Menurut Krom, Candi Pari mendapat pengaruh dari Champa, Vietnam Selatan. Pengaruh tersebut terlihat pada bentuk dan ornamen candi. Dalam Kitab Negarakertagama, hubungan antara Kerajaan Majapahit dengan Champa memang digambarkan cukup dekat.

Cilegon dalam

Diperkirakan bahwa candi ini dibangun pada masa Kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Hayam Wuruk, yang berkuasa antara 1350-1389.

Di lingkungan Candi Pari juga ditemukan dua arca Siwa Mahadewa, dua arca Agastya, dan tujuh arca Ganesha, yang kini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. rin

Baca Juga: Ketua Arkeolog Sumsel Sambut Baik Prasasti Tanduk Kerbau dan Aksara Ulu

 

 

Editor : Redaksi

Berita Terbaru