Angka Golput Tertinggi Dalam Sejarah, Disebabkan Calon Pilihan Parpol Tak Sesuai Aspirasi Rakyat

JAKARTA- Angka partisipasi pemilih pada Pilgub DKI Jakarta 2024 hanya mencapai 4.357.512.

Padahal, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 8.214.007. Artinya, partisipasi pemilih di Ibu Kota ada di angka 53,05 persen atau yang golput mencapai 46,95 persen.

Baca Juga: Ribuan Warga Lamongan Golput di Pemilu 2024

Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Asep Hasan Sadikin, menilai tingginya angka golput di pemilihan kepala daerah atau pilkada Jakarta disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara aspirasi masyarakat dengan calon yang diusung partai politik.

Tekanan frekuensi di atas 120/80? Kemudian bacalah dengan seksama
Menurut Asep, beberapa lembaga survei sebelumnya telah merilis hasil survei tokoh-tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi di Jakarta.

Dua nama yang mendapat angka elektabilitas tinggi, kata Asep, adalah Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Dalam survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada 25 Juli 2024, misalnya, Anies menempati posisi pertama dengan elektabilitas sebesar 39,7 persen. Kemudian Ahok menempati posisi kedua dengan 23,8 persen dan Ridwan Kamil sebesar 13,1 persen.

Akan tetapi, kata Asep, tidak ada partai politik yang mengusung Anies maupun Ahok.

“Jadi calon-calon yang ada sekarang itu lebih kepada keinginannya elit (partai),” ucap Asep, Jumat (29/11/2024)

Faktor lain, Asep menilai jadwal pilkada yang berdekatan dengan pemilu nasional membuat warga jenuh. Namun, dia mengatakan fenomena ini berlaku di semua daerah sehingga tidak terbatas di Jakarta saja.

Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan turunnya partisipasi pemilih dalam Pilkada 2024 akan menjadi evaluasi oleh pihaknya.

“Kami lagi evaluasi tentang partisipasi pemilih ya, terutama di Jakarta yang mengalami penurunan,” kata Dasco kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (28/11).

Kendati begitu, ia juga menyebut, di beberapa daerah partisipasi pemilih itu turun lantaran faktor cuaca pada saat hari pemungutan suara.

“Di beberapa daerah sih karena cuaca terutama terjadi hujan lebat dan lain-lain sehingga partisipasi pemilih itu turun seperti di Batam kan monitor, Kepri misalnya itu hujan lebat sekali,” ungkapnya.

Soal partisipasi pemilih yang turun ini juga mendapat sorotan beberapa tokoh misalnya Wapres ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK).

JK mengatakan ada kemungkinan warga terpengaruh gerakan untuk memilih tiga paslon.

"Saya belum tahu datanya itu. Ya, mungkin orang, karena terpengaruh dulu ada mengatakan ya golput saja atau pilih tiga-tiganya," kata JK ditemui usai mengisi Seminar Nasional Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balai Senat UGM, Kamis (28/11).

"Kalau begitu, agak kurang adalah kurang bagus tanggapan orang," bebernya.

Cagub Jakarta Pramono Anung tidak memungkiri partisipasi warga menggunakan hak pilih rendah. Ini juga terjadi di berbagai daerah.

“Yang pertama mengenai orang yang tidak menggunakan hak pilihnya memang di dalam Pemilu kali ini merata di seluruh Indonesia. Hampir sama sebenarnya, termasuk di Jakarta cukup tinggi," ujar Pramono dalam konferensi pers di Cipete Jakarta Selatan, Kamis (28/11).

Tahun ini memang dipenuhi dengan Pemilu. Diawali dengan Pilpres dan Pileg di awal tahun. Lalu, diakhiri dengan Pilkada Serentak pertama se-Indonesia.

Pramono menilai, faktor ini juga tak lepas dari rendahnya partisipasi pemilih dan tingginya golput.

“Karena kemarin dalam waktu yang berurutan ada Pemilu Legislatif, Pilpres, dan Pilkada dalam waktu yang berdekatan itu melelahkan bagi publik,” ucap Pramono.

Editor : Redaksi

Berita Terbaru