LUMAJANG- Berdasarkan Intruksi dari Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4, Level 3, Level 2, dan Level 1 corona virus disease 2019 di wilayah Jawa dan Bali yang menyatakan bahwa Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang saat ini sedang berada di level 3. Alhasil Pemerintah harus melakukan penutupan secara total Kawasan Wisata Gunung Bromo dan Tengger. Penutupan tersebut diberlakukan per Selasa (05/10/2021) dan berlaku hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Seperti diketahui sebelumnya, Kawasan Wisata tersebut sudah mengalami penutupan sementara Sejak tanggal 3-20 Juli 2021. Hal tersebut dilakukan karena adanya penetapan PKPKM darurat di pulau Jawa-Bali dengan target penurunan kasus Covid-19 seperti yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo
Baca Juga: Pemkot Surabaya Segera Siapkan Konsep Wisata Kota Tua
Dilansir dari instagram BBTNTS (Balai Besar Taman Nasional Tengger dan Semeru), Pengumuman penutupan Object Wisata ini disampaikan melalui Surat Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Nomor PG. 29/T.8/BIDTEK/BIDTEK.01/KSA/10/2021.
Hal ini mengundang reaksi dan pendapat dari berbagai pelaku wisata khususnya dan juga Ketua DPD ASITA (Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies) Jatim, Imam Mahmudi.SH.S.Ag.MM.MH
"Dengan adanya larangan daya tarik wisata alam mulai tanggal 5 Oktober 2021, memberikan dampak yang sangat besar untuk masyarakat sekitar dan (BPW) Biro Perjalanan Wisata) yang berada di bawah naungan ASITA termasuk yang lainnya," jelas Imam Mahmudi.
Mahmudi menambahkan, kerugian yang sangat besar sangat dirasakan oleh beberapa sektor penunjang pariwisata, seperti Restaurant, Hotel, Pemilik Jeep dan kuda karena banyak tamu melakukan pembatalan akibat kebijakan ini.
Baca Juga: Gara-Gara Hutan di Bromo Kebakaran, 6 Desa Krisis Air Bersih
Imam Mahmudi berharap agar Pemerintah bisa segera memberikan solusi kepada para pelaku wisata yang sudah matisuri khususnya di sektor pariwisata yang dikenal sebagai penghasil devisa negara.
Keluhan senada juga di sampaikan oleh beberapa pelaku usaha pariwisata dan pemilik armada jeep yang berada di kawasan Gunung Bromo.
"Semua pelaku wisata pastinya kecewa sekali, kenapa selalu Bromo yang ditutup,sedangkan Malioboro yang juga sama-sama tempat berkumpul kebanyakan orang tidak ditutup," tutur pria yang biasa dipanggil mas Spec ini sekaligus sebagai tour guide di Kawasan Wisata Bromo.
Baca Juga: Andrie Wibowo Ekawardhana, Manajer WO yang Jadi Biang Terbakarnya Bukit Teletubbies
"Mereka menutup tanpa memikirkan dampaknya. Kita sudah booking semua nya dari rumah makan, armada, tiket jeep, tiba-tiba mendadak ditutup. Bahkan tamu saya jam 11 siang, sudah datang dan check in, baru dapat kabar bahwa Bromo ditutup. Bayangkan, sudah berapa kerugian yang mereka keluarkan untuk hotel dan ticket pesawat," sambungnya.
"Selama pandemi berlangsung dan aktifitas Bromo ditutup, saya sampai harus menjual 1 mobil jeep untuk biaya sehari-hari dan juga untuk membayar cicilan mobil, sekarang giliran sudah mulai ada tamunya, malah di tutup total," jelas Gilang yang merupakan pemilik armada jeep Gunung Bromo.ria
Editor : Redaksi