BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendukung program Data and Digital Discussion (3D) dari Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat. Salah satunya adalah dengan menyiapkan cetak biru atau blue print terkait dengan desa digital.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Pemda Provinsi Jawa Barat sedang mengejar target 100 persen akses internet. Sehingga tidak ada lagi desa yang tidak tersentuh akses komunikasi dan internet atau _blankspot_.
Baca Juga: Pilkada DKI, Pasangan Ridwan Kamil dan Kaesang Diprediksi Bisa Kalahkan Anies
"Nanti kalau ada pemilu 2024 mau pilpres, pileg, pilkada serentak itu insyallah di Jawa Barat sudah sangat siap," kata Ridwan Kamil saat menjadi narasumber secara virtual program Data And Digital Discussion dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Rabu (18/8/2021).
Menurut Ridwan Kamil, akses digital menjadi sangat penting membantu kegiatan masyarakat. Termasuk juga dalam mendukung kegiatan demokrasi yang diselenggarakan oleh KPU.
"Kuncinya bahwa akses digital ini menjadi penting. Sehingga nanti pada saat dibutuhkan dan dimanfaatkan oleh kegiatan demokrasi kami bisa dengan siap memaksimalkan itu," kata pria yang kerap disapa Kang Emil.
Baca Juga: Konflik Lahan Garapan di Desa Sukaharja, kian Memanas
Selain untuk mendukung demokrasi, desa digital itu juga mengangkat perekonomian masyarakat. Dengan akses digital, masyarakat bisa memasarkan produknya ke seluruh Indonesia bahkan bisa mendunia.
"Kawasan desa digital terus kita tingkatkan sehingga nanti ukurannya selain hadirnya infrastruktur hadirnya kesejahteraan oleh akselerasi kendaraan yang disebut digital itu.
Makanya nanti ada rumus yang kita sebut tinggal di desa rezeki kota. Itu konsep yang ingin kami tawarkan," jelas Ridwan Kamil.
Baca Juga: Ridwan Kamil Masuk Radar Cawapres Prabowo
"Justru setelah COVID ini tinggal di desa itu lebih aman dari penyakit. Tapi kalau tanpa digital, tinggal di desa jauh dari kesejahteraan. Dengan adanya digital maka tidak ada bedanya kerja di desa di kota asal ada akses itu mudah," imbuhnya.
"Dulu ada sabun buatan warga desa omzetnya hanya Rp5 juta sebulan. Sekarang sudah ratusan juta. Karena berhasil kita jual melalui fasilitas digital center di desa-desa kami," tutup Ridwan Kamil. (ADV)
Editor : Redaksi