Diserang Rusia, 198 Warga Sipil Ukraina termasuk 3 Anak Tewas

DONETSK - Dilaporkan hingga kini setidaknya 198 warga sipil termasuk 3 orang  anak-anak menjadi korban. Demikian pernyataan terbaru Menteri Kesehatan Ukraina, Viktor Lyashko di Facebook seperti dikutip dari Kantor Berita AFP.

Di samping itu, Lyashko menambahkan, sebanyak 1.115 warga ditemukan terluka termasuk 33 anak-anak.

Baca Juga: Amerika Serikat Kehabisan Uang untuk Biayai Ukraina Perang Lawan Rusia

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Kamis (24/2/2022), mengatakan 137 warga Ukraina tewas setelah negaranya diserang besar-besaran dari pasukan Rusia.

"Hari ini (Kamis) kami telah kehilangan 137 pahlawan kami, warga negara kami. Militer dan sipil," kata Zelensky dalam pidato yang direkam dalam video.

Saat itu ada 316 orang yang teridentifikasi mengalami luka-luka akibat operasi militer Rusia.

Pasukan Rusia diketahui semakin dalam menyerang Ukraina. Pada Sabtu, tentara Ukraina dilaporkan telah memukul mundur serangan Rusia di ibu kota Kiev.

Baca Juga: Rudal Rusia Serang Kota di Ukraina, 17 Warga Sipil Tewas termasuk Anak-Anak

Hal ini terjadi setelah Presiden Volodymyr Zelensky bersumpah bahwa negaranya yang pro-Barat tidak akan ditundukkan oleh Moskwa.

Cilegon dalam

"Kami akan membela negara kami, karena senjata kami adalah kebenaran kami," kata Zelensky, ketika Rusia mengatakan telah menembakkan rudal jelajah ke infrastruktur militer Ukraina.

 Mengenakan pakaian ala militer berwarna hijau zaitun dan terlihat lelah tetapi bertekad, Zelensky berseru bahwa Ukraina siap melawan Rusia.

Baca Juga: Rusia Tegaskan Siap Perang Lawan NATO

"Kebenaran kami adalah bahwa ini adalah tanah kami, negara kami, anak-anak kami dan kami akan melindungi semua ini. Inilah yang ingin saya katakan kepada Anda. Kemuliaan bagi Ukraina!" kata Zelensku.

Itu adalah hari ketiga sejak Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi skala penuh yang telah menewaskan puluhan orang, memaksa lebih dari 50.000 orang meninggalkan Ukraina hanya dalam 48 jam dan memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Eropa.tri

Editor : Redaksi

Berita Terbaru