Kinerja APBN di Jawa Timur Sampai Juni 2023 Tetap Solid

realita.co
Kepala Kanwil DJPb Jawa Timur, Taukhid, Senin (31/7/2023). Foto: Ganefodin

SURABAYA (Realita) - Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Timur gelar Prescon APBN KiTa Regional Jawa Timur sampai 30 Juni 2023 di Gedung Keuangan Negara I Surabaya, Senin (31/7/2023).

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Jawa Timur, Taukhid, mengawali paparan dengan Perkembangan Ekonomi Regional Jawa Timur.

Baca juga: Investasi di Jatim Sampai Triwulan III-2023 Capai 90%

Disebutkan, PDRB Jatim Triwulan I-2023 tercatat mencapai Rp712,63 triliun (ADHB) atau Rp448,95 triliun (ADHK), tumbuh 1,02 (q-to-q) atau 4,95% (y-on-y). Kontribusi Pertumbuhan dari sisi Produksi didominasi Industri Pengolahan (31,00%), sedangkan dari sisi pengeluaran didominasi Konsumsi-RT (60,62%).

Kemudian, Investasi di Jatim sampai Triwulan I-2023 sebesar Rp30,04 triliun, tumbuh 25,59% (y-o-y), terdiri dari PMA sebesar Rp14,55 triliun, tumbuh 70,52% (y-o-y), dan PMDN sebesar Rp15,49 triliun, tumbuh 0,67% (y-o-y). 

Tingkat Inflasi Jatim pada Juni 2023 sebesar 4,59% (y-on-y), 1,45% (y-t-d), dan 0,10% (m-to-m). Neraca Perdagangan defisit US$0,66 miliar. Sektor migas defisit US$0,29 miliar, dan non migas defisit US$0,37 miliar.

Impor Juni 2023 terkontraksi sebesar 14,39% (m-to-m) dan 31,42% (y-o-y). Sementara untuk Ekspor terkontraksi 19,37% (m-to-m) dan 25,08% (y-o-y). 

Kondisi ekonomi regional Jatim pada Triwulan II 2023 menunjukkan perkembangan yang cukup baik dibandingkan Maret 2023. Beberapa indikator seperti IKK tumbuh 1,90%, IPR tumbuh 2,71%, dan Inflasi yang semakin melandai sebesar 4,59% (yoy).

Selain itu terjaganya nilai tukar rupiah terhadap US Dolar dan PMI Manufaktur Indonesia yang terus dalam fase ekspansif. Meskipun terjadi perlambatan pada perdagangan luar negeri, dimana export terkontraksi 10,39% (qtq) dan import yang tumbuh hanya 1,63% (qtq).

Implementasi kebijakan fiskal di Jatim pada Triwulan II 2023 juga menunjukkan perkembangan yang sangat baik pada sisi APBN, dimana Belanja Negara tumbuh 15,77% (qtq) maupun pada sisi APBD Konsolidasian dimana Belanja Daerah tumbuh 67,29%.

Sehingga, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Jatim pada Triwulan II 2023 sebesar 2,54% (q-to-q), 5,10% (y-on-y), dan 5,02% (cto-c) tercatat 50,0 (menguat dibandingkan bulan sebelumnya).

Berikutnya, Perkembangan Realisasi APBN Regional & APBD Konsolidasian. Disebutkan, Realisasi Pendapatan Negara sampai Juni 2023 mencapai Rp125,22 triliun atau 48,79% dari total target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp256,67 trilyun.

Namun demikian, tukas Taukhid, secara prosentase mengalami kontraksi 12,24% (yoy) dan secara nominal juga mengalami kontraksi 5,56% (yoy). "Penyebab kontraksi ini karena PPh terkontraksi 8,29%, Cukai terkontraksi 18,06%, Pajak Lainnya terkontraksi 23,64%, Bea Masuk terkontraksi 8,84%, dan Bea Keluar terkontraksi 30,52%," kata Taukhid.

Hanya PPN yang tumbuh positif sebesar 1,69% dan PBB sebesar 7,43%. Sedangkan pendapatan Negara dari PNBP tumbuh positif sebesar 11,66%.

Baca juga: Kemenkeu Jatim dan Polda Perkuat Sinergi dan Kolaborasi

Penerimaan Pajak mencapai 52,78% (Rp53,79 trilyun) dari target (Rp101,91 trilyun), secara nominal tumbuh 0,90% (yoy) ditopang pertumbuhan PPN dan PBB.

Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai 45,39% (Rp68,04 trilyun) dari target (Rp149,90 trilyun), secara nominal terkontraksi 10,68% (yoy) karena perlambatan Penerimaan BK, BM, dan Cukai. Sedangkan Realisasi PNBP mencapai 69,68% (Rp3,39 trilyun) dari target (Rp4,87 trilyun).

Belanja Negara sampai 30 Juni 2023 mencapai Rp57,71 trilyun atau 47,00%, tumbuh positif, secara persentase realisasi tumbuh 5,46% (yoy) dan secara nominal tumbuh positif 1,11% (yoy).

Realisasi Belanja K/L mencapai Rp20,23 trilyun atau 44,90% dari alokasi TA 2023 sebesar Rp45,04 trilyun yang, secara nominal tumbuh positif 14,78% (yoy). 

Pertumbuhan ditopang oleh belanja pegawai sebesar Rp11,05 trilyun, dan belanja barang sebesar Rp7,14 trilyun, keduanya yang tumbuh positif baik nominal maupun presentase.

Sementara pada belanja modal mencapai Rp1,97 trilyun yang mengalami kontraksi secara nominal namun tumbuh secara presentase. 

Sebaliknya pada realisasi belanja Bansos mencapai Rp0,05 trilyun, tumbuh positif secara Nominal, namun mengalami kontraksi secara persentase.

Baca juga: APBN KiTa Regional Jatim: Penerimaan Pajak Capai 97,45 Persen, Tumbuh 3,22 Persen

Realisasi TKD mencapai Rp37,49 trilyun atau 48,21% dari alokasi TA 2023 sebesar Rp77,76 trilyun. Secara keseluruhan secara persentase mengalami kontraksi sebesar 0,19% dan secara nominal juga terkontraksi sebesar 4,99%.

Untuk Realisasi APBD Konsolidasian Sampai 30 Juni 2023 realisasi Pendapatan Daerah cukup tinggi meskipun masih terkontraksi. Dengan realisasi Belanja Daerah cukup rendah hanya 27,30%, maka terjadi surplus Rp19,35 trilyun. Dengan Pembiayaan Netto Rp9,20 trilyun, saldo SILPA menjadi Rp28,56 trilyun.

Realisasi Pendapatan APBD Konsolidasian se-Jatim sampai 30 Juni 2023 mencapai Rp55,87 trilyun atau 45,68% dari target TA 2023. Realisasi Belanja Daerah APBD Konsolidasian se-Jatim sampai 30 Juni 2023 sebesar Rp36,51 triliun atau 27,30% yang didominasi oleh komponen Belanja Pegawai sebesar Rp17,83 triliun atau 48,48% dari total Belanja Daerah Konsolidasian.

Proporsi TKD terhadap Pendapatan Daerah sebesar 67,10% menunjukkan bahwa dukungan dana pusat melalui TKD masih menjadi faktor dominan sumber pendanaan APBD di Pemda se-Jatim.

Surplus Anggaran sampai 30 Juni 2023 tercatat sebesar Rp19,35 triliun, dengan Pembiayaan Bersih sebesar Rp9,20 triliun menghasilkan SILPA sampai mencapai Rp28,56 triliun.

Yang terakhir dilaporkan Taukhid, Perkembangan Kredit Program di Jawa Timur. Sampai 30 Juni 2023 realisasi penyaluran kredit program mencapai Rp16,58 triliun kepada 475.452 debitur yang terdiri dari penyaluran KUR sebesar Rp16,02 triliun kepada 322.962 debitur, UMi sebesar Rp0,56 kriliun kepada 152.490 debitur.gan

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru