SIDOARJO (Realita)- Sidoarjo menjadi lokasi bersejarah perjalanan Nahdlatul Ulama. Organisasi Islam terbesar di dunia. Bukan hanya karena puncak peringatan satu abad hari lahir NU dilaksanakan di kota delta itu, namun juga perjalanan panjang muassisnya.
Hadratus Syaikh K.H. Hasyim 'Asy'ari, pendiri NU adalah santri di pondok pesantren Al Hamdaniyah, di desa Siwalan panji, Kecamatan Buduran, asuhan Kyai Ya'kub dan Kyai Hamdani. Pun begitu Syaikhona Kholil, sebelumnya juga pernah nyantri di pesantren yang didirikan pada tahun 1787 tersebut.
Baca Juga: Satu Abad NU: Firli Tegaskan Kontribusi Penting NU bagi Pemberantasan Korupsi
Pada era selanjutnya, Syaikhona Kholil Bangkalan menjadi guru dari para muassis NU, antara lain Kyai Haji Hasyim 'Asy'ari, Kyai Haji Wahab Hasbullah, serta Kyai Haji 'As'ad Syamsul 'Arifin.
"NU adalah organisasi yang didirikan orang-orang yang ikhlas, tanpa pamrih. Maka jangan sampai kualat sama NU," begitu Gus Mus pernah berujar. Konteks itu sesuai dengan semangat keikhlasan para pendiri NU untuk membesarkan organisasi, demi kemanfaatan untuk bangsa dan negara.
Penegasan Syaikh Muhammad Fadhil al Jilani, pada Selasa dini hari 7 Februari 2023, seolah mengaminkan tekat para pendiri dan jajaran Kyai sepuh NU. Cucu ke 25 Syaikh Abdul Qadir Al Jilani itu berpesan kepada nahdliyin agar menjaga kejujuran. Sebab kejujuran menjadi dasar kemuliaan dunia dan akhirat. Lebih tegas, Syaikh Fadhil mengatakan bahwa orang yang jujur atau shiddiqin, menempati derajat yang tinggi di bawah derajat kenabian.
Baca Juga: Peringatan 1 Abad NU, Sidoarjo Macet Parah, Pengguna Jalan Pusing, Pedagang Senang
"Ketidakjujuran menjadi sumber malapetaka di dunia dan akhirat. Juga dalam berbangsa dan bernegara. Maka sudah saatnya warga NU menjadi pioner untuk bersikap dan berperilaku jujur di masyarakat," ujar Bupati Gus Muhdlor.
Orang nomor satu di Sidoarjo itu, menangkap hikmah serta makna mendalam pada gelaran peringatan satu abad NU. Ia melihat antusiasme nahdliyin dari berbagai pelosok daerah di Indonesia, rela datang tanpa pamrih untuk ngalap berkah para Kyai, dan hormat pada para leluhur pendiri NU. Fanatisme dan keikhlasan para nahdliyyin itu merupakan modal dasar untuk manut dawuh para Kyai dengan ikhlas.
Baca Juga: Sukseskan Satu Abad NU, SIER Kirim Tim Kesehatan
Senada, Rais Am PBNU Kyai Haji Miftachul Achyar mengatakan dalam pidatonya, memasuki abad kedua nahdliyin harus memiliki karakter dan kepribadian yang kuat namun harus berpegang pada nilai-nilai keislaman yang moderat.
"Warga NU harus tetap bisa berbuat kebaikan, meski ada di dalam lingkungan yang dipenuhi kejahatan," pungkas pengasuh ponpes Miftahus Sunnah Surabaya tersebut.jh
Editor : Redaksi