Liburan ala Luar Negeri di Kota Madiun tanpa Visa

MADIUN (Realita)- Takjuk dan terkagum-kagum. Itulah perasaan yang sering dijumpai saat masyarakat baru melewati kawasan Pahlawan Street Center (PSC) Kota Madiun, Jawa Timur. Utamanya masyarakat yang bukan asli warga Kota Madiun atau masyarakat asli Kota Madiun yang sudah lama tidak mengunjungi kota terbesar ke empat di Jawa Timur setelah Surabaya, Malang, dan Kediri ini.

“Sekitar tiga tahun lalu saya pernah kesini diajak anak dan menantu saya berbelanja di Matahari (salah satu mall di Kota Madiun,red). Saat itu masih biasa-biasa saja,” kata Lilik Kustihariati, warga Kabupaten Nganjuk yang kebetulan ditemui Realita.co duduk di kursi pedestrian PSC, Senin (13/2/2023).

Baca Juga: Tiba-tiba Mbah Kuri Ponorogo Datangi Rumah Bacawali Madiun Maidi

Lilik, wanita paruh baya ini ternyata tidak sendirian ke Kota Madiun. Ia bersama rombongan teman-teman alumni SMP-nya, sengaja menyewa kendaraan mini bus hanya untuk berwisata ke Kota Madiun menikmati keindahan PSC. Dari Kabupaten Nganjuk ke Kota Madiun, dapat ditempun dalam waktu hanya satu jam.

"Lewat tol cepat. Keluar dari pintu tol di Dumpil, langsung masuk ke Kota Madiun," ujarnya sembari menuturkan kendaraan roda empat yang ditumpanginya berada di parkiran Jalan Jawa.

Dari lokasi parkir Jalan Jawa, ke kawasan PSC tidak begitu jauh. Dengan hanya berjalan kaki cukuplah mudah. Apalagi pedestrian yang telah dibangun Pemkot Madiun, sangat ramah bagi pejalan kaki. Sehingga pengunjung dijamin merasa nyaman.

"Ayo mbak foto-foto di sini," ujarnya mengajak teman-temannya berfoto di pedestrian PSC. 

Realita.co yang saat itu masih duduk di kursi yang ada di pedestrian PSC, menawarkan diri untuk mengabadaikan moment berkumpulnya ibu-ibu tersebut. "Sini saya fotokan bu," ucap saya sembari menunjukkan bahwa masih banyak spot-spot foto di kawasan PSC.

Pertemuan Realita.co dengan para ibu-ibu terhenti saat melihat tubuh tinggi berpakaian dinas warna coklat tua berjalan dari arah selatan. Ternyata, Pak Maidi. Ya, siapapun lebih senang memanggil Walikota Madiun dengan panggilan Pak Maidi.

Khas dengan kumis tebal, mantan Sekda Kota Madiun ini sibuk mengarahkan petugas kebersihan dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim). "Iki dipotong le," katanya kepada petugas kebersihan sembari menujuk ranting Pohon Tabebuya yang sudah mulai tumbuh tidak beraturan.

PSC dulunya bernama Jalan Pahlawan. Namun di saat pemerintahan Walikota Madiun dan Wakil Walikota Madiun Maidi-Inda Raya Ayu Miko Saputri (MaDa), Jalan Pahlawan populer dengan sebutan PSC. 

Awalnya, yang mempopulerkan sebutan PSC itu Pak Maidi sendiri, kemudian banyak dimuat di berbagai media massa maupun media sosial. Hingga menjadi branding kota yang memiliki tiga kecamatan tersebut. 

Kawasan ini, dulunya menjadi langganan banjir disaat musim penghujan. Pohon-pohon tua disisi kanan dan kiri jalan juga sangat lebat. Bahkan rawan roboh saat angin berhembus kencang. Tetapi kini, PSC disulap menjadi kawasan wisata. Saat memasuki kawasan PSC dari sisi selatan, pengunjung sudah disuguhi keindahan patung penjual Nasi Pecel tepat berada ditengah-tengah jalan yang menghubungkan antara Jalan Jawa-A Yani-PSC. 

Patung ini sengaja ditempatkan paling depan, lantaran Kota Madiun terkenal dengan kulinernya pecel. Bergeser sedikit, terpampang dua patung Pendekar di sisi kanan dan kiri mengapit pintu masuk PSC yang dilengkapi dengan gapura Kembar Mayang. 

“Ini (patung Pendekar dan gapura Kembar Mayang,red) CSR (Corporate Social Responsibility,red) perusahaan yang ikut mendukung pembangunan kota ini. Maka saya terimakasih sekali,” kata Pak Maidi saat ditemui Realita.co disela-sela kegiatannya memantau kawasan PSC.

Patung pendekar yang terbuat dari bahan kuningan, merupakan simbol kerukunan antar perguruan pencak silat. Serta menjadi kearifan lokal Kota Madiun. Melalui dua patung ini, diharapkan seluruh perguruan pencak silat semakin meningkatkan sinergi dan kolaborasi untuk turut memajukan Kota Madiun.

“Bahwa pendekar di Kota Madiun harus rukun dan bersama-sama memberikan kontribusi positif untuk pembangunan Kota Madiun,” imbuhnya.

Masih di kawasan PSC, juga terdapat beberapa minatur ikon dari berbagai negara. Foto:AdiMasih di kawasan PSC, juga terdapat beberapa minatur ikon dari berbagai negara. Foto:Adi

Sementara Kembar Mayang dalam adat Jawa merupakan elemen penting dalam pernikahan. Biasanya, Kembar Mayang didalam prosesi pernikahan dibentuk dan disusun dari janur. Secara filosofi, Kembar Mayang memiliki makna yang mendalam. Yakni doa dan harapan, sekaligus simbol kehidupan.

“Ini merupakan simbol agar doa dan harapan kita dapat terkabul,” ujar Maidi.

Setelah melewati Gapura Kembar Mayang, masyarakat semakin merasakan suasana ala Malioboro. Terpampang ratusan lampu artistik yang berjajar rapi disepanjang PSC didamping dengan pohon tabebuya. Bahkan, trotoar yang dulunya tidak berfungsi, kini telah berubah total dan ramah bagi pejalan kaki maupun lansia. Lebar pedestrian pun rata-rata 4,5meter. Di sisi tengah trotoar, juga dilengkapi dengan guiding block atau jalur pemandu berwarna kuning untuk penyandang disabilitas. 

Bagi pengunjung, juga disediakan meja dan kursi lengkap dengan peneduh payung. Sedikit pun tidak ada sampah dilokasi tersebut. Sehingga pengunjung merasa nyaman.

"Kita lengkapi dengan kursi, meja, dan payungnya. Ini supaya pengunjung merasa nyaman," tutur Maidi sembari menunjukkan disepanjang PSC juga dilengkapi dengan bunga berwarna-warni serta pelengkap bollard atau bola dari beton untuk menambah kesan estetika.

Maidi kemudian mengajak untuk bergeser ke depan Balai Kota Madiun. Disini, tidak nampak seperti bangunan perkantoran. Ini karena pagar di depan bangunan jaman Kolonial Belanda tersebut, telah dibongkar. Sehingga pengunjung bisa lebih leluasa untuk mengabadikan moment dengan background bangunan bersejarah. Usai melewati Balai Kota, siapapun bakal lebih takjuk lagi saat melihat sisi kanan dan kiri terdapat miniatur ikon dari berbagai negara. Mulai adanya patung Singa Merlion di Singapura di sisi kiri jalan, hingga kereta cepat Shinkansen yang ada di Jepang. Termasuk juga galeri enam negara yang menyediakan berbagai oleh-oleh. 

Lokasi ini, dulunya merupakan selokan dan terkesan kumuh. Masyarakat lebih mengenal dengan nama Sumber Umis. Kini, namanya berganti Sumber Wangi.  

Baca Juga: Bapelitbangda Sosialisasikan RPJPD Kota Madiun 2025-2045

"Disini juga ada Lorong seni yang menghubungkan Jalan Perintis Kemerdekaan dengan Jalan Kalimantan," terangnya. 

Cilegon dalam

Beralih disisi kanan jalan, terdapat miniatur Ka'bah. Dulunya, lokasi ini merupakan tempat parker kendaraan. Suasana disini berbeda dengan disisi kiri jalan tadi. Hiasan lampu, tanaman kurma, hingga musik agamis seolah menghipnotis pengunjung untuk merasakan nuansa di Mekkah. Kentalnya nuansa Arab Saudi tambah terasa dengan adanya pedagang UMKM yang menggunakan baju agamis. Tenda berwarna putih disisi kiri dan kanan berjajar rapi menjual produk unggulan UMKM. 

"UMKM kita berikan tempat terdepan, karena ini merupakan pendongkrak ekonomi daerah. Bahkan di setiap kelurahan sudah ada lapak-lapak UMKM-nya" ujar Maidi saat duduk dikursi putih depan tenda UMKM sembari meminum jamu produk UMKM lokal. 

Di kursi itu, Maidi duduk berjam-jam ditemani beberapa kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Disela-sela itu, dua orang Aparatur Sipil Negara (ASN) berpakaian dinas juga nampak datang untuk meminta tandatangan. Tanpa sungkan, ia langsung mengeluarkan pena berwarna biru dan langsung memberikan paraf di kertas yang dibungkus map berwarna biru. Beberapa pengujung yang mengetahui itu kepala daerah, langsung meminta swafoto dengannya. 

Usai menghabiskan jamu, Maidi mengajak Realita.co berjalan ke belakang miniatur Kab'ah. Di sana terdapat pula miniatur menara Eiffel seakan merasakan berlibur ke Kota Paris. Di sisi samping kiri menara, terdapat bangunan mengambarkan enam rumah ibadah.  

"Ini simbol enam agama yang ada di Indonesia. Selain sebagai wisata, juga sebagai sarana edukasi. Sehingga kerukunan antar umat beragama ini penting," katanya. 

Sejak beberapa tahun terakhir, pembangunan destinasi wisata buatan memang terus dikebut. Nampaknya, Maidi sadar akan pentingnya branding untuk mendongkrak wisatawan berkunjung ke kota dengan luas wilayah sekitar 33,23 km2. 

“Kita tidak punya sumber daya alam. Makanya wisata-wisata ini kita buat agar mendatangkan wisatawan. Jika tamu datang, maka perekonomian akan terus bergerak,” ucapnya.

Wisata buatan yang dibangun Pemkot Madiun di pusat kota ini, semuanya gratis. Sehingga wajib menjadi tujuan wisata yang tak boleh terlewatkan. “Pengunjung bisa foto ikon berbagai negara tanpa visa,” ujarnya sambal tertawa khas.

Smart City di Tangan Maidi 

Tidak hanya kotanya yang cantik, namun dari sisi birokrasi juga tertata dengan apik. Seperti penerapan Smart city atau kota pintar yang telah disandang Kota Madiun sejak tahun 2019 lalu. Perlahan, kota bagian barat wilayah Jawa Timur ini merubah ekosistem kota. Mulai dari teknologi, hingga upaya-upaya inovatif. 

Semisal, ketersediaan WiFi gratis di setiap fasilitas publik hingga perkantoran. Sesuai data Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Madiun, saat ini internet gratistelah terpasang di 2.100 titik. Pengurusan berbagai keperluan, juga telah berbasis digital melalui inovasi yang diterapkan setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Tak hayal, Kota Madiun sudah mendapatkan ratusan penghargaan, mulai dari tingkat regional hingga nasional.

Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Wali Kota Madiun Ajak Masyarakat Teruskan Perjuangan

"Gayung bersambut, di saat pandemi Covid-19 kota kita telah siap menghadapinya. Semua dilakukan daring, mulai pelajar sampai pekerja. Untungnya, infrastruktur kita terkait IT telah berjalan," kata Pak Maidi melanjutkan perbincangan di kawasan PSC bersama wartawan Realita.co.

Selama pandemi, pembangunan tidak terus terhenti. Justru hal ini menjadi momentum baginya untuk menata segala aspek hingga ditataran bawah. Terbukti, 27 lapak UMKM rampung digarap. Lapak UMKM di 27 kelurahan juga tidak asal-asalan dibangun. Setiap lokasi, memiliki ciri khas masing-masing. Bahkan melalui salah satu program Smart City, pelaku ekonomi dengan mudah mempromosikan produknya melalui online. 

"Adanya WiFi gratis ini membuat pelaku UMKM juga mudah mempromosikan dagangannya," ujarnya seraya meminta Realita.co untuk melihat aplikasi bernama Pro UMKM di smartphone, yang mewajibkan setiap ASN berbelanja produk UMKM.

Tidak hanya UMKM yang mendapatkan dampak positif penerapan Smart City, namun juga para investor. Pengurusan ijin juga cukup mudah tanpa harus bertemu. Calon investor cukup melalui online di aplikasi Kota Madiun Single Submission (MASS) yang telah terintegrasi dengan Online Single Submission (OSS). Upaya ini menjadi bagian penting untuk mewujudkan Kota Madiun ramah investasi.

"Investasi saya permudah, semua online. Karena semakin banyak investor, maka semakin banyak tenaga kerja yang terserap," ujarnya.

Beberapa hal itu, barulah secuil inovasi yang telah diterapkan Pemkot Madiun. Masih banyak lagi inovasi-inovasi lainnya yang telah berjalan dan menjadi penopang program Smart City. Penerapan kota pintar tersebut berbuah manis dengan capaian beberapa indikator mengalami catatan yang menggembirakan.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pertumbuhan ekonomi Kota Madiun tahun 2021 tercatat diatas rata-rata provinsi dan nasional. Yakni Kota Madiun sebesar 4,73 persen, sedangkan Provinsi Jawa Timur hanya 3,57 persen, dan nasional 3,69 persen. 

Selain itu, masih dikurun yang sama, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tercatat 81,25 persen atau tumbuh 0,42 persen dibanding tahun sebelumnya, dan masuk dalam kategori sangat tinggi. Termasuk tingkat kemiskinan menduduki posisi ketiga terendah di Jawa Timur. Serta tingkat pengangguran mengalami penurunan 0,17 poin.

Setiap hari kawasan PSC selalu ramai pengunjung.Foto:Adi   Setiap hari kawasan PSC selalu ramai pengunjung.Foto:Adi

Selain itu, Pendapatan Asli Daerah meningkat 109,27 persen. Bahkan, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memberikan penghargaan terbaik ketiga tingkat nasional atas realisasi APBD 2021. (reporter M Adi Saputro)

 

Editor : Redaksi

Berita Terbaru