Umar Patek Bebas Bersyarat, Masyarakat: Kelihatan Penyesalannya

JAKARTA (Realita)- Masyarakat Indonesia masih teringat kejadian tragedi Bom Bali I, dalam insiden yang merenggut ratusan nyawa melayang dan korban luka masih membekas dalam ingatan kita. Salah satunya nama Umar Patek yang tentu melekat dalam memori ingatan dan selalu dikaitkan dengan peristiwa Bom Bali I.

Setelah menjalani vonis hukuman 20 tahun penjara, kini dirinya sudah mengaku insaf, serta menyesali segala perbuatan dan bertekad untuk memerangi terorisme di Indonesia.

Baca Juga: Sembilan Narapidana Terorisme Ucapkan Ikrar Setia NKRI

Kilas balik tragedi Bom Bali I

Umar Patek terlibat dalam kasus tragedi Bom Bali I yang terjadi di tanggal 12 Oktober 2002 di Paddy's Pub dan Sari Club yang berlokasi di Jalan Legian, Kuta, Bali.

Dalam aksi tersebut telah menewaskan 202 orang dan melukai lebih dari 200 korban.

Bukan hanya sekali itu saja, Bali kembali diguncang serangan terorisme kedua. Aksi tidak manusiawi itu kembali terjadi pada 2005 dan disebut Bom Bali II, setidaknya ada sekitar 23 tewas dan 19 luka-luka.

Tragedi Bom Bali I ledakan pertama terjadi didalam Club pada pukul 23.05 WITA. Kemudian semua orang panik dan akhirnya berhamburan keluar klub untuk menyelamatkan diri ke arah jalan. Tanpa mereka sadari, ternyata bom kedua sudah disiapkan dengan daya ledak lebih besar dengan posisi berada di luar Sari Club. Kemudian bom kedua pun meledak yang menewaskan banyak jiwa yang menjadi korban.

Para pelaku terorisme tragedi Bom Bali I sudah dijatuhkan dalam vonis pengadilan. Di antaranya Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas divonis mati atas perannya dalam tragedi tersebut.

Sementara Ali Imron divonis penjara seumur hidup, kemudian Umar Patek divonis 20 tahun penjara karena mau membantu kerja kepolisian.

Akhirnya Umar Patek pun bebas bersyarat dari vonis 20 tahun penjara. Dalam bebasnya salah satu pelaku tragedi Bom Bali I pastinya akan menimbulkan sejumlah kontroversi. Bebasnya Umar Patek mendapat sorotan dari dalam maupun luar negeri, terutama pemerintah Australia.

Pembebasan bersyarat pelaku Bom Bali I yang  saat ini dianggap telah menyakiti hati warga Australia dan saat kejadian jumlah korban sebanyak 88 jiwa.

Umar Patek telah diberi untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar sadar dan insaf serta tidak mengulangi perbuatannya kembali.

Saat ini namanya sering dipanggil Hisyam bukan Umar Patek lagi.

"Panggil aja Hisyam, nama pemberian orang tua," ucap Umar Patek dikutip dalam acara Kick Andy, beberapa hari yang lalu.

Dalam tragedi tersebut,Ustaz Mukhlas (Ali Ghufron) dan Imam Samudra yang sangat berdosa atau bertanggung jawab terkait peristiwa Bom Bali I. Dirinya mengaku hanya membantu Sawad alias Sarjiyo untuk meracik bom yang akan diledakkan di sebuah club malam.

"Sawat ketika itu sudah dalam kondisi sakit sehingga membutuhkan bantuan," ulasnya.

Awalnya dirinya tidak setuju dengan rencana serangan bom di Bali.

Namun rekan-rekannya berbeda pendapat dan tetap melanjutkan apa yang menjadi motif dari Mukhlas dan Imam Samudra yaitu sebagai aksi pembalasan atas apa yang dilakukan tentara Israel di Palestina.

Menurut Umar Patek, menganggap serangan bom di Bali adalah keliru karena menargetkan warga sipil yang tidak ada hubungannya dengan tentara Israel.

Baca Juga: Kemenkumham Jatim Terima 23 Napi Teroris Dari Bogor

"Bukan kita membalas dengan cara membunuh orang-orang bule yang ada di sini, mereka tidak ada hubungannya sama sekali," bebernya.

Namun pendapat Umar Patek tidak dihiraukan oleh teman-temannya, karena kalah pengaruh dari Mukhlas yang merupakan orang paling senior diantara mereka dan disebut pernah bertemu langsung dengan Osama bin Laden.

Dalam ceritanya, dirinya terpaksa menjalankan aksi peledakan bom karena tidak dapat pergi dengan kondisi rumah yang selalu dikunci serta diancam, jika berkhianat akan dihilangkan nyawanya.

Setelah survey lokasi untuk peledakan, maka Paddy's Pub dan Sari Klub sebagai target serangan bom karena merupakan tempat yang paling ramai.

Beberapa saat setelah bom meledak, Ali Imron yang mendengar suara ledakan menepi di sebuah masjid dan merenungi perbuatannya.

Pihak berwajib awalnya kesulitan mengungkap dalang di balik aksi Bom Bali I ini karena para pelaku melakukannya dengan rapih dan dipersiapkan dengan matang. Umar Patek mengaku mengikuti aksi terorisme berawal dari ajakan Dulmatin, tetangga sekaligus teman kecilnya.

Pasca peristiwa Bom Bali I, Umar Patek langsung kabur ke Filipina tapi sempat kembali ke Indonesia untuk mengurus persiapan ke Pakistan dengan maksud menetap dan berjuang di Afganistan.

Dirinya berhasil ditangkap dalam pelariannya dan hal tersebut akhir dari sepak terjangnya di dunia terorisme.

Pihak keluarga hanya mengetahui bahwa dirinya pergi mencari kerja ke Malaysia.

Namun di tengah perjalanan ia mengenal Ustaz Mukhlas dan ditawari pergi ke Pakistan untuk belajar agama. Di Pakistan Umar Patek diberi materi agama dan juga militer.

Baca Juga: Melarikan Diri dari RS, Narapidana Sakit Ditembak Mati

Umar Patek telah mengaku dirinya bersalah dan berdosa atas apa yang ia lakukan.

"Saya memohon maaf, saya tidak bisa mengatakan apa yang mau saya jawab ketika di akhirat kelak ketika ditanya Allah," katanya.

Jauh dari yang dibayangkan, Umar Patek justru mendapat perlakuan humanis dan disampaikan satu kalimat pendek namun menggetarkan hatinya, bahwa apapun yang ia sudah lakukan tetaplah ia adalah anak bangsa yang akan tetap diterima oleh negara. Hatinya semakin luluh begitu mengetahui bahwa keluarganya, mulai dari adik, paman, sepupu, hingga tantenya ikut merangkul dan mau menerimanya kembali walaupun sudah terlibat aksi terorisme.

Ketika aksinya yang ikut mengibarkan bendera Merah Putih di lapas pun menuai sorotan dari publik.

Banyak yang meragukan bahwa ia hanya berpura-pura, atas desakan pihak lain dan sesungguhnya sedang merencanakan aksi terorisme susulan.

" Saya salut dengan peryataan beliau, dirinya sudah membayar apa yang harus dipertanggung jawabkan, yakin kalau yang diucapkan sangat bersungguh-sungguh," ucap Budi masyarakat ketika dimintai tanggapannya.

Namun, dirinya berani bersumpah dengan nama Tuhan bahwa ia melakukan pengibaran tanpa desakan, itu murni dari lubuk hati yang paling dalam untuk menunjukkan bahwa dirinya sudah insaf dan bertobat.

Desember tahun lalu, Umar Patek mengunjungi Yayasan Lingkar Perdamaian di Lamongan untuk menyampaikan komitmennya dalam menjaga perdamaian.

Dengan bergabung bersama yayasan tersebut, ia akan membantu pemerintah untuk melaksanakan program deradikalisasi bersama Ali Fauzi. Saat ini, dirinya masih menjalani program pembinaan hingga 29 April 2030. tom

Editor : Redaksi

Berita Terbaru