GAZA- Ketua hubungan internasional Hamas Dr Basem Naim mengatakan rencana kelompoknya bukanlah untuk menargetkan warga sipil Israel, ketika menyerang warga di kawasan Israel Selatan, 7 Oktober lalu.
Di beberapa negara, termasuk Australia, Hamas dianggap sebagai kelompok teroris.
Baca Juga: Serang Hamas, Teroris Israel Masuk Perbatasan Lebanon
"Komandan utama Brigade Al Qassem, yang memulai operasinya, memberikan instruksi jelas untuk tidak menargetkan warga sipil atau melukai mereka," ujarnya ketika diwawancara program ABC 7.30.
"Di tengah konfrontasi, ada beberapa warga sipil. Instruksi jelasnya adalah untuk tidak membunuh mereka."
Pemimpin Hamas juga mengklaim pihaknya tidak berencana untuk menyandera warga sipil.
"Kami belum berencana untuk menyandera warga sipil. Rencananya adalah untuk melawan tentara dan menyandera mereka."
Ketika ditanya mengenai apakah ia pernah mengklaim jika kelompoknya sudah kehilangan kontrol atas tentaranya, ia mengatakan operasi Hamas sudah disusup pihak lain.
"Ada kelompok Palestina lain yang menjadi bagian dari operasi ini, termasuk warga sipil ketika melihat penjara di Jalur Gaza dibobol dan ketika pengepungan terjadi," katanya.
"Bukan berarti kami kehilangan kendali ... tapi ada kekacauan di daerah."
Baca Juga: Teroris Israel Bombardir Gaza lagi, Hamas: Kita Lawan
Basem tidak mau memberitahu siapa kelompok itu sebenarnya.
Ia mengklaim Hamas memperhatikan kondisi warga Israel yang disandera dan akan membebaskan mereka ketika tak ada lagi tindakan kekerasan.
"Kami merawat mereka karena tanggung jawab moral. Ketika agresi berhenti, kami siap untuk melepaskan mereka semua, termasuk semua warganegara asing," katanya.
Basem membela instruksi Hamas yang meminta warga sipil tetap tinggal Gaza Utara, meski Israel menyuruh mereka untuk mengungsi.
Ia mengatakan terlalu berbahaya bagi warga Palestina untuk pergi dari Gaza. Menurutnya jika warga Palestina meninggalkan rumah mereka, maka akan mengulang "bencana" pada tahun 1948.
Baca Juga: Gencatan Senjata Antara Israel dan Hamas, Sudah di Depan Mata
Ia juga menekankan serangan yang dilakukan Hamas, yang dianggap sebagai aksi teroris oleh pihak lain, merupakan bentuk pembelaan diri.
"Mereka telah menghancurkan kami, memojokkan kami, dan hanya memberikan kami satu atau dua pilihan, yakni antara dibunuh dengan senjata atau dibunuh dengan kemiskinan, pengangguran ... kami memutuskan untuk meninggal dengan hormat," katanya.
"Kami dijajah dan kami membela keberadaan kami."abc
Editor : Redaksi