JAKARTA - Sejumlah pihak menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai gagal menangani pandemiCovid-19. Hal ini bisa dilihat dari korban paparan Covid-19 yang semakin tinggi. Ditambah juga fasilitas untuk menangani korban paparan Covid-19 tidak memadai. Ironisnya, Jokowi enggan meminta maaf atas permasalahan tersebut.
Pengamat politik Jerry Massie menilai, kegagalan mengatasi pandemi Covid-19 lantaran Jokowi hanya mendengar bawahannya yang tak berkompeten. Sementara saran-saran para ahli dan orang bijak tak dihiraukan.Parahnya lagi dalam kondisi krisis dan kritis bangsa ini masih saja terpikir oleh Jokowi untuk ngutang di Bank China untuk membangun kereta api cepat.
Baca Juga: Jerry Massie Kalahkan Pakar Politik Amerika Terkait Prediksi Pemilu AS
"Kualitas Jokowi mulai diragukan publik memimpin bangsa ini apalagi disaat krisis," kata Jerry, Minggu (11/7/2021).
Jerry mengungkapkan, walau kabinetnya lemah tapi jika presidennya kuat maka akan mempunyai pengaruh. Sementara untuk Jokowi banyak bisikan tak masuk akal yang justru diadopsi. Bahkan orang - orang yang tidak berkompeten yang justru disukai Jokowi.
"Ini mengingatkan kita pada era presiden AS Jimmy Carter dimana terjadi inflasi besar-besaran dan tingkat pengganguran tinggi. Bahkan ekonomi AS terpuruk lantaran Carter tak punya strong leadership, goal setting and economic concept," paparnya.
"Nah, gaya Jimmy Carter ini mirip Jokowi saat ini, pantas saja BEM UI menggangapnya The King of Lip Service," sambungnya.
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) ini menilai, Jokowi sebagai decision maker (pengambil keputusan) sangat lemah. Apalagi menteri-menterinya yang tak mempunyai kemampuan memimpin. Para menterinya type 'Yes Man'. Sikap berdalih ekonomi aman, pertumbuhan ekonomi akan baik-baik saja, pangan terjamin. Padahal negeri ini diambang failed nation (negara gagal).
"Tapi itu tak disadari Jokowi. Utang menembus Rp6.500 triliun ini sangat dangerous (berbahaya)," tegasnya.
Baca Juga: Turun Tangan, KPK Usut Dugaan Korupsi Honor Hakim Agung
Jerry mengungkapkan, ada negara yang bangkrut lantaran gagal membayar hutang yakni Argentina, Equador, Yunani, Zimbabwe dan Venezuela. Sementara Indonesia terancam juga gagal membayar utang. Ciri-ciri negara gagal yakni tak mampu membayar utang, inflasi tinggi, korupsi tinggi, dikuasai TKA Asing.
"Takutnya Indonesia seperti 5 negara yang bangkrut dan terakhir nasib tragis menimpa Lebanon dimana negara ini sempat makmur lantaran salah urus dan korupsi merajalela maka negara ini bangkrut," jelasnya.
Jerry memaparkan, Indonesia pernah memiliki tim ekonomi paling hebat yakni di era mendiiang Soeharto. Sementara kemampuan Jokowi jauh dengan Soeharto yang punya renstra (perencanaan strategis) yang hebat. Misalnya, program Pelita (Pembangunan Luma Tahun) dan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun).
"Tapi saat ini Repetibu (Rencana pembangunan tiga bulan). Goal setting (sasaran) tak jelas," paparnya.
Baca Juga: Direktur P3S: Pengangkatan 127 ASN di Minut Sudah Prosedural, Jangan Jadikan Komoditas Politik
Sebelum terlambat, lanjut Jerry, maka Jokowi harus membentuk tim penasehat ekonomi yang bisa beranggotakan Emil Salim, Fuad Bawazier, Kwik Gian Gie, Rizal Ramli, Anthony Budiawan, Faisal Basri. Bisa juga gandeng Hendrawan Supratikno atau rekrut Direktur INDEF.
"Bagi saya ini akan sangat membantu Jokowi. Para ekonom ini sudah teruji dan punya kemampuan," jelasnya.
Jerry pun menyarankan, tim PEN yang diketuai Airlangga Hartarto dan Koordinator PPKM Luhut B Pandjaitan diganti. Hal itu dilakukan agar Indonesian kondusif dan terkendali bahkan terhindar dari economic crisis. Namun hal tersebut terserah Jokowi apakah mau Indonesia gagal atau tidak.
"Kalau tidak, itu terserah dan tergantung pak Jokowi," tegasnya.ika
Editor : Redaksi