TEL AVIV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas seluruh wilayah Palestina. Hal itu disampaikan Netanyahu usai percakapan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden terkait solusi dua negara.
Dilansir BBC, Minggu (21/1/2024), sikap Netanyahu itu disampaikan pada Sabtu (20/1). Netanyahu menentang tekanan dari AS dan negara lain terhadap pemerintahannya untuk berkomitmen terhadap negara Palestina di masa depan.
Baca Juga: Mayoritas Warga Eropa dan AS Dukung ICC Tangkap Benjamin Netanyahu
Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden membahas masa depan wilayah Palestina melalui telepon pada Jumat (19/1). Sikap Netanyahu itu telah memperdalam perpecahan publik antara Israel dan AS mengenai pemerintahan masa depan di Gaza dan Tepi Barat ketika konflik di Gaza berakhir.
AS meyakini masa depan negara Palestina bersama Israel, yang dikenal sebagai 'solusi dua negara' sangat penting bagi stabilitas jangka panjang. Namun, Gedung Putih mengakui pemerintah AS dan Israel 'melihat sesuatu secara berbeda'.
Usai pembicaraan telepon dengan Netanyahu, Biden menegaskan solusi dua negara masih mungkin dilakukan saat Netanyahu menjabat.
"Ada beberapa jenis solusi dua negara. Ada sejumlah negara anggota PBB yang tidak memiliki militer sendiri," katanya.
Namun pada hari Sabtu, Netanyahu menyampaikan sikapnya yang telah dia pegang selama sebagian besar karir politiknya. Dia bersikeras Israel harus memegang kendali keamanan atas Gaza usai Hamas dihancurkan.
Baca Juga: Sibuk Perang, Perekonomian Israel Kacau
"Dalam percakapannya dengan Presiden Biden, Perdana Menteri Netanyahu menegaskan kembali kebijakannya bahwa setelah Hamas dihancurkan, Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas Gaza untuk memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel, sebuah persyaratan yang harus dipenuhi, bertentangan dengan tuntutan kedaulatan Palestina," demikian keterangan dari kantor PM Israel.
Lewat X, Netanyahu juga mengatakan Israel harus mempertahankan 'kendali keamanan atas seluruh wilayah barat Yordania' sebuah wilayah yang juga mencakup wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel.
Komentar tersebut mengurangi harapan di beberapa kalangan bahwa krisis Gaza dapat mengakibatkan para pemimpin Israel dan Palestina memulai kembali perundingan diplomatik dan memulai proses perdamaian yang terbengkalai. Meningkatnya isolasi terhadap Netanyahu di luar negeri terjadi di tengah meningkatnya ketidakpopuleran di dalam negeri dan protes atas nasib sekitar 130 sandera yang masih ditahan di Gaza oleh Hamas.
Hamas membunuh sekitar 1.300 orang - sebagian besar warga sipil - dan menyandera 240 orang dalam serangan mendadak mereka di Israel selatan pada 7 Oktober.
Baca Juga: Liga Arab Beri Peringatan Keras pada Teroris Israel
Ribuan pengunjuk rasa, termasuk kerabat dari mereka yang masih hilang, berkumpul di Tel Aviv pada hari Sabtu, mendesak Netanyahu untuk mencapai gencatan senjata agar para sandera bisa pulang.
Sementara itu, pasukan Israel terus masuk ke Gaza selatan untuk mencari pejabat tinggi Hamas, yang diyakini Israel bersembunyi di Khan Younis, kota terbesar kedua di wilayah tersebut. Penduduk setempat melaporkan adanya pertempuran sengit di daerah tersebut dalam beberapa hari terakhir, termasuk di sekitar rumah sakit. Israel mengatakan mereka menyerbu sebuah kompleks militer dan menemukan bahan peledak bawah tanah.
Para pejabat dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan pada hari Sabtu bahwa 165 orang telah terbunuh di wilayah tersebut dalam 24 jam terakhir dan jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak konflik dimulai mendekati 25.000 orang.ik
Editor : Redaksi