Dalam Dua Minggu, Lima Orang Meninggal Disambar Petir

PURBALINGGA- Selama dua pekan terakhir, lima warga tewas karena sambaran petir di Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Kewaspadaan dan mitigasi mendesak ditingkatkan untuk meminimalkan korban jiwa akibat sambaran petir.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada Januari-Februari 2024, terjadi ratusan ribu sambaran petir di Jateng. ”Tahun 2024 sampai Februari, terjadi 912.738 sambaran petir di Jateng,” kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Hery Susanto Wibowo saat dihubungi dari Banyumas, Jumat (8/3/2024).

Baca Juga: Disambar Petir, Dua Pemancing Tenggelam

Sementara itu, Hery memaparkan, sepanjang tahun 2023, di Jateng tercatat terjadi 2.380.938 sambaran petir. ”Sambaran terbanyak terjadi pada bulan November 2023 dengan jumlah 972.353 sambaran,” ujarnya.

Dinamika sambaran yang relatif tinggi itu, kata Hery, terjadi karena di dalam dinamika atmosfer terdapat aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang aktif di wilayah Indonesia. Selain itu, ada pula peningkatan kecepatan angin dari utara Indonesia hingga melintasi ekuator melalui Selat Karimata.

Faktor lainnya adalah potensi pembentukan pusat tekanan rendah di Samudra Hindia sebelah barat daya hingga selatan Jawa dan Australia bagian utara. Faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan pembentukan awan hujan dan curah hujan.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara Andri Sulistyo menyatakan, selama beberapa waktu terakhir, tercatat ada empat orang meninggal akibat tersambar petir di wilayahnya.

Peristiwa pertama terjadi pada Minggu (25/2/2024). Saat itu, pasangan suami-istri petani cabai bernama Sukisman (45) dan Reben (40) meninggal karena tersambar petir tatkala memanen cabai di Desa Petir, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara.

Baca Juga: Ini Penyebab Petir Menyambar Manusia

Andri mengatakan, sekitar pukul 13.00, turun hujan lebat ketika Sukisman dan Reben memanen cabai di ladang. Keduanya lalu berteduh di gubuk di lokasi itu. Saat itu, pohon kelapa di dekat gubuk tersambar petir. Sambaran petir juga mengenai suami-istri itu hingga tewas di lokasi. Petir juga menyebabkan dua petani lain di gubuk itu mengalami luka bakar.

Peristiwa kedua adalah sambaran petir yang menewaskan dua orang kakak adik bernama Fadillah (19) dan Irfan Purnomo Aji (25) saat berboncengan naik motor di Desa Sikumpul, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, pada Selasa (5/3/2024). ”Keduanya berkendara saat hujan lebat dan meninggal di lokasi,” tuturnya.

Selain di Banjarnegara, sambaran petir diduga menewaskan remaja berinisial RNH (14) di Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga. Kepala Kepolisian Sektor Kalimanah Ajun Komisaris Mubarok dalam keterangan tertulis menyampaikan, korban ditemukan tergeletak di rumahnya pada Rabu (6/3/2024) dalam kondisi tak bernyawa.

Keduanya berkendara saat hujan lebat dan meninggal dunia di lokasi

Terdapat luka lecet di leher dan lebam pada kaki serta tangan. ”Dari hasil pemeriksaan dokter, penyebab korban meninggal akibat tersambar petir. Tidak ditemukan tanda kekerasan,” kata Mubarok.

Baca Juga: Jika Berteduh, Cari Tempat Lebih Tinggi dari Tubuh

Menurut Mubarok, dari keterangan ibu korban, sang remaja sudah ditegur untuk tidak bermain ponsel saat hujan deras. ”Saat ditemukan tak bernyawa, posisi handphone ada di atas kepala korban,” ujarnya.

Terkait sejumlah insiden sambaran petir itu, Hery mengingatkan, jika terjadi hujan disertai petir, warga diimbau segera masuk ke dalam ruangan atau mobil. Jika tengah berada di kolam renang, warga diminta segera naik dan menjauh dari kolam karena petir dapat mengantarkan energi ke air.

”Jangan berlindung di bawah pohon karena ketika pohon tersambar petir, energinya dapat melompat ke tubuh kita,” katanya.ha

Editor : Redaksi

Berita Terbaru