FOTO : Dirut Perumda BPR Bank Daerah Kota Madiun, Forest Khrisna Tri Wasisto Ady.
Gara-gara Ordal, Laba Perumda BPR Kota Madiun Minus Rp 7,7 Miliar
MADIUN (Realita) – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) BPR Bank Daerah Kota Madiun mencetak prestasi buruk sepanjang tahun 2023 lalu. Pasalnya, laba perusahaan yang ditargetkan Rp 2,2 miliar, justru minus 341,16 persen, atau merugi Rp 7,7 miliar.
Masalah ini terungkap saat BPR memaparkan laporan pertanggungjawaban dan rencana bisnis di rumah makan Nawasena Gareden Kota Madiun, Kamis (4/7/2024).
Dirut Perumda BPR Bank Daerah Kota Madiun, Forest Khrisna Tri Wasisto Ady mengaku, masalah terjadi utamanya dari kelakuan nakal karyawan atau orang dalam (ordal) BPR itu sendiri. Misal, adanya karyawan yang memanipulasi angsuran nasabah hingga melakukan pinjaman dengan agunan orang lain. Itu, katanya, terjadi saat dirinya belum menjabat sebagai Dirut.
“Saya bukan berusaha lepas dari tanggung jawab, tapi kami sampaikan bahwa itu terkait dengan permasalahan-permasalahan yang lama. Artinya, saya bergabung per 1 September 2023 dan permasalahan itu terjadi sudah tahun-tahun sebelumnya,” katanya, Kamis (4/7/2024).
Meski begitu, ia berjanji akan memperbaiki segudang masalah yang ada di perusahaan plat merah tersebut. Salah satunya dengan melakukan restrukturisasi perusahaan, termasuk dari sisi sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, supaya dapat berjalan secara optimal.
“Tetapi saya pastikan bahwa progres kedepan harus positif. Supaya masyarakat mulai mempercayai BPR Kota Madiun, sebagai BPR-nya orang Kota Madiun,” ujarnya.
“Kami saat ini sedang membenahi aturan atau SOP internal. Kita bikin aturan, kita bikin SOP yang meminimalisir celah terjadinya penyalahgunaan. Saat ini sedang kita jalankan dengan dibimbing oleh dewan pengawas dan OJK,” tambahnya.
Selain laba minus, pendapatan BPR tahun 2023 dari target Rp 12,4 miliar hanya terealisasi Rp 8,1 miliar. Sedangkan beban yang harus ditanggung sebesar Rp 15,7 miliar dari target Rp 9,6 miliar. Pun, capaian total asset, kredit yang diberikan, tabungan, maupun deposito berjangka semuanya tidak memenuhi target yang telah ditetapkan.
“Kita diperbankkan harus seperti itu. Kerugian menjadi beban di tahun berikutnya, itu yang harus kami perjuangkan dulu,” tuturnya.
Sementara menginjak tahun 2024, tercatat laba perusahaan hingga Juni baru tercapai 3,22 persen atau sebesar Rp 66 juta, dari target Rp 2 miliar. Namun, dalih Forest, keuntungan yang didapat sebenarnya jauh lebih besar dari pada angka itu. Lantaran, mulai Januari hingga Maret pihaknya harus menutup Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).
“Kalau keuntungan secara riil ya hampir Rp 1 miliar selama semester satu ini. Cuma karena kami harus nutup kerugian tahun sebelumnya, akhirnya cuma muncul Rp 66 juta itu,” jelasnya.
“Saya tekankan kepada temen-temen kalau kinerja bisa stabil dan konsisten seperti ini, Insyaallah kita sudah tidak berprogres negatif. Kita akan membukukan laba terus kedepannya, dan harapan kami di tahun berikutnya maksimal dua tahun kita bisa memberikan deviden kepada stakeholder,” tandasnya.adi
Editor : Redaksi