PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) serentak bakal di gelar 27 November 2024 mendatang. Setidaknya, terdapat 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota di tanah air yang mengikuti pemungutan suara.
Partai politik (parpol) sudah mulai lagi memanaskan mesinnya sejak beberapa bulan terakhir. Setelah, sebelumnya terkuras oleh Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemiliah Legeslatif (Pileg) 14 Februari 2024 lalu.
Baca Juga: Survei Terbaru: Madiun Kuasai Medan, Bonus Turun, Dadi Naik
Pilkada kali ini, bakal menjadi tonggak sejarah baru di Indonesia. Lantaran banyaknya peserta yang akan mengikuti pesta demokrasi. Namun jika tidak diantisipasi dan maknai secara mendalam, berpotensi menimbulkan gesekan.
Peran kesuksesan jalannya Pilkada serentak, bukan hanya menjadi tugas penyelenggara pemilu maupun pihak keamanan. Tetapi, juga para elit politik, baik di pusat maupun daerah, serta kontestan itu sendiri. Mereka semua, wajib hukumnya bisa memberikan contoh bagi rakyat untuk saling bergandengan.
Politik menyejukkan, tanpa ada drama-drama emosional personal yang justru menampilkan sifat kekanak-kanakan, tidak perlu lagi ditampilkan. Dramatisasi yang menimbulkan polarisasi kelompok, hingga emosional khalayak, juga tidak perlu lagi terjadi. Politik terbawa perasaan (baperan) saat dikritik, justru akan menimbulkan perpecahan.
Disisi lain, para elit acap kali menunjukkan kemesraannya dengan rival dibalik layar. Namun kadang kala, itu semua tidak diketahui khalayak. Hanya gimik-gimik permusuhan yang sering digelorakan diluaran. Sehingga menimbulkan perpecahan dikalangan para pendukung.
Aktor-aktor politik harusnya bisa mengambil peran dan menjadi figur perubahan politik yang menyenangkan dengan cara menunjukkan adu program dan gagasan serta pemikiran yang rasional. Dengan begitu, masyarakat akan lebih bijak menentukan pilihan dan tetap menjaga persatuan meski berbeda pilihan.
Baca Juga: Masyarakat Ingin Maidi Lanjutkan Pembangunan Kota Madiun
Politik Baperan di Era Digitalisasi
Zaman semakin berubah. Di era digitalisasi saat ini, netizen semakin mengambil peran dominan. Media sosial (medsos) menjadi salah satu perhatian para pihak. Termasuk para pemain politik.
Adanya medsos, membuat masyarakat semakin mudah menyampaikan segala pemikirannya. Tidak jarang, netizen melontarkan serangan personal hingga fitnah belaka. Hal ini jika tidak disikapi secara rasional, dapat memicu reaksi emosional. Para elite hingga pentolan, tidak jarang mudah tersinggung lantaran masih menjunjung tinggi politik baperan dan terprovokasi oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan.
Baca Juga: Plh. Sekda H. Khairul Aswandi SE. M. Si, Buka Sosialisasi Pilkada 2024
Seharusnya, gagasan serta visi-misi yang dibawa dalam berpolitik, terus ditunjukkan. Dengan begini, simpatik masyarakat akan semakin menunjukkan peran dominan.
Ingat, bahwa dalam dunia politik tidak akan mungkin bisa memenuhi selera semua orang. Kepentingan khalayak lebih ditonjolkan ketimbang perasaan pribadi. Selain itu, kritik dan serangan, harus bisa dimanfaatkan untuk dipetik pelajaran.
PENULIS : Jurnalis Kota Madiun, Moch Adi Saputro/ Adi Jaguar
Editor : Redaksi