Samudra Atlantik Bakal Runtuh di Tahun 2030-an, Cuaca dan Iklim Bakal Berubah

WASHINGTON - Dalam studi terbaru, ilmuwan memperkirakan sistem penting arus Samudra Atlantik yang memengaruhi cuaca di seluruh dunia bisa runtuh paling cepat mulai akhir dekade 2030-an. Dampak dari keruntuhan sistem ini adalah bencana berskala planet yang akan mengubah cuaca dan iklim.

Beberapa penelitian dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa sistem penting tersebut, Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), bisa saja runtuh, melemah akibat suhu laut yang menghangat dan gangguan kadar garam karena perubahan iklim akibat aktivitas manusia.

Baca Juga: RI "Mendidih" Dihantam Cuaca Panas Ekstrim, Begini Penjelasan BMKG

Namun penelitian baru yang sedang ditinjau sejawat dan belum dipublikasikan dalam jurnal, menggunakan model canggih untuk memperkirakan kapan penutupan sistem itu akan terjadi, dan hasilnya menunjukkan hal itu bisa terjadi antara tahun 2037 hingga 2064. Penelitian ini menunjukkan kemungkinan besar AMOC akan runtuh di tahun 2050.

"Ini benar-benar mengkhawatirkan," kata René van Westen, seorang peneliti kelautan dan atmosfer di University of Utrecht, Belanda, dan rekan penulis studi tersebut, dikutip dari CNN, Rabu (7/8/2024).

"Semua efek samping negatif dari perubahan iklim antropogenik akan terus berlanjut, seperti lebih banyak gelombang panas, lebih banyak kekeringan, lebih banyak banjir. Lalu jika Anda juga menambahkan keruntuhan AMOC, iklim akan menjadi lebih terdistorsi," katanya.

Dampak Keruntuhan AMOC
Seperti sabuk konveyor, AMOC menarik air permukaan yang hangat dari belahan Bumi selatan dan daerah tropis dan mendistribusikannya di Atlantik Utara yang dingin. Air yang lebih dingin dan asin kemudian tenggelam dan mengalir ke selatan.

Mekanisme ini menjaga bagian-bagian dari Belahan Bumi Selatan dari kepanasan dan bagian-bagian dari Belahan Bumi Utara dari kedinginan yang tak tertahankan, sambil mendistribusikan nutrisi yang menopang kehidupan dalam ekosistem laut.

Dampak runtuhnya AMOC akan membuat sebagian dunia tidak dapat dikenali lagi. Dalam beberapa dekade setelah keruntuhan, es Arktik akan mulai merayap ke selatan, dan setelah 100 tahun, akan meluas hingga ke pantai selatan Inggris.

Suhu rata-rata Eropa akan anjlok, seperti halnya suhu rata-rata Amerika Utara, termasuk sebagian wilayah AS. Hutan hujan Amazon akan mengalami pembalikan total dalam musimnya, musim kemarau saat ini akan berubah menjadi bulan-bulan hujan, dan sebaliknya.

"Keruntuhan AMOC merupakan bahaya yang sangat besar yang harus kita hindari," kata Stefan Rahmstorf, ahli oseanografi fisik di University of Potsdam, Jerman, yang tidak terlibat dalam penelitian terbaru.

Untuk mencapai kesimpulan mereka, para ilmuwan dari Utrecht menggunakan model canggih dan untuk pertama kalinya mengidentifikasi suatu area di Samudra Atlantik Selatan sebagai tempat optimal untuk memantau perubahan sirkulasi dan menggunakan data observasi.

Mereka mengamati suhu dan kadar garam laut di sana untuk memperkuat prediksi sebelumnya tentang kapan AMOC akan mencapai titik kritisnya.

Baca Juga: Cuaca Ekstrim, Pemandian Air Panas Cangar Sementara Ditutup

Perkembangan Penelitian AMOC
Penekanan dalam penelitian kelautan pada waktu keruntuhan merupakan perkembangan yang relatif baru, kata Rahmstorf. Namun, hal ini menunjukkan seberapa jauh pemahaman ilmuwan tentang pelemahan AMOC telah berkembang.

Cilegon dalam

"Sampai beberapa tahun lalu, kami berdiskusi apakah hal itu akan terjadi, sebagai semacam risiko dengan probabilitas rendah dan dampak tinggi," kata Rahmstorf.

"Dan sekarang tampaknya kemungkinan hal ini akan terjadi jauh lebih besar daripada beberapa tahun lalu. Sekarang orang-orang mulai memperkirakan kapan hal itu akan terjadi," jelasnya.

Rahmstorf mengatakan bahwa sekitar lima tahun yang lalu ia akan setuju bahwa keruntuhan AMOC pada abad ini tidak mungkin terjadi, meskipun risiko 10% pun masih terlalu tinggi untuk dampak bencana sebesar itu.

"Pada dasarnya, kini ada lima makalah yang menunjukkan bahwa hal itu mungkin terjadi pada abad ini, atau bahkan sebelum pertengahan abad ini," kata Rahmstof.

"Penilaian saya secara keseluruhan adalah bahwa risiko kita melewati titik kritis pada abad ini mungkin lebih besar dari 50%," imbuhnya.

Baca Juga: Cuaca Panas saat Jambore Pramuka Dunia di Korsel, Kontingen Indonesia Baik-Baik Saja

Meskipun kemajuan dalam penelitian AMOC berlangsung cepat dan model yang mencoba memprediksi keruntuhannya telah maju secepat kilat, penelitian tersebut bukannya tanpa masalah.

Baca juga: Bumi di Ambang Kiamat? Ada Gejolak di Bawah Samudra Atlantik
Misalnya, model-model tersebut tidak memperhitungkan faktor penting dalam kehancuran AMOC, salah satunya mencairnya es Greenland. Sejumlah besar air tawar mengelupas dari lapisan es dan mengalir ke Atlantik Utara, yang mengganggu salah satu kekuatan pendorong sirkulasi, yakni garam.

"Anda sudah mendapatkan masuknya air tawar dalam jumlah besar ke Atlantik utara, yang akan benar-benar mengganggu sistem. Kesenjangan penelitian ini berarti prediksi dapat meremehkan seberapa cepat keruntuhan akan terjadi," kata Rahmstof.

 

 

 

Editor : Redaksi

Berita Terbaru