Banyak Kelas Menengah Turun Level Dalam 10 Tahun Terakhir, Ini Penyebabnya

JAKARTA - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin menilai pandemi Covid-19 bukan faktor utama yang menyebabkan banyak kelas menengah 'jatuh miskin'. Dia mengatakan permasalahannya justru ada pada struktur perekonomian di Indonesia.

"(Penurunan kelas menengah) ini adalah refleksi dari perekonomian Indonesia yang memang tidak terlalu baik, perjalanan 10 tahun terakhir itu ada yang kurang pas," kata Bustanul dalam diskusi Indef berjudul Kelas Menengah Turun Kelas, Senin, (9/9/2024).

Bustanul menilai perekonomian Indonesia mengalami kegagalan transformasi struktural, deindustrialisasi dini dan tidak adanya kesinambungan dalam transformasi struktural khususnya dari sektor pertanian, ke industri dan jasa.

Dia menilai transformasi perekonomian yang prematur inilah yang menyebabkan masyarakat sulit mendapatkan pekerjaan layak, sehingga mereka turun ke kelas menengah.

"Saya sebut karena kegagalan transformasi struktural, deindustrialisasi yang terlalu dini dan ketidaktersambungan dalam proses transformasi struktural khususnya sektor pertanian, serta industri dan jasa," kata dia.

Bustanul menuturkan kegagalan transformasi dan deindustrialisasi itu bukan baru kemarin terjadi. Dia mengatakan proses tersebut bahkan sudah terjadi sejak 1995.

Bustanul mengatakan kontribusi sektor manufaktur pada 1995 masih sebesar 41,8% dari PDB Indonesia. Namun, angka itu turun menjadi 38,5% pada 2005. Pada 2023, kontribusi manufaktur pada PDB Indonesia bahkan lebih kecil lagi yakni 28,9%.

"Jadi cikal bakal deindustrialisasi sudah terlihat dari share PDB, turun terus. Secara teori ini bukan proses pembangunan ekonomi yang baik," kata dia.

Bustanul mengatakan untuk memperbaiki kondisi tersebut maka pemerintah harus memperbaikinya dari hulu, yakni memperkuat sektor pertanian. Setelah perekonomian kuat, maka barulah sektor industri manufaktur bisa berkembang.

"Masa kita lihat pertanian masih gini-gini aja, gimana bisa kita jadi industrialisasi," kata dia.

Bustanul mengatakan langkah selanjutnya adalah modernisasi industri. Setelah itu, barulah pemerintah bisa membicarakan masalah digitalisasi hingga pengembangan industri kreatif lainnya.

"Hanya dengan pondasi perekonomian yang kuat, masyarakat kelas menengah bisa agile dan tangguh," kata dia.

Sebelumnya, penurunan proporsi kelas menengah di Indonesia diakui oleh Badan Pusat Statistik. BPS menyebut pada periode 2019-2023 ada 9,48 juta kelas menengah yang turun ke kelas ekonomi yang berada di bawahnya. BPS menyebut penyebab penurunan ini adalah pandemi Covid-19.



Editor : Redaksi

Berita Terbaru